NovelToon NovelToon
Surat Untuk Aluna Kayara

Surat Untuk Aluna Kayara

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Selingkuh / Persahabatan / Cintapertama
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kim elly

⚠️ sebelum baca cerita ini wajib baca Pengantin Brutal ok⚠️

Setelah kematian Kayla dan Revan, Aluna tumbuh dalam kasih sayang Romi dan Anya - pasangan yang menjaga dirinya seperti anak sendiri.
Namun di balik kehidupan mewah dan kasih berlimpah, Aluna Kayara Pradana dikenal dingin, judes, dan nyaris tak punya empati.
Wajahnya selalu datar. Senyumnya langka. Tak ada yang tahu apa yang sesungguhnya disimpannya di hati.
Setiap tahun, di hari ulang tahunnya, Aluna selalu menerima tiga surat dari mendiang ibunya, Kayla.
Surat-surat itu berisi kenangan, pengakuan, dan cinta seorang ibu kepada anak yang tak sempat ia lihat tumbuh dewasa.
Aluna selalu tertawa setiap membacanya... sampai tiba di surat ke-100.
Senyum itu hilang.
Dan sejak hari itu - hidup Aluna tak lagi sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim elly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

chapter 11

Keesokan harinya, diam-diam, Kayla mengambil sampel sperma Revan — tanpa sepengetahuan suaminya — dan membawanya ke laboratorium untuk diperiksa.

Beberapa hari kemudian, hasilnya keluar.

Dan dunia Kayla seakan berhenti berputar.

Revan tidak subur.

Kayla duduk lemas di kursi ruang tamu. Ia menatap kertas hasil tes itu lama sekali. Tak ada air mata, hanya keheningan yang menyesakkan dada. Ia menerima semuanya... tanpa memberitahu Revan.

Beberapa hari kemudian, Kayla berniat mengambil barang-barangnya yang masih tertinggal di apartemen Axel.

Pintu terbuka, menampilkan Axel dengan baju santainya — kaos putih dan celana pendek abu. Tatapan mereka bertemu, dan suasana jadi canggung.

“Lagi apa?” tanya Kayla sambil tersenyum kikuk.

“Tiduran,” jawab Axel cepat, sedikit gugup.

“Aku cuma mau ambil baju sama tas yang ketinggalan,” ucap Kayla, tetap menjaga jarak.

“Udah aku siapin,” ucap Axel sambil menyerahkan koper. “Ini.”

“Makasih, ya,” ucap Kayla tersenyum, tapi senyum itu hambar — penuh luka lama yang belum sembuh.

Axel menatapnya lama. “Jangan pulang dulu, Kay. Kita ngobrol aja dulu, santai...” suaranya lembut tapi menekan.

Kayla menggeleng pelan. “Ah... aku nggak enak, Xel. Bagaimanapun juga... kita itu mantan suami istri.”

Axel berjalan pelan mendekatinya. Napasnya terdengar dekat. “Iya... tapi aku kangen kamu, Kayla,” ucapnya lirih, lalu menggenggam tangan Kayla.

“Xel... jangan gini,” ucap Kayla menolak, jantungnya berdebar keras, tubuhnya bergetar menahan emosi campur rindu yang tiba-tiba menyeruak. Tapi Axel tak berhenti. Ia menatap dalam ke mata Kayla, lalu mencium bibirnya dengan lembut.

Tidak bisa membohongi diri sendiri, Kayla pun membalas ciuman itu. Rindu yang selama ini ia pendam pecah begitu saja. Ciuman itu dalam, lama, dan berakhir pada sesuatu yang tak bisa mereka hentikan.

Tanpa sadar, pakaian demi pakaian terlepas. Siang itu, mereka tenggelam dalam gairah yang dulu pernah menyatukan mereka. Axel melakukannya dengan gerakan agresif — seolah menumpahkan semua kerinduan yang tertahan.

Di tengah keintiman itu, Kayla sempat berbisik, panik, “Xel... kok kamu nggak pake pengaman?”

Axel menatapnya, tersenyum kecil. “Aku nggak punya, kita dadakan,” jawabnya santai.

Kayla terdiam, kaget, tubuhnya membeku beberapa detik. Setelah semuanya selesai, ia hanya bisa melamun di kursi mobil, diam sepanjang jalan saat Axel mengantarnya pulang.

