Ini cerita tentang gadis yang periang, cantik dan pintar. Nina namanya, sekarang berusia 17 tahun dan telah masuk Sekolah Menengah Atas, dia tinggal bersama 2 saudarinya dan kedua orangtuanya. Mereka tinggal di sebuah desa kecil dengan pemandangan alam yang indah. Tinggal di sana bagaikan tinggal di surga, penuh dengan kebahagiaan. Namun, ada satu masalahnya. Dia diam-diam suka sama seseorang,....Ayo tebak siapa yang dia sukai yah??...
lanjut baca part-nya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hijab Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 18
" Pertama melihat mu, aku mulai merasakan cinta. Saat menatap matamu, hatiku merasa sejuk dan terbuai. Duhai!...",
Iyan begitu menghayati perannya dalam hanya sebuah latihan.
Kami semua senyap tak berkutik, suaranya merdu dan damai. Membuat kami terkesan dengan aktingnya.
Bahkan aku tak percaya bahwa dia adalah Iyan yang selalu kupanggil VOC.
"Prok!, prok!"
Semunya menepuk tangan memberikan Aplaus kepada Iyan.
"Wah!, keren Iyan",
Semuanya memuji Iyan. Tapi, ketika aku yang akting malah ketawa semua.
"Nin!, coba kalian latihan sama-sama deh!",
Pinta Aldy menyuruhku.
" Nggk!",
Ucapku kompak dengan Iyan.
"Aku, aku mau ke toilet dulu",
Iyan melangkah keluar dari kelas terlihat menghindariku.
Setelah Iyan keluar, semuanya malah menatapku tajam.
" Tuh liat!, Iyan ajah bagus banget aktingnya, Nin. Kamu jangan mau kalah!",
Ucap Dila,
"Jangan sampe gara-gara kamu yah, Nin. Nanti kita malah nggk dapet juara."
Kini giliran Aldy yang menekanku.
"Iye, iye...",
Ucapku malas,
'Semuanya kok tiba-tiba jadi ambisius semua. Mana gara-gara Iyan lagi',
Batinku cemberut.
Aku melangkah keluar juga untuk menghirup udara segar sambil menghafal dialog ku.
__di dalam kelas
" Eh, guys!. Gimana kalau kita bantu mereka buat dapet kemistri?",
Ucap Aldy membuat saran.
"Mereka siapa?",
Tanya Dila.
" Ya, Iyan sama Nina!",
"Mm...setuju. Mereka kayaknya nggk bisa akting bagus kalau nggk ada kemistri di antara mereka.",
" Satunya sih, bagus banget aktingnya. Tapi, yang satu malah cemberut terus ",
" Mm..m.mm!",
Mereka semua mengangguk kompak.
***
"Nin!",
Panggil Dila seraya menghampiriku.
Aku hanya menatapnya dari tempatku duduk. Aku duduk di depan kelas sembari meneguk minuman susu rasa strawberry kesukaanku. Itu rasanya cukup menyegarkan dihari yang panas ini.
" Ada apa?",
Tanyaku pada Dila,
"Nih!",
Dila menyodorkan sekotak cokelat yang terlihat lezat.
" Wah!, Terima kasih!",
Ucapku girang dan langsung mengambilnya dari tangan Dila, dan ingin Memakannya.
"Eh!, ini buat Iyan",
Ucapnya merebut kembali kotak cokelat itu.
" Hah?, buat apa?",
"Karena akting dia tadi bagus, aku mau kasih dia hadiah",
" Karena itu ajah?, padahal baru latihan doang",
Cemberut ku.
"Aku minta tolong yah sama kamu, kasih ke dia",
Pinta Dila menyodorkan kembali kotak cokelat itu. Dan memintaku memberikannya pada Iyan.
" Ih!!, kamu ajah. Ngapain aku yang kasih",
"Aduh!",
Dila terlihat memegang perutnya sambil menyodorkan cokelat itu kembali.
" Aku kebelet nih!, kasih ke dia yah!, please!",
Ucap Dila,
"Harus sekarang banget yah?",
" Iya, nanti cokelatnya meleleh karena panas!,
Udah yah, please kasih ke dia",
Dila kemudian berlari sambil memegang perutnya.
Aku hanya menatap kotak cokelat itu, rasanya aku tergoda oleh bentuknya.
"Ah!, mending aku ajah yang makan. Bodo amat sama si VOC",
" Eh!, awas yah kalau kamu makan, Nin!",
Teriak Dila yang melihat ku ingin melahap cokelat yang ada ditanganku, setelah mengucapkan itu dia berlari kembali ke arah toilet.
"Ehhhh...!",
Akupun berdiri dan melangkah mencari keberadaan Iyan. Tak butuh waktu lama untuk mencarinya, karena tongkrongannya saat istirahat kalau bukan di perpustakaan pasti di depannya. Dia jarang sekali pergi ke kantin.
Aku melangkah mendekatinya yang berada dibawah pohon depan perpustakaan. Suasana ditempat itu cukup nyaman untuk membaca buku.
" Nih!",
Ucapku langsung menyodorkan sekotak cokelat itu.
Iyan yang sedang fokus dengan buku dihadapannya melirik ku sebentar, kemudian kembali fokus pada bukunya itu.
"Aku nggk tertarik!",
Ucapnya dingin.
" Ini bukan dari aku, ini dari Dila",
Ucapku.
