Novel ini berkisah tentang seorang pemimpin pemerintah bereinkarnasi ke dunia fantasi, namun keadaan di kehidupan barunya yang penuh diskriminasi memaksanya untuk membangun peradaban dan aturan baru...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iimnn saharuddin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 1.7
Aku memanggil sistem.
"Sistem, boleh aku tau kemampuan yang. sekarang aku miliki"
"Baik tuan, ini adalah beberapa kemampuan bertahan hidup yang anda miliki"
• Mengurangi Rasa Sakit
• Tahan Terhadap Penyakit
• Mengurangi Rasa Lapar
• Memperkuat Indra Pendengaran
• Kemampuan Memasak
Memang pantas disebut kemampuan bertahan hidup, bahkan tuduhan sebagai penyihir padaku memang sudah dianggap sebagai kebenarannya. Tapi ini berbeda karena aku mendapatkan nya melalui sistem dan tidak murni dari bakat bawaan.
"Bagaimana menurutmu sistem"
Sistem menjawab "Saya tidak mengerti apa yang anda pikirkan"
Aku menghela napas.
Jadi, apakah suatu hari aku bisa menjadi koki handal dengan kemampuan ini?, ini terdengar konyol sih menurutku.
Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar sedang mendekat. Aku menoleh dan melihat Zephyr berjalan ke arahku.
"Kau tidak tidur?" tanyanya sambil bersedekap.
Aku menggeleng. "Masih banyak yang kupikirkan kak."
Zephyr duduk di sampingku, ikut menatap langit. "Aku juga... Aku masih tidak percaya kita bisa menyelamatkan kelompok orc itu. Biasanya, mereka tidak percaya pada manusia."
"Karena kelompok kita berbeda," jawabku. "Mereka mungkin bisa merasakan ketulusan kita."
Zephyr mengangguk pelan, lalu berdiri. "Besok kita harus bangun lebih awal. Aku pergi dulu."
“Iyya kak”
Setelah Zephyr pergi, aku merasakan seseorang mendekat. Dengan kemampuan Indra yang diperkuat dalam membaca situasi, aku segera mengenalinya pemimpin kelompok ini. Dia berjalan santai dan duduk di sampingku.
"Aku sangat berterima kasih padamu, Nak. Berkatmu, kami bisa mendapatkan makanan yang layak," ucapnya sambil mengelus kepalaku dengan lembut.
Aku sedikit canggung dengan perlakuannya, tapi aku hanya tersenyum tipis. "Jangan berterima kasih padaku, Pak Bos, tapi pada temanku," bantahku halus.
Dia terkekeh pelan. "Tidak, Zephyr bilang semua ini berkatmu. Dia hanya sedikit membantu katanya."
Aku diam sejenak, tidak tahu harus berkata apa.
Pemimpin itu mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya, menyalakannya, lalu menghirup dalam-dalam sebelum mengembuskan asap ke udara. "Aku tidak percaya ada anak semuda kamu yang berbakat seperti ini. Berbeda dari anak-anak lain seusiamu... Apa kamu seorang penyihir, Nak?"
"Penyihir?" ulangku, sedikit terkejut.
Aku hampir lupa. Anak seusiaku yang memiliki kemampuan seperti ini pasti dianggap aneh. Bahkan orang dewasa pun biasanya kesulitan melakukan hal-hal yang kulakukan. Aku tidak boleh gegabah. Jika dia mulai mencurigai identitasku bahwa aku bukan orang yang lahir di dunia ini dan memiliki sistem yang membantuku, itu bisa jadi masalah besar.
Sepertinya aku harus membuat cerita yang masuk akal.
"Dulu aku anak seorang pedagang sukses di wilayah timur," kataku, mencoba menyusun kata-kata dengan hati-hati. "Tapi karena aku dicap sebagai penyihir, keluargaku menjualku ke pedagang lain. Itu satu-satunya hal yang masih kuingat saat ini."
Pemimpin itu menghela napas, lalu mengangguk. "Begitu ya... Aku tidak pernah mendengar ada pedagang dari timur yang punya anak berbakat sepertimu. Mungkin dia hanya pedagang pemula, jadi aku tidak mengetahuinya."
Dari nada suaranya, dia masih terdengar ragu. Tapi setidaknya dia tidak mencurigai hal yang lebih buruk.
Jadi begitu...