Hari-hari berikutnya, Kayla merasa jenuh di rumah. Ia hendak pergi ke rumah Salsa, tapi saat keluar, ia melihat Bu Ami — ibu Axel — sedang menyiram tanaman.

Kayla menghampirinya, berusaha ramah. “Ma, lagi apa?” sapanya.

“Oh, Kayla. Mau kemana?Axel di kamar, lagi sakit,” jawab Bu Ami sambil tersenyum.

"Kerumah Salsa ma, sakit apa Axel?"

"Demam."

Tanpa pikir panjang, Kayla melangkah masuk. Axel terbaring di kasur, tampak lemah. “Kamu sakit?” tanya Kayla lembut.

Axel menatapnya samar, lalu menariknya ke dalam pelukan. “Jangan pergi dulu,” bisiknya pelan.

Dan seperti ditarik pusaran masa lalu, mereka kembali melakukannya. Lagi.

Selesai, Kayla hanya bisa menunduk, napasnya berat. “Xel... udah ya. Aku nggak nyaman. Aku... selingkuh dari Revan,” ucapnya dengan suara bergetar antara marah dan bingung.

Axel menatapnya dalam. “Aku nggak bisa kehilangan kamu, Kayla.”

“Harus lupa,” jawab Kayla cepat. Ia bangkit dan pergi, meninggalkan Axel yang hanya bisa menatap punggungnya perlahan menghilang di balik pintu.

Satu bulan berlalu.

Kayla mulai merasa aneh. Mual. Lemas. Emosinya naik turun.

Tes kehamilan menunjukkan dua garis merah. Ia hamil.

Tiga bulan kemudian, Revan tanpa sengaja menemukan selembar surat di dalam laci meja rias Kayla. Surat dari dokter — hasil tes yang menyatakan bahwa ia tidak subur.

“Kayla... apa ini, Sayang?” tanya Revan lembut sambil memperlihatkan surat itu.

Kayla tertegun, wajahnya memucat. “Eump... itu... itu surat dari dokter,” jawabnya gugup.

“Kenapa?” tanya Revan lagi, suaranya masih lembut tapi tajam seperti pisau.

Kayla meneteskan air mata. “Maafkan aku, Van... aku khilaf... Revan, maaf...”

Revan terdiam lama. Tangannya mengepal, rahangnya mengeras, tapi matanya basah. “Aku marah... tapi aku lemah di hadapan kamu, Kayla,” ucapnya berat, menahan amarah yang hampir pecah.

“Jadi... anak ini anak Axel?” tanyanya pelan.

Kayla menunduk, menangis keras. Tak sanggup menjawab.

Revan menarik napas panjang. “Udah... jangan nangis. Aku nggak apa-apa, kok. Aku nggak akan lepasin kamu, Kayla. Aku sayang kamu,” katanya sambil mengelus kepala Kayla.

Air mata Kayla semakin deras. Dalam hatinya ada rasa bersalah, tapi juga lega — karena Revan tidak meninggalkannya.

Sejak hari itu, mereka tetap bersikap normal, seolah tak ada badai di antara mereka. Layaknya suami istri biasa...

Tapi di dalam hati, luka itu tetap ada — hanya saja, keduanya memilih diam.

Beberapa Bulan Setelah Itu

Kehamilan yang seharusnya membawa kebahagiaan, justru menjadi awal dari penderitaan panjang bagi Kayla.

Tubuhnya lemah, mudah sesak, setiap malam ia terbangun karena nyeri menusuk di perut dan punggungnya. Dokter bilang kandungannya rapuh, tapi Kayla tetap bertahan — demi bayi yang kini tumbuh di rahimnya.

Namun, tidak bagi Revan.

Setiap kali ia menatap perut Kayla yang kian membesar, matanya berubah sendu — tapi dingin.

Ia tidak membenci Kayla. Ia hanya tidak bisa mencintai bayi itu.

Karena setiap kali melihatnya, yang ia lihat hanyalah wajah Axel.

Kayla tahu itu.

Ia tahu dari tatapan Revan yang tak lagi sama, dari keheningan yang selalu hadir di antara mereka.

Pernah, di tengah malam, Kayla menatap Revan yang duduk diam di tepi ranjang, menatap kosong ke arah jendela.

