Terjebak Kawin Kontrak dengan Tuan Muda Arab

Sultan membawa Maymunah ke rumahnya, kemudian membaringkan istrinya itu di dalam kamarnya.

Kamar yang agak sempit itu membuat Sultan agak kesusahan.

Ia ingin sekali meminta tolong pada ibu-ibu yang ada di situ untuk membantunya melepas riasan Maymunah, tapi karena ia tak bisa bahasa Indonesia, ia hanya memberi isyarat. Untung saja ada ibu-ibu yang faham dan segera membantunya membersihkañ wajah Maymunah.

Setelah tak ada orang di kamarnya, Sultan berusaha membuka kerudung istrinya dan membereskan rambutnya.

Ia berusaha menyadarkan istrinya dengan menaruh minyak kayu putih di depan hidung Maymunah.

"Ma sya Allah, kamu tetap terlihat cantik meski sedang pingsan seperti ini." Gumamnya sambil mengelus pipi Maymunah dan berusaha menciumnya.

Maymunah yang sudah sadar dari pingsannya itu terlonjak kaget saat melihat wajah Sultan berada di depan matanya. Sontak ia langsung mendorong Sultan sekuat tenaga.

Brugg..

"Aww.. kenapa mendorongku, sayang?"Sultan mengaduh kesakitan karena terjatuh.

"Sultan, apa yang kau lakukan?, dan kenapa kau di kamarku? " Tanya Maymunah ketika ia sudah sadar sepenuhnya.

"Hmm, maaf sayang, aku tadi cuma kebawa perasaan. Maklumlah, ini kan malam pertama kita ...Awww.." Belum sempat Sultan meneruskan kata-katanya, Maymunah sudah melempar bantal ke arahnya.

Maymunah bangun dan memukuli Sultan.

"Apa katamu, malam pertama? Ini malam terakhir aku melihat ayahku di dunia ini, dan kau..kau malah memikirkan malam pertama kita? Apa di otak dan hatimu cuma ada hal-hal kotor ya Sultan?Teriak Maymunah histeris sambil memukuli Sultan dengan bantalnya.

Sultan menelan salivanya, merasa kebingungan bagaimana harus menjelaskan.

"Sayang, kamu salah faham. Aku gak ngomong jorok, kok. Aku ..aku..Aww.. sakit..Aww..sayang hentikan pukulannya." Sultan berteriak-teriak karena dipukuli Maymunah.

"Salah faham apanya, orang tadi jelas kamu menginginkan malam pertama bersamaku. Sedangkan kau tau, di luar sana ayahku terbujur kaku. Ini hari terakhir ayahku di dunia ini, tapi kau seenaknya menginginkan malam pertama denganku.

Apa di otakmu itu cuma ada hal mesum? apa kamu gak punya empati sedikit saja terhadap sesama manusia?"

Maymunah makin histeris.

"Tenang cintaku, sayangku!, Di iluar sana kan banyak orang, jadi kamu jangan membuat keributan." Akhirnya Maymunah diam dan berusaha menenangkan diri.

Ia turun dari kasurnya dan bermaksud keluar, tapi keburu ditahan oleh Sultan.

"Eh..tunggu dulu, kamu mau kemana?" Sultan memegangi tangan Maymunah tapi Maymunah menepisnya.

"Minggir! Aku mau keluar"

"Tunggu dulu! pake dulu hijab dan ganti dulu bajumu, masa kamu mau keluar dengan pakaian begini, mana tanpa hijab?"

Maymunah meraba kepalanya, ia baru sadar bahwa sejak tadi ia tak memakai hijab.

"Ini pasti ulahmu" tukasnya ketus.

Sultan cuma bisa menyengir.

"Sebentar, aku ambilin dulu hijab dan pakaianmu"

Ujarnya sambil membuka lemari dan mengambilkan hijab dan baju istrinya.

Maymunah segera meraih hijab dan baju yang diambilkan oleh suaminya.

"Ya udah, kamu keluar dulu, aku mau memakainya"

Maymunah mendorong suaminya dan mengeluarkannya dari kamarnya. Setelah ia terlihat rapih, ia baru keluar dari kamarnya.

Sultan yang sedari tadi dikeluarkan, Ia dengan setia menunggu istrinya di depan pintu.

"Hehe kamu udah selesai, ya sayang?"Tanyanya ketika melihat Maymunah sudah keluar.