___sementara dua orang berudak yang tengah mengintip mereka bersembunyi dibalik tembok perpustakaan.
Mereka adalah Dila dan Aldy, yang membawa misi rahasia untuk membuat kemistri diantara mereka.
"Aduh!, itu bestai kau ngapain jujurly banget",
Kesal Aldy pada Dila,
" Tenang!, masih ada senjata rahasia kita didalamnya ",
Jawab Dila,
____
" Ambil atau tidak nih?, kalau nggk mau aku yang makan",
Ancamku pada Iyan yang terlihat tidak peduli dengan keberadaanku.
Aku akan melangkah pergi dari tempat itu, sebelum akhirnya dia mencegahku.
"Tunggu!"
Iyan pada akhirnya mengambil kotak cokelat itu, dan membukanya.
" Ini apa?",
Ucapnya saat menemukan kertas di dalamnya.
"Kertas. Itu biasa kali, mungkin dari penjualnya".
" Coba baca!",
Iyan menyodorkan secarik kertas itu.
'Nih orang kenapa sih?'
Batinku bingung.
Akupun mengambil kertas dari tangannya, dan mulai membacanya.
"Ini bukan dari Dila, sebenarnya itu dari aku, Nina yang membawanya sendiri untukmu Iyan. Tolong dima...kan!",
" Pft...!, wah salah ini, salah!. Bukan dari aku kok. Kata-kata nya ajah bukan kata-kata aku. Jelas banget, dahlah! Aku mau pergi!",
Ucapku ingin melangkah pergi dari tempat itu.
"Tunggu!",
Iyan menghalangiku,
" Apa lagi?",
Tanyaku kesal, rasanya itu memalukan. 'Awas ajah yah kau Dila, ngejebak aku kek gini', batinku.
"Nih!, makan!",
Tawarnya memberiku satu diantara banyaknya cokelat di situ.
" Ngkk!, nggk usah",
"Beneran?, enak banget loh ini. Nggk mau coba?",
Dia terlihat memakan cokelat yang terlihat lezat itu. Terlihat enak dan juga lumer,
'Aaa....aku nggk tahan. Aku pengen coba juga!', teriakan membatin ku yang meronta-ronta saat melihat makanan.
" Ya udah. Satu ajah ya!",
Dan pada akhirnya aku mengesampingkan egoku dan kalah oleh makanan. Aku mengambil satu cokelat di dalam kotak itu. Dan kemudian ikut duduk disebelahnya.
'Mmm....rasanya meleleh di mulutku, enak banget!!',
Tanpa aku sadari, Iyan menatapku yang sedang menikmati potongan demi potongan cokelat yang kumakan.
Namanya juga wanita, kalau suka sama sesuatu pasti dinikmati perlahan, apalagi makanan.
"Kayak baru makan cokelat ajah!",
Ucapnya pelan, tapi itu masih sampai ditelingaku dengan baik.
" Emang!",
Ucapku,
"Hah?, beneran?",
Dia terlihat kaget mendengarnya.
" Nggk nyangka yah?",
"Nggk nyangka ajah sih, pantesan ajah kamu seperti menikmatinya banget",
" Mamski aku nggk pernah belikan aku cokelat. Aku pernah minta waktu aku masih kecil, tapi yang dia berikan malah kokoanya. Tau kan kokoa?, itu loh buahnya ",
Jelasku bercerita.
" Pfttt...hahaha....
Lucu juga yah mamaki kamu..hhh",
Dia terlihat tertawa dan tersenyum, ini pertama kaliku melihatnya tersenyum seperti itu. Biasanya dia akan memalingkan muka jika ingin tertawa, sehingga tak dapat dilihat.
Dia terlihat manis, berbeda dengan wajah-wajah menjengkelkannya sebelumnya. 'Eits!!, nggk, nggk. Ada apa dengan otakku ini?', batinku menggeleng-gelengkan kepala.
Tanpa kusadari, cokelat yang aku makan sudah habis. Tapi, rasanya aku masih mau.
Aku melirik kembali cokelat yang masih tersisa banyak di dalam kotak itu. Iyan hanya memakan satu saja.
"Satu lagi yah!", ucapku malu-malu. Dan segera mengambilnya lagi dalam kotak.
" Terus kamu makan?",
"Hah?"
"Maksudku, kokoa yang diberikan ibumu waktu itu?",
Tanyanya kemudian,
" Nggk, dong. Semenjak itu aku nggk pernah minta lagi sama mamski",
Jelasku sambil mulai melahap kembali cokelat yang kuambil.
"Kamu hebat loh!",
Ucapku pada Iyan
" Hebat apanya?",
Herannya,
"Biasanya, kalau aku bilang mamski, pasti orang pada heran dan bingung. Karena kan, biasanya orang panggil mamanya, yah mama, atau ibu, bunda. Lah, aku mamski. He..Kedengaran sok elite"
"Itu biasa kali, kita kan berhak panggil ibu kita dengan panggilan sayang kita sama ibu.",
Jelas Iyan.
Jujur, rasanya aku nggk percaya itu keluar dari mulut Iyan.
"Tedetedeteng....saatnya jam kelima dimulai!",
Suara bel berbunyi, menandakan jam istirahat sudah berakhir.
Aku segera memakan sekaligus cokelat itu, tapi...
"Aduhh!!",
***next!