Dengan suara lirih, Kayla berbisik,

“Titip Aluna ya, Van... kalau aku nggak ada nanti...”

Revan tidak menjawab.

Ia hanya menarik napas panjang, menunduk, lalu meninggalkan kamar.

Keheningan itu jauh lebih menyakitkan daripada kemarahan.

Hari-hari berlalu dalam dingin yang menggigit.

Tubuh Kayla semakin lemah, dan suatu sore ketika ia sendirian di kamar, matanya terhenti pada sebuah map lusuh di dalam laci meja kerja Revan.

Map dari laboratorium.

Tangan Kayla gemetar saat membukanya.

Di dalamnya, hasil pemeriksaan medis... dengan nama Revan Pangestu.

Dan di baris diagnosis tertulis:

Kanker paru-paru stadium lanjut.

Kayla terpaku.

Matanya kabur. Napasnya tercekat.

Tubuhnya bergetar hebat, lalu ia terjatuh berlutut di lantai, memeluk map itu erat-erat.

“Ya Tuhan... jadi ini... alasan dia diam selama ini?”

Air matanya jatuh deras, tak terbendung.

“Van... aku jahat banget ya...” suaranya patah, lirih, penuh penyesalan.

Ia menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong.

“Revan... orang yang paling aku sayangi... ternyata orang yang paling menderita. Dan aku malah menghianati dia...”

Kayla menangis sejadi-jadinya malam itu.

Di antara isaknya, ia berbisik pada dirinya sendiri,

“Maaf, Van... kalau nanti aku mati duluan, aku nggak bisa rawat kamu. Aku nggak bisa tebus semua salahku...”

Namun, keesokan harinya Kayla berusaha tersenyum seperti biasa.

Ia menyiapkan sarapan, menyapa Revan seolah tak tahu apa-apa.

Flashback off

Bersambung....

Maafkan kayla dan axel ya gaes 🥰 🥰 jangan lupa tinggalkan jejak.

1
Ramun🍓😈
itu dramanya si Aluna lagi kah pura pura pinsang😂
kim elly: asli itu mah di cekik sesak nafasnya 🤣🤣tapi yang neken tangan baskara aluna
total 1 replies
Ramun🍓😈
si Aluna mah tidak ada duanya😂.
GreenForest
biarin napa sih Al Alex nikah kasihan tau, kamu enak bisa ciuman sama Ray lah papamu Alex masa nyium tembok mulu
kim elly: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
GreenForest
Untung yang Lo lihat bagian ciumannya doang, nggak bagian menghujam nya
NyonyaGala
eh bas meskipun bokap tiri lo kaya, mpok tiri lu gabakalan biarin lu dikasi duit🤭
NyonyaGala
meskipun kayla belain reno di surat aku tetep gasuka ama dia thor
tapi aku suka ama anaknya🤣
Mira
Apalagiii ini alunaaaa tiba tiba banget mau panahan
Mira
Alunaaaaa😭.. tapi bagus sih wanita wanita tangguh dan pemberani seperti aluna itu wajib ada didunia nyata
LauRa🍃🍃
Kasian banget kamu Van🤧🤧
Ramun🍓😈
gimana nnti ya klo Aluna bucin ma Baskara😂
Ramun🍓😈
ikutin saran Robi aja deh. Si Aluna meski cewek bukan tandingan mu😩
GreenForest
ini mah baskara di siksa tanpa menyentuh 😭
GreenForest
gila semua wanita yang Deket Axel terhempas keluar angkasa 🤪🤪
NyonyaGala
ku sungguh ingin nyanyi "malam cheos ini~"😭😭
NyonyaGala
aduh awalnya agak sweet ama ray bab akhirnya malah mewek lagi thor 😭
Mira
Suka ngakak liat kelakuan si Aluna, kadang diluar nurul kelakuannya wkwk
Mira
cowo cowo itu kalau ngomong sama Aluna udah bukan kaya ngomong sama cewe, gaada lembut lembutnya wkwk
Ramun🍓😈
Nyesek banget😩, banjir air mata gara gara author😩 sedih banget sih jadi Revan😩😭
Ramun🍓😈
Aluna lebih parah dari Mak nya😭
Ramun🍓😈
Nangis kejer ni thor😭. Sad banget jadi Revan😩😩
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!