NovelToon NovelToon
BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Balas Dendam / Selingkuh / Romansa / Ibu Mertua Kejam / Office Romance
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: alfphyrizhmi

"Hans, cukup! kamu udah kelewat batas dan keterlaluan menuduh mas Arka seperti itu! Dia suamiku, dan dia mencintaiku, Hans. Mana mungkin memberikan racun untuk istri tersayangnya?" sanggah Nadine.

"Terserah kamu, Nad. Tapi kamu sekarang sedang berada di rumah sakit! Apapun barang atau kiriman yang akan kamu terima, harus dicek terlebih dahulu." ucap dokter Hans, masih mencegah Nadine agar tidak memakan kue tersebut.

"Tidak perlu, Hans. Justru dengan begini, aku lebih yakin apakah mas Arka benar-benar mencintaiku, atau sudah mengkhianatiku." ucap Nadine pelan sambil memandangi kue itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 29 - Bakat

Maka, banyak pegawai memilih menghindar atau sekadar menyapa nya saja dengan senyum tipis.

"I-iya, pak. Ada OB baru kita yang sedang konsultasi perihal wajahnya," dokter Hans menunjuk Nadine dengan wajah dilapisi kain kasa, mirip setengah mumi itu.

"Oh, yaampun. Kamu nggak apa-apa dengan kondisi tersebut, masih maksa kerja di tempat kami?" tanya Husein dengan iba.

"Aman saja kok, Pak. Kan cuma wajah saya doang yang rusak. Tapi selama kaki dan tangan untuk membersihkan area rumah sakit ini, masih diberikan kesehatan, semuanya aman terkendali, Pak. Bapak lihat lantai lorong ini yang kinclong?" tanya Nadine.

Lalu Husein mengamati lantai lorong yang mereka lewati, memang begitu bersih dan nampak mengkilat. Pria itu juga memantau kondisi sekitar, mulai dari langit-langit, jendela, bahkan kursi yang sedang diduduki Nadine.

"Iya, semuanya bersih, rapi, dan indah sekali."

"Tuh, kan... Ini nih pak OB yang ngerjain itu semua! Eh, sama ibu yang satu itu sih," ucap Nadine sambil menepak da-da nya keras-keras, menyombongkan hasil kerjanya. Ia tak lupa menunjuk Bu Minah.

Para petinggi dan staf yang menemani, justru tertawa riang. Husein juga demikian, tak tahan menahan tawa dengan tingkah konyol dan belagu Nadine. OB itu sekonyong-konyong pamer dan menyombongkan diri, bahkan dihadapan orang penting tempatnya bekerja!

Hans hanya menepak dahi sambil menggelengkan kepala. Dokter muda itu mengira, inilah hari terakhir Nadine bekerja. Semua atas kebodohan dan tingkahnya itu.

Tapi, hal tak terduga, keluar dari ucapan Husein. Membuat keadaan tambah hening dan menakutkan bagi Hans, maupun Bu Minah.

Nadine hanya senyam-senyum saja di hadapan para petinggi itu, senyum tulus dan ceria, tanpa ketakutan sedikitpun.

Hans yang masih panik karena tidak bisa menahan tingkah laku Nadine, hanya geleng-geleng kepala dengan wajah frustrasi. Ia khawatir sang pujaan hatinya itu dipecat, lantaran keteledoran sikap dan tidak menjaga sopan santun di depan para atasan.

"Maaf Pak...." baru dua patah kata Hans berucap, itupun sangat kecil dan seperti berbisik.

Gelak tawa kencang meramaikan suasana di lorong tersebut.

"Hahaha! Bagus... Good job ! Kami sangat suka dengan karakter dan pembawaan kamu. Nggak minder maupun risih. Justru pede dan membuktikan hasil kerja terbaik. Kamu punya ijazah atau sertifikasi dari pelatihan medis? Biar nanti saya naikin jabatan menjadi perawat atau bagian medis lain," ucap Husein merasa bahagia.

Hans semakin menggeleng-gelengkan kepala lebih banyak. Kekhawatirannya barusan, sirna oleh tawaran Husein kepada Nadine.

Dokter muda itu tidak menyangka, ternyata daya magis dan tingkah blak-blakan Nadine yang dirindukan sejak SMP, kini memikat hati manager rumah sakit, bahkan hingga para atasan yang kini bersama Husein.

Wajah sumringah diperlihatkan dokter Hans dan juga Nadine. Wanita itu masih melamun atas ucapan Husein kepadanya. Kedipan matanya lebih cepat, pertanda memikirkan sesuatu.

"Ada apa, Nad? Hei... dijawab itu pertanyaan Pak manager," sentak Hans, menyadArkan Nadine dari lamunannya.

"Sa-saya nggak punya background atau skill di bidang medis, Pak. Mohon maaf sekali." ucap Nadine sedikit kecewa. Padahal, andai saja punya, pasti nasibnya berubah total ke arah lebih baik, tidak perlu capek-capek menjadi OB lagi.

"Hmm... bagaimana, ya? Tapi saya suka dengan karakter dan kepribadian kamu. Pemberani dan ceria. Dengan kondisimu sekarang, seolah kamu sedang menantang dunia yang penuh dengan segala permasalahannya!" ucap Husein, memberi pujian pada Nadine, sambil berpikir keras.