Maymunah hanya mengangguk sambil melangkah menuju jasad ayahnya yang terbujur kaku di ruang tamu.

Sementara Sultan segera mengekorinya dari belakang.

Di ruang tamu mereka, pak Muhammad terlihat terbujur kaku ditutupi kain.

Hati Maymunah mencelos melihat ayahnya yang kini sudah menjadi jenazah tanpa nyawa.

Ia memandangi ketiga adiknya yang masih tergugu dipelukan ibu mereka.

"Teh,ayah udah gak ada, kita nanti bagaimana? siapa yang akan melindungi dan menjaga kita teh hik hik hik.." Teriak Anaya histeris.

" Istighfar Nay, Kita ini makhluk Allah, dan tidak ada tempat bergantung untuk kita selain Allah. Jangan pernah bergantung pada makhluk, siapapun dia."Ujar Maymunah.

"Kita doakan saja abah, semoga Allah memberi beliau tempat terindah di surga Nya. Dan semoga abah selalu dalam lingkup rahmat Allah yang maha gofur." Tambahnya, lagi.

"Rahmat, kamu berwudu dan bacalah Alquran, kalau kamu sudah solat " Titahnya pada adik-adiknya.

Ia segera memeluk ibunya.

"Mae, kenapa abahmu gak berpamitan sama emaa. Apa dia gak sayang sama ema..hu-hu-hu"Lirih bu Irma dalam pelukan anaknya.

"Ema jangan bilang begitu, mungkin abah cuma gak mau ema sedih."

"Tapi dengan pergi mendadak seperti itu, justru ema makin sedih, Mae"

"Ma, Ajal itu rahasia Allah, tak ada seorangpun yang tau kapan ia mati, termasuk juga abah. Jadi ema jangan menyalahkan abah. Kita sekarang doakan saja, semoga abah tenang di alam barunya. Dan semoga Allah akan mempertemukan kita di dalam surgaNya nanti. Kita harus ikhlas maa"

Maymunah melepaskan pelukannya, ia mencoba mencoba membuat ibunya menatapnya.

"Ema, Mae mohon, ema harus jadi kekuatan bagi kami, sekarang tinggal ema yang kami miliki. Jadi ema jangan terpuruk begini ya"

Bu Irma akhirnya bernafas lega.

"Ya udah, Mae mau solat dulu ya."

Setelah menenangkan ibunya Maymunah berbalik menghadap Sultan.

"Sultan, kamu sudah solat isya?, kalau belum solat, ayo ikut aku!"

Sultan hanya mengangguk dan langsung mengekori istrinya menuju belakang rumah untuk berwudu.

Setelah mereka selesai berwudu, Maymunah hampir terjatuh, untungnya segera dirangkul oleh Sultan.

"Astagfirullah..Sultan, kenapa memegang tanganku?" Teriak Maymunah sambil menepis tangan Sultan.

"Ya, kan aku takut kamu jatuh. makanya aku pengangi kamu. Emang apa salahnya?"

"Aduh Sultan, aku kan sudah punya wudu, kalau kamu pegang, kan jadi batal wudu ku?..Masa kamu gak faham sih?"

Sultan hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Batal kenapa? Kan cuma dipegang tangannya, masa batal?"

Maymunah memutar bola matanya.

"Sultan suamiku, aku ini mengikuti mazhab Syafi'i. Jadi bagi kami, bersentuhan kulit antara laki-laki dan perempuan bukan mahram itu membatalkan wudu. Faham?"

Sultan cengengesan mendengar penjelasan Maymunah.

"Hehe..maaf, Aku gak faham soal itu"

"Bukan gak faham, tapi gak mau memahami. Gimana kamu bisa memahami, orang kamu gak peduli sama agama kamu. Yang kamu perdulikan selama ini cuma bagaimana caranya kamu bisa mendapat uang, bisa membeli mobil baru..bisa jalan-jalan keliling dunia..bisa meniduri perempuan. Hanya itu kan, yang kamu pikirkan selama ini?"

"Sultan..Sultan, apa kamu gak pernah mikir, suatu saat kamu akan meninggal?..apa kamu gak berpikir, apa yang akan kamu bawa ke alam qubur nanti?..Pernah gak, kamu mikir seperti itu?" Setelah berkata seperti itu, Maymunah bergegas masuk ke dalam kamarnya.

Meninggalkan Sultan yang masih mematung.

Kata kata Maymunah itu sedikit demi sedikit meresap ke dalam relung qalbunya.

"