Dendam Keturunan Pendekar

Pelayan tersebut mengigit bibirnya, air matanya nyaris jatuh namun pelayan tersebut dengan cepat menaruh tumpukan piring ke meja dan membersihkan lantai tersebut menggunakan tisu dengan tangan gemetar.

Namun dari kejauhan tepatnya dari seorang rumah makan ini, terlihat Angga yang tengah merekam kejadian tersebut menggunakan ponselnya.

Setelah merekam kejadian tersebut bukannya puas Angga justru terlihat dilema, "jika aku menyebarkan video ini ke publik reputasi keluarga Nandang akan buruk di mata publik, namun....

Bagaimana dengan aku dan keluargaku? Jika aku menyebarkan video ini keluarga Nandang dan para backingannya yang merupakan mafia dan salah satu organisasi dunia bawah tanah pasti akan memburukku dan seluruh keluarga Dinata..."

Angga terlihat sangat dilema saat ini, jarinya terlihat hendak menekan tombol posting.

Namun dengan cepat Angga mengurungkan niat tersebut, dia tidak ingin keluarganya lenyap dari muka bumi ini hanya karena dia ingin menjatuhkan citra keluarga Nandang.

Namun Angga tidak menghapus video tersebut, Angga justru membagikan Video tersebut ke salah satu temannya.

Setelah itu Angga berbalik dan berjalan pergi begitu saja, dengan hati yang merasakan sedikit penyesalan, "andai saja ada organisasi dunia bawah tanah yang membacking keluargaku, pasti aku tidak akan ragu untuk memviralkan kelakuan Irma." Batin Angga.

Ya alasan mengapa Angga selalu menjauhi Irma karena Angga mengetahui betul bagaimana sifat arogan Irma, beberapa kali Angga mendapati Irma selalu membully mahasiswa dan mahasiswi di UNESA hanya karena dia adalah pewaris tunggal keluarga Nandang.

Kelakuan Irma yang sangat jumawa dan seolah seluruh dunia berada di genggamannya itulah yang membuat Angga 'najis' dengan Irma.

Mungkin saja ketika Angga menjadi kekasih Irma, Angga hanya akan di jadikan budak pemuas nafsu Irma saja.

Itulah yang berada di pikiran Angga.

Namun apa yang tidak di ketahui Angga, dari balik kacamata hitam salah satu bodyguard Irma terlihat manik mata bodyguard itu mengawasi gerak gerik Angga sedari tadi.

Bodyguard itu bernama Riman, dia bukanlah Bodyguard biasa. Riman sebenarnya adalah sosok sakti yang merupakan salah satu anggota organisasi bawah tanah yang membacking keluarga Nandang.

Tentu saja Irma yang merupakan pewaris keluarga Nandang pastinya ada beberapa orang yang memiliki keinginan jahat, oleh karena itu Riman di sewa untuk menyamar menjadi bodyguard biasa namun sejatinya dia adalah sosok yang sangat sakti.

Rima terlihat mengeluarkan ponselnya, dia kemudian mengirim pesan kepada Tuan Janu yang merupakan ayah dari Irma, "lapor Tuan Janu, Tuan Muda Angga sempat memvideokan aksi Nona Irma yang menindas pelayan rendahan.... saya menunggu perintah selanjutnya dari anda." Begitulah isi pesan tersebut.

Ting!

Tidak lama kemudian balasan dari Tuan Janu muncul, "temui Angga hapus videonya bila perlu hancurkan ponselnya, dan jangan lupa patahkan beberapa tulangnya sebagai peringatan agar jangan macam macam terhadap keluarga Nandang. Namun pastikan jangan sampai dia tewas bagaimana pun juga Irma masih menyukainya." Jawab Tuan Janu.

"Baik Tuan!"

Sementara itu terlihat Wira berjalan di jalanan kabupaten Magetan, sembari tersenyum senyum sendiri membayangkan betapa konyolnya wajah Kinanti saat sedang menangis.

Umbel dan air mata Kinanti yang berulang membasahi wajahnya benar benar membuat Wira tidak bisa untuk berhenti tertawa.

Namun apa yang tidak Wira sadari, kiannti terlihat berada tidak jauh dari jalanan tepat di mana Wira berjalan.

Sembari memakan semangka di tangannya Kinanti memandangi pria yang berjalan sendiri sembari tersenyum senyum.

Kinanti mengdutkan matanya melihat pria tersebut senyum senyum tanpa alasan yang jelas, "orang gila?" Hanya sebutan orang gila yang paling cocok untuk mendefinisikan pria tersebut.

Rambut Gondrong sedikit acak acakan seperti begal, kulit sawo matang dan jaket lusuh yang seperti tidak pernah di cuci jelas di lihat dari sudut pandang manapun Kinanti sangat yakin pria itu adalah orang gila.

"Siapa sangka di Kabupaten Magetan ini ada orang gila? Apa dia gila karena wanita ya? Atau dia gila karena ketempelan kuntilanak?" Tanya Kinanti dalam hatinya.

Kinanti memilih mengabaikan pria gila tersebut dan memilih untuk menghabiskan semangka di tangannya.

Ting!

Tiba tiba sebuah