NovelToon NovelToon
Suddenly Become A BRIDE

Suddenly Become A BRIDE

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Nikahmuda / CEO / Nikah Kontrak / Keluarga / Romansa
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: boospie

Liliana, gadis biasa yang sebelumnya hidup sederhana, dalam semalam hidupnya berubah drastis. Ayahnya jatuh sakit, hutang yang ia kira sudah selesai itu tiba-tiba menggunung. Hingga ia terpaksa menikah i Lucien Dravenhart , seorang CEO yang terkenal dingin, dan misterius—pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.

Pernikahan ini hanyalah kontrak selama satu tahun. Tidak ada cinta. Hanya perjanjian bisnis.

Namun, saat Liliana mulai memasuki dunia Lucien, ia perlahan menyadari bahwa pria itu menyimpan rahasia besar. Dan lebih mengejutkan lagi, Liliana ternyata bukan satu-satunya "pengantin kontrak" yang pernah dimilikinya…

Akankah cinta tumbuh di antara mereka, atau justru luka lama kembali menghancurkan segalanya?

Cerita ini hanyalah karya fiksi dari author, bijaklah dalam memilih kalimat dan bacaan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon boospie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34 Falling in love?

Suara lembaran buku yang dibalik satu persatu mengisi ruangan sunyi di kamar Lucien, pria itu bersandar di kepala ranjang. Ditengah tengah cahaya yang hanya menerangi tempatnya, ia membenarkan posisi kacamata bulat yang membingkai kedua pasang matanya.

Berulang kali lembaran buku terlewati hanya dalam beberapa detik, seperti sedang mencari sesuatu yang satupun belum memikat hatinya.

Lucien menutup buku tebal tersebut, meletakkan kasar disampaingnya. Pria itu menghembuskan napas kasar, tangannya bergerak menyugar surai gelap itu kemudian berhenti, memberikan sensasi pijatan lembut di kepalanya.

Ia tidak benar-benar bisa fokus hanya sekadar membaca buku yang setiap malam selalu ia baca, seolah setiap lembaran yang tersusun rapi diingatkannya sebelumnya telah menguap tanpa sisa.

Pikirannya masih tertambat pada gadis yang lebih muda jauh darinya, momen singkat keduanya didalam kamar waktu itu belum sepenuhnya tersingkir dari pikirannya. Meskipun ia berulang kali menepis pikiran tentang Liliana, berulang kali pula wajah gadis itu semakin tampak jelas dalam segala kegiatannya.

"Liliana, gadis itu benar-benar membuatku hampir gila!" gumamnya frustasi, hingga mengacak-acak rambutnya sendiri.

Drtttt

Dering ponsel diatas nakas memecah lamunannya, ia segera meraih, melihat nomer yang tak tersimpan disana. Dalam sekali sentuhan ujung telunjuknya panggilan itu berakhir, Lucien tidak berniat mengangkatnya. Namun sepertinya orang itu memiliki kegigihan, panggilan dari nomer sama kembali mengisi ruangannya. Hingga panggilan ketiga yang juga ditutup oleh lucien, nomer tersebut berhenti memangilnya.

Lucien bergerak menuruni ranjang, langkahnya menuju balkon. Menyapu seluruh pandangannya ke ratusan gedung pencakar langit yang masih memancarkan cahaya dibeberapa ruangannya.

Pria itu membuang napas panjang. Tangannya menyalakan layar ponsel, mencari nomor Grack, lalu melakukan panggilan.

"Halo ada apa? Ada sesuatu yang penting?" tanya Grack, dengan bising nyanyian bayi menangis yang melengkapi latar belakang suaranya.

Sekretaris sekaligus asisten pribadi Lucien tersebut telah mengambil bonus cuti sesuai ucapan Lucien. Namun, untuk mengangkat panggilan dari atasannya sewaktu-waktu harus tetap terlayani.

Lucien menggigit bibirnya, ia tampak ragu mengungkapkan pertanyaannya, "Grack—bagaimana pendapatmu tentang Liliana?"

Tidak ada ada sahutan dari sebrang dalam beberapa menit. Lucien tidak mengulangnya, ia hanya menatap gemerlap lampu di bangunan tinggi itu. Fokusnya benar-benar kacau kali ini.

Suara bising bayi perlahan menghilang dari balik layar, lalu terdengar suara Grack berdehem.

"Nona Liliana—beliau sangat profesional Lux, pembawaannya yang anggun nan lemah lembut bukan sekedar bualan. Pribadinya sangat ramah dan baik,—"

"Aku pernah mendapati beberapa pengawal membicarakan kebaikan nona Liliana. Karena dia pernah hidup di kalangan bawah sehingga membuatnya sangat menghargai orang-orang," sambungnya.

"Jika kau menanyakan apakah dia baik untuk dirimu, maka jawabannya sangat."

Lucien membolakan matanya, Grack mengatakan salah satu hal yang sempat terlintas dipikirannya.

"Sudah bertahun-tahun Lux, kau mungkin bisa mencoba lembaran baru."

Kalimat Grack seketika membawa ingatan Lucien melayang jauh, bertahun-tahun lalu, waktu ia masih berada dibangku kuliah. Dimana masa percintaan beberapa orang masih tampak hangat dan romantis.

Lucien termasuk mereka yang merasakan kobaran api cinta yang menggebu-gebu dalam dirinya, bagaimana itu menjadi yang pertama baginya. Mendapatkan seorang perempuan yang hampir sempurna dalam segala aspek, perasaan itu tumbuh besar seiring usahanya dalam mendapatkan perempuan itu. Hingga keduanya saling menjalin hubungan, katakanlah Lucien adalah pria paling bucin sedunia saat itu.

