Bagaimana perasaanmu jika kamu di madu di saat pernikahanmu baru berumur sepekan? Itu yang aku alami, aku di madu, suamiku menikahi kekasihnya yang teramat di cinta olehnya.
Aku tak pernah dianggap istri olehnya, meski aku istri pertamanya. Namun cintanya hanya untuk istri keduanya
Aku menjalani pernikahan ini dengan begitu berat. mungkin ini cara ku untuk membalas kebaikan pada Ayah Mas Alan, beliau begitu baik membiayai kuliahku selalu menjaga dan melindungiku setelah Ayah dan Ibuku meninggal saat diriku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Aku tak habis pikir jika kisah hidupku akan serumit ini, di tinggal orang tua, menikah pun di madu. Sungguh tragis kisah hidupku.
Hingga akhirnya Ayah sangat membenci Mas Alan setelah tahu kelakuan anaknya, dan Ayah membawaku pergi jauh dari kehidupan Mas Alan dan Maduku setelah aku dan Mas Alan bercerai.
Cerita ini karena terinspirasi tapi bukan plagiat! Bacalah, dan temukan perbedaannya🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winda W.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11. Aku pergi
"bukankah yang seharusnya bertanya seperti itu aku Mas," ucapku dengan suara tertahan karna menahan sesak di dadaku.
"kau benar benar wanita tak tahu diri, di kasihani malah seperti ini," ucapnya dengan tangan yang hendak menamparku. Aku sengaja menyodorkan wajahku padanya biarkan dia menampar wajahku, agar dia puas. Namun tangan itu terhenti di udara dan mengepalkan tangannya lalu memukulkan pada stir mobil di depannya.
"aku memang tak tahu diri, dan aku sadar seharusnya pernikahan ini memang haruslah berakhir, kau tak perlu mengasihaniku," teriakku. Air mata yang sedari tadi tertahan di pelupuk mata, kini sudah tak terbendung dan mengalir bebas di pipiku.
"jangan bilang kamu ingin berpisah sekarang, Ayah baru saja membaik. Apa kau ingin Ayah jatuh sakit lagi dan bertambah parah," ucapnya.
"itu salahmu, secara tidak langsung kau yang menginginkan beliau sakit. Karna kau menikahi Lala tanpa sepengetahuan Ayah, sepandai pandainya kau sembunyikan bangkai. Suatu saat akan tercium bau busuknya,"
"ku pastikan setelah Ayah benar benar sehat, kau akan terbebas dari wanita tak tahu diri ini," imbuhku, lalu Ku seka air mataku dengan kasar. Aku berlari keluar mobil dan langsung masuk dalam rumah.
Ada Lala di depan pintu, aku tak peduli dengan air mataku dan tetap melangkah masuk melewatinya.
"assalamualaikum," hanya ucapan salam yang keluar dari bibirku. Dan langsung menuju kamarku tanpa menghiraukan panggilan Lala padaku.
Dengan penuh keyakinan, aku mengemasi semua barang barangku tanpa ada satu pun yang tertinggal. Ku menatap seluruh ruangan yang beberapa bulan ini aku tempati. Ada rasa berat untuk meninggalakan kamar ini, tapi untuk apa aku merasakan hal konyol ini. Ku meraih ponselku untuk menghubungi Lena untuk membantuku membawa barang barangku.
Satu persatu aku bawa barang-barangku keluar gerbang, dan aku keluarkan motorku lalu aku menutup pintu gerbang rumah Mas Alan. Di dalam rumah tadi terlihat sepi, mungkin Mas Alan dan Lala sudah tidur atau sedang istirahat karena kelelahan. Aku memang sengaja tidak pamit pada mereka, mungkin ini terkesan tidak sopan.
Untuk apa juga aku berpamitan pada mereka, apa lagi Mas Alan dia pasti tak akan peduli. Lagi pula kepergianku juga tidak penting buat Mas Alan. Dan dia pasti tak akan mencegah kepergianku. Mungkin akan dengan senang hati melambaikan tangan padaku yang tidak berarti dihidupnya. Yang terpenting saat ini aku bisa terbebas dari orang yang suka menginjak injak harga diriku.
"Nia, kamu tidak apa apa kan?" Lena memelukku dengan rasa khawatir.
"aku sudah tidak tahan lagi tinggal satu atap bersama mereka, Len," ucapku sesegukan.
"apa Si Alan mengusirmu?" tanyanya. karna Lena tak tahu kenapa aku pergi dari rumah ini.
"tidak, aku sendiri yang ingin pergi dari sini. Sudah cukup dia menginjak injak harga diriku Len," ucapku.
"aku bingung Nia, katanya kamu di Bandung selama seminggu. Tapi belum seminggu kamu udah di rumah trus tau tau kamu mau pergi dari rumah ini," Lena terus bertanya padaku, dia ingin tahu penjelasanku.
"nanti aku jelasin di kontrakan," ucapku sambil mengangkat koper ke atas motornya.
Aku dan Lena mengendarai motor masing masing.
Maafkan aku, Mas , La.
Aku pergi tanpa pamit, semoga kalian bisa lebih bahagia tanpa adanya aku yang menjadi duri diantara cinta kalian. Selamat tinggal.
Aku meninggalkan rumah yang penuh dengan kenangan pahit itu. Semoga bahagia dan keceriaan segera datang menghampiriku juga, dan bisa menghapuskan luka dan sakit yang pernah menghampiriku.
**
Dan setelah satu bulan aku ngontrak bersama Lena, Mas Alan sama sekali tak pernah menghubungiku. Mas Alan tak pernah mencariku, dia benar benar tak peduli denganku. Mungkin aku dan Mas Alan benar benar tidak berjodoh.
Ku baringkan tubuhku di atas ranjang, dan ku tatap langit langit kamar. Lena hari ini sedang keluar bertemu dengan kekasih barunya. Jadi aku sendirian di dalam kontrakan.
Aku keluar dan duduk di depan kontrakan ikut bergabung dengan para Ibu Ibu yang sedang ngobrol. Di kontrakan ini semua penghuninya sudah berumah tangga, Lena sengaja memilih kontrakan seperti ini. Karna lebih aman apa lagi bapak bapak di sini tidak akan berani menggoda. Karna rata rata para suami di sini takut pada para istrinya.
"Neng Lena gak ikut ngobrol di sini Neng?" tanya Bu Basir.
"Lena sedang keluar sama temannya Bu, jadi saya keluar gabung sama Ibu Ibu. Jenuh di dalam kontrakan sendirian," jawabku.
"temen apa teman Neng," celoteh Bu Rina bercanda.
"tepatnya sih Pacar Bu," jawabku yang di sambut tawa para Ibu Ibu.
"Neng Nia gak keluar sama pacarnya," tanya Bu Basir padaku.
"em..em...saya...," aku menunduk tak meneruskan ucapanku. Aku bingung mau jawab seperti apa, mereka memang tidak tahu statusku. Aku tidak ingin orang mengetahui masalah hidupku yang berat ini. Karena itu aib rumah tangga yang tidak pantas di umbar pada semua orang.
"ah...Bu Basir ini, Neng Nia jadi sedih kan," ucap Bu Rossa memelukku yang di ikuti Bu Rina, Bu Puji dan Bu Mawar.
"maafin Ibu ya Neng, Ibu gak bermaksud membuat Neng Nia sedih," ucap Bu Basir yang ikut memelukku.
"tidak apa apa Bu," ucapku dengan menyeka lembut air mataku.
"kita bahas yang lain saja ya," ucap Bu Rina.
krn lala wujud iblis berbentuk manusia.
lala sudah menghancurkan pernikahan nia dan alan.