* Alexandro Hutomo dan Alexandra Narnia *
Kehilangan dokumen membuat Xandra terjebak harus menjadi pembantu di rumah pemilik perusahaan dimana seharusnya ia bekerja.
Susah membuat orang percaya saat kita tak memiliki bukti ~ Xandra.
Penawaran tidak pernah datang dua kali, jika tidak silahkan tinggalkan tempat ini, jika ia mari kita pulang~ Alex.
Kita tidak tahu kemalangan apa yang akan menimpa kita, jika keberuntungan selalu ada dipihak kita~Xandra.
Mari kita lihat siapa pemenangnya~ Alex.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fillia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatah Belanja
" Selesai, saya pulang ya pak " pamit Xandra.
Alex melihat pergelangan tangannya.
" Tunggu saya sebentar lagi, tanggung " pinta Alex.
Dengan langkah gontai Xandra melangkah menuju sofa dan langsung rebahan.
" Jangan tidur " larang Alex.
" Kalau begitu saya tunggu di bawah, saya lapar " Xandra memutar knop pintu ruangan Alex.
" Apa kamu belum makan?"
" Kalau sudah, maka saya kenyang"
Xandra kini benar-benar keluar dengan karena langkah kakinya terdengar menjauh oleh telinga Alex.
" Padahal hanya menunggu 10 menit lagi apa susahnya "Alex menggerutu.
Tok
tok
tok
" Masuk "
" Bapak, meeting hari ini ditunda "
Reno memberi kabar.
" Kenapa mendadak?"
" Klien tidak bisa memastikan bisa datang atau tidak hari ini, pesawat yang ditumpangi mengalami kecelakaan saat akan lepas landas " jelas Reno.
" Bagaimana dengan klien kita? apa selamat?"
" Pasti selamat pak, karena beliau yang menghubungi langsung"
" Oh... Ok, kalau begitu saya rasa kamu boleh pulang "
" Terima kasih pak, permisi " Reno undur diri dari ruangan itu, disusul dengan Alex yang segera keluar dari ruangannya untuk mencari Xandra.
Kedai bakso pak Men.
Xandra menyeruput kuah bakso yang masih mengepul, rasa laparnya sudah benar-benar menguasai perutnya.
" Baksonya satu pak, kosongan, jangan pakai mie "
Kenapa ada suara pak Alex ? apa karena terlalu lapar aku jadi halu?
Xandra memutar lehernya ke arah etalase bakso untuk memastikan dia tidak sedang berhalusinasi.
Masa iya, bos kayak dia makan di sini?
Belum selesai dia berdiskusi dengan diri sendiri, Alex sudah lebih dulu duduk di hadapan Xandra.
" Bapak makan disini juga?" tanya Xandra.
" Saya juga lapar "
" Harusnya level bapak tu diresto mahal bukan kedai pinggiran " sindir Xandra.
" Buat saya sama saja "
" Apa bapak takut miskin jadi makan ditempat murah begini?" Xandra terus menyerang Alex.
" Kalau saya takut miskin, mana mungkin saya kasih kamu uang belanja sehari 300 rb, hitung saja kamu disini sudah berapa hari, belum juga nanti saya harus menggajimu sesuai title kamu, belum lagi tambahan gaji yang kamu minta ke Reno. Mungkin ada baiknya saya mulai hemat, karena karyawan saya selalu perhitungan" sindir Alex. Tapi yang disindir tak punya hati, jadi malah cuek.
" Terima kasih " Alex mulai menuang kecap pada mangkuk bakso yang hanya berisi beberapa pentol bakso dengan kuah dan toping daun bawang serta bawang goreng.
" Bapak benar-benar mau hemat gara-gara saya?" Xandra melihat isi mangkuk Alex.
" Tenang pak, saya yang bayar, uang belanja hari ini masih utuh kok, tambah lagi aja, mana kenyang bapak hanya makan kayak gitu, saya pesankan ya " Xandra berdiri hendak memesan kembali bakso untuk Alex, namun Alex keburu mencegahnya.
" Kamu kawatir saya tidak kenyang?" tanya Alex.
Xandra mengangguk.
" Tenang ada kamu yang masakin saya di rumah kalau sewaktu-waktu saya nanti lapar"
Xandra mendengus, kembali meletakkan bokongnya ditempat.
" Saya malas masak " sungut Xandra, sambil menyuap bakso terakhir kemulutnya.
" Biar saya yang masak" tawar Alex.
" Memang bapak bisa masak?" Xandra meletakkan tisu kemangkok.
" Saya juga pernah jadi anak kos, jadi masak juga sudah biasa"
" Emang istri bapak kemana?" akhirnya keluar juga pertanyaan itu.
Alex tersenyum mendengar pertanyaan Xandra
" Kira-kira berapa anak yang saya punya jika saya sudah menikah?" Alex malah balik bertanya.
" Dua mungkin" jawab Xandra asal.
" Apa saya terlihat tua?"
" Bukan tua pak, tapi matang "
Alex malah tertawa mendengar jawaban Xandra. Xandra mencembik kesal.
" Kamu kira saya buah, matang " Alex berdiri.
" Ayo pulang, kamu yang bayarkan "
Alex menagih omongan Xandra tadi.
" Bapak benar-benar takut miskin ya? bakso aja minta bayarin!" Xandra kesal dan membayar dua mangkuk miliknya dan Alex.
" Bukan takut miskin, uang itu jatah belanja hari ini. Dan kamu belum belanja kan?"
" Kok bapak tahu?" Mereka ngombrol sambil berjalan menuju menyebrang menuju kantor, saat akan menyebrang Alex reflex menggandeng tangan Xandra. Xandra terkejut, akan melepas tangannya, namun keburu ditarik Alex, saat jalanan memberi luang untuk menyebrang.
Sampai diseberang dengan selamat, Xandra langsung melepas tangan Alex dari tangannya.
" Kenapa?" tanya Alex.
" Ingat syarat saya yang ke tiga"
" Itu kamu yang buat, dan saya belum sepakatkan" ejek Alex.
" Bodo amat" Xandra menghempaskan tangan
yang masih dalam pagangan Alex.
" Cuma kamu yang bilang itu ke saya" Alex melepas tangan Xandra.
" Terserah... "Xandra pergi menjauh dari Alex, menyetop taksi.
Namun tangannya kembali dicekal Alex. Agar tidak masuk ke dalam taksi.
" Pulang sama saya" Alex menggeret tangan Xandra kedepan.
" Maaf pak, istri saya sedang merajuk, ini gantinya "
Tak menghiraukan keterkejutan Xandra, Alex menarik Xandra ke parkir mobilnya.
" Protesnya nanti saja " ucap Alex.
Xandra masih setengah sadar masuk ke mobil.
Hai readers.... Jempolmu semangatku....
Salam~ Fillia ~