Aku pernah mendengar bahwa anak-anak yang lahir dengan bakat sihir akan dibawa ke kerajaan suci, dan setelah mereka cukup dewasa, mereka akan diserahkan ke pihak gereja untuk mendapatkan keadilan. Mungkin pemimpin ini mengira aku berhasil selamat karena masih terlalu muda untuk diserahkan ke gereja. (Gumam Raka)
"Tapi..." Aku mencoba menunjukkan sedikit keraguan di wajahku. "Aku tidak pernah merasakan kekuatan sihir dalam tubuhku. Apa aku benar-benar seorang penyihir?"
Pemimpin itu tertawa kecil, lalu menepuk bahuku. "Nak, gelar 'penyihir' tidak selalu diberikan pada orang yang bisa mengendalikan sihir. Itu juga bisa diberikan pada mereka yang memiliki pengetahuan dan bakat luar biasa. Contohnya kamu di usia semuda ini, kamu bisa melakukan hal-hal yang biasanya hanya bisa dilakukan orang dewasa. Cara bicaramu juga jauh lebih dewasa dibanding anak-anak lain."
Dia mengangkat satu tangan, lalu menyalakan api di telapak tangannya. Mataku membelalak melihat sihir itu secara langsung.
"Ini keren," gumamku takjub.
Pemimpin itu tersenyum tipis. "Didunia ini ada dua jenis sihir. Seperti Ini disebut sihir spiritual. Sihir ini menggunakan kekuatan mental sebagai bahan pemicu dan juga memiliki kapasitas yang jauh lebih besar dibandingkan penyihir fisik. Jadi, semakin kuat mental penggunanya, semakin kuat dan banyak kapasitas sihir yang bisa mereka hasilkan. Paham?"
Aku mengangguk. "Paham, Pak. Tapi bagaimana dengan sihir fisik?"
"Contohnya seperti kamu," katanya sambil mengisap rokoknya lagi. "Biasanya sihir fisik bergantung pada bakat alami dari alam. Kamu kenal Lumin. Aku dengar kau sempat bersamanya sebelumnya."
Aku mengernyit. "Aku mengenalnya. Kenapa?"
Dia menghembuskan asap rokoknya perlahan. "Dia juga seorang penyihir tipe fisik. Dulu, dia adalah rekanku, dia orang yang sangat hebat. Berkat kemampuannya, dia berhasil mengalahkan musuh dengan mudah. Pencapaiannya luar biasa, dia sempat menjadi sosok yang sangat dihormati di seluruh wilayah timur."
Dia menghisap kembali rokoknya dan meniupnya ke udara (gua sempat risih sama asap rokoknya yang mirip kereta uap)
Dia melanjutkan " 55 tahun lalu setelah perang saudara berakhir, dia dicap sebagai penyihir yang telah sekutu dengan iblis sehingga dia ditahan selama bertahun-tahun lamanya. Pada akhirnya dia berhasil meloloskan diri dan tampa meninggalkan jejak, sampai sekarang dia masih berstatus boronan oleh Kerajaan Suci"
Aku terdiam mendengar ceritanya
"Aku tidak menyangka Kak Lumin adalah orang sehebat itu," gumamku.
Pemimpin itu menatapku sejenak, lalu tertawa keras. "Hahaha! Kak Lumin? Padahal dia sudah berumur sama sepertiku!"
Aku terkejut. "Hah?!?!"
Padahal penampilannya masih terlihat muda seperti umur 25 tahunan, namun kenyataan dia sudah setua kakek-kakek disampingku.
Dia mengangguk. "Benar. Karena tulah kenapa dia masih hidup sampai sekarang, dan juga alasan kenapa dia dicap sebagai penyihir."
Aku menatap ke arah langit, mencerna informasi itu. Kak Lumin... sudah berumur puluhan tahun...
"Aku berharap dia baik-baik saja," kataku akhirnya. "Aku juga ingin sekuat dia."
Pemimpin itu tersenyum. "Tenang saja. Dia orang yang hebat. Dia akan baik-baik saja di mana pun dia berada. Dan satu hal lagi, berhenti memanggilku pak bos, Namaku adalah Marsel, panggil aku Kepala Desa saja nak"
itu typo ya, seharusnya seperti ini, aku ingin kita semua membangun sebuah desa di bagian sana atau belah sana
typo ya bang?
emosi nya masih belum terasa, itu membuat pembaca belum menghayati dan mengikuti alur secara mendalam. juga pacing nya terlalu cepat, transisi pergantian tempat dan juga suasana masih terlalu tiba-tiba, dari sampai, antri tiket, sampai gudang, dan juga pergantian siang ke malam terlalu tiba-tiba... jadi tambahkan sedikit emosi dibagian awal cerita agar pembaca memiliki kesan pertama yg bagus, juga pacing yang sedikit di perpanjang