Rasa percaya yang begitu besar ia limpahkan pada perempuan tambatan hatinya itu, hingga sebuah kejadian memukul batinnya, seolah mendapat hataman beribu batu.

Kecewa, satu kata yang membuatnya mendekati kegilaan. Sekalipun tidak pernah terpikirkan pria itu akan mendapatkan patah hati terbesarnya.

Kekecewaan nya itu membuat dirinya berubah menjadi dingin nan tak tersentuh. Dari beribu orang yang mengantri untuk mendapatkan hatinya, tak terkecuali dari mereka menerima tangkisan dari Lucien, tanpa berucap.

"Lux." Suara Grack membuyarkan lamunannya. Lucien terkesiap.

"Bagaimana jika bohong? bagaimana jika dia hanya ingin hartaku? bagaimana jika ia merebut Aehara?"

"Lux—bahkan istri ku saja pernah bohong, mustahil jika orang itu selalu jujur, kamu pun sekarang sedang berbohong."

Grack segera melanjutkan kalimatnya sebelum pria yang mengobrol dengannya saat ini akan salah menangkap, "Aku tau maksud kamu. Tapi jika memang kau memiliki perasaan yang nyata, jangan kurung perasaan itu dengan pikiran-pikiran denial kamu."

"Biarkan hatimu berjalan dengan sendirinya, dan jangan terlalu membebankan kepercayaan penuh untuk segala ekspetasi kamu."

Lucien terdiam, telinganya mendengarkan kalimat Grack yang terasa nasihat baik untuknya. Pria itu tidak akan menyela atapun memberikan sanggahan, ia hanya manggut-manggut, seperti anak kecil yang sedang dimarahi ayahnya.

"Tapi percayalah, Liliana bukan termasuk orang yang berambisi untuk uang, melainkan ketenangan—menurut sudut pandang aku."

Grack diam sejenak, "Mengenai Aehara, kurasa kamu yang merebutnya—"

"Grack—" Lucien memanjangkan panggilan Grack tersebut hingga terdengar suara kekehan ringan dari sebrang.

"Baiklah-baiklah."

"Beristirahatlah baik-baik dengan istrimu." Lucien menutup panggilan.

Pikirannya terasa lebih bebas dari sebelumnya yang sangat penuh dan sesak. Ia masih berdiam diri diatas balkon, bahkan sampai detik ini wajah Liliana masih menghantui pikirannya. Senyuman tipis tersirat dalam bibirnya.

Pintu kamar Lucien bergerak terbuka, dengan perlahan sosok didalamnya keluar, masih dalam balutan handuk kimononya. Derap langkah kian terdengar menuju dapur. Pria itu memilah keluar, hanya untuk melihat keadaan perempuan yang selalu mengacaukan fokusnya itu.

Tanpa sengaja suara gelak tawa menyapa telinga pria itu, pandangannya bergerak mencari sumber suara. Berjarak dua meter darinya, Liliana tampak sedang asik mengobrol dengan seseorang dibalik layar ponsel itu.

Lucien melanjutkan langkahnya menuju dapur, mengambil air putih dingin didalam kulkas, genggamannya mengerat pada gelas kaca tanpa dia sadari. Pandangannya tak lepas dari Liliana, dimana gadis itu sesekali menyeruput air putih. Perlahan air itu bergerak turun membasahi bibir pink-nya, kemudian jatuh diatas kulit putihnya.

"Uhuk." Pria itu tersedak minumannya sendiri usai tidak fokus mengamati Liliana.

Suara tersedak yang cukup keras itu menarik perhatian Liliana agar menoleh. Lucien berdiri sambil memukul dadanya pelan tapi berulang kali. Pandangan keduanya bertemu, Liliana hanya menoleh sekilas lalu mematikan panggilan tersebut, matanya kembali menatap layar tv.

Lucien merasa sikap Liliana yang tampak mengabaikan itu, menggugah ambisi dalam dirinya untuk mendekat.

Pria itu dalam sekejap telah duduk nyaman disamping Liliana, tangannya bergerak meraih sisa potongan pizza milik Liliana. Kedatangannya yang tiba-tiba, sontak membuat Liliana kaget.

"Are you crazy?" tukas Liliana sambil menatap kesal pada pria disampingnya itu.

Bercak saos merah menghiasi sudut bibir Lucien saat ia menjawab, "Why?"

"Gampang banget berubah-ubah, kemarin baik tadi sensi terus sekarang sok akrab—mudah banget tangannya ngambil," protes Liliana.

Lucien mengedikkan bahu, "Kamu pikir hanya perempuan yang punya mood swing."

"Kalau sampai besok kamu tiba-tiba jadi sok cuek, i don't want to feel close to you anymore."

Lucien menaikkan kedua alisnya, ia mengulum senyum dibalik bibirnya yang penuh dengan pizza. Lucien sedikit terkesiap dengan ungkapan Liliana, yang entah disadari atau tidak oleh gadis itu.

Lucien menatap Liliana datar, wajahnya bergerak kedepan hingga beberapa berjarak dengan wajah Liliana yang juga kian menjauhkan diri, "Jadi kalau aku gak sok cuek kamu mau deket sama aku?"

"Eungh—Enggak gitu juga maksudnya," elaknya. Liliana segera mendorong tubuh Lucien agar menjauh.

1
Ahmad Zaenuri
Luar biasa
Ahmad Zaenuri
Lumayan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!