"Pokoknya, saya nggak mau melihat bakat dan kepribadian yang ada dalam dirimu, berakhir cuma jadi OB di rumah sakit. Kamu pantas dapat yang lebih lagi. Saya jamin itu!" imbuhnya.

Perkataan Husein layaknya sebuah pujian tingkat tinggi yang diberikan kepada Nadine. Ucapan tersebut juga bisa menjadi patokan dasar, terkait performa Nadine yang terbilang sangat baik. Menjadi garansi untuk Nadine bakal lebih lama lagi bekerja di rumah sakit itu.

Hans dan Bu Minah takjub.

Terutama Bu Minah, melihat Husein memperlakukan wanita itu layaknya manusia normal. Ketimbang mantan majikan sekaligus mertua Nadine sebelumnya, sama sekali tidak pernah menganggap keberadaan Nadine. Bahkan, kesengsaraan dan luka yang kini akan selalu membersamai Nadine, adalah kejahatan dari orang itu. Bu Minah menggenggam gagang pel erat-erat, seraya mengutuk Miranda.

"Begini saja, kira-kira... apa hal atau hobi yang kamu suka? Mungkin dari titik itu kita bisa carikan pekerjaan yang lebih layak untukmu, ketimbang nyapu dan ngepel terus-terusan di sini, " tanya Husein.

"A-anu, Pak... hobi saya cuma satu, yaitu masak. Saya suka bikin makanan," ungkap Nadine, sebelum Hans memberitahukan pada Husein.

Memang benar, itulah hobi Nadine sejak kecil. Hans bernostalgia saat SMP, bagaimana ketika ada praktek memasak dan dibuatkan kelompok, hanya masakan dari tim Nadine yang mendapat nilai sempurna. Bahkan para guru yang menjadi koki meminta porsi tambahan. Berbeda dengan timnya, justru agak gosong dan terlalu asin.

Hans senyam-senyum sendiri mengingat kenangan itu.

"Mo-mohon maaf jika saya ikut campur. Memang benar sekali, Pak... nyonya Nadine sangat suka memasak. Bahkan, saat membuat makanan untuk besek tahlilan tujuh hari mendiang kedu orang tuanya, sangat enak dan mendapat pujian dari beberapa tetangga," demi mendukung Nadine, Bu Minah secara refleks angkat bicara.

"Nyonya? Siapa yang dipanggil nyonya? dan nyonya dari siapa? Lalu, mendiang kedua orang tua, artinya...?" tanya Husein kebingungan, saat Bu Minah yang juga sesama OB dengan Nadine, bahkan lebih tua, memanggil Nadine dengan sebutan 'nyonya'.

Setelah dijelaskan panjang lebar oleh Bu Minah, akhirnya Husein paham alur mengapa wanita paruh baya itu memanggil Nadine dengan sebutan atau panggilan yang biasa dipakai konglomerat.

Bu Minah juga menjelaskan tentang kecelakaan kedua orang tua Nadine yang sangat janggal. Hingga saat ini pun, kasusnya masih diperjuangkan oleh mereka.

"Oh yaampun, innalillahi wa inna ilaihi rojiun," ucap Husen setelah mendengar cerita dari Bu Minah, sambil melantun doa kepada kedua almarhum.

Wanita yang mengajukan diri untuk menjadi asisten Nadine seumur hidup itu, dengan antusias bercerita latar belakang Nadine yang begitu pedih dan selalu disengsarakan oleh mertuanya. Bu Minah hanya bercerita penderitaan yang selalu diterima Nadine, tanpa menyebutkan siapa dalangnya.

"Berarti luka itu saat terjadinya kebakaran dan kamu satu-satunya yang selamat dari rumah itu?" Husein penasaran.

Karena tidak detail dan ada mispersepsi dari cerita Bu Minah, akhirnya wanita paruh baya itu menjelaskan alurnya secara rinci dan detail.

------

Husein dan beberapa pimpinan rumah sakit yang mendengar cerita tersebut, kaget bukan main. Ternyata, salah satu pegawai mereka mengalami penderitaan sangat pedih. Mereka iba dengan kondisi Nadine, tapi, tatapan dan sorot mata Nadine yang menyala-nyala, membuktikan bahwa wanita itu tidak apa-apa. Justru nampak sedang dalam performa dan semangat terbaik.

Husein dan para pimpinan yang tidak tega karena kasihan, bingung dan berada dalam dilema.

Jika mereka memberikan pekerjaan dengan jabatan tinggi karena iba, justru akan merendahkan Nadine yang sedang bersemangat seperti ini. Pasti wanita tangguh ini menolak mentah-mentah tawaran menggiurkan barusan.

Apabila membiArkannya menjadi OB pun, semuanya tidak tega dan akan merasa malu. Akhirnya, Husein menemukan solusi terbaik dari semua resah dan permasalahan ini.

"Baiklah. Saya sudah mulai paham dengan kondisimu, juga mengerti akan keuangan kalian. Begini saja, karena kamu suka bikin makanan dan hobi masak, bagaimana kalau kamu, saya angkat jadi koki di rumah sakit ini?" Husein memberikan tawaran pada Nadine diiringi senyum tulus.

Bersambung......

1
Isma Isma
kejamn sekali keluarga arka
alfphyrizhmi: iya, kejam banget emang kak... 🥺
total 1 replies
arniya
mampir kak
alfphyrizhmi: terima kasih sudah mampir, kak. Semoga betah yaaa sama ceritanyaaa... ^_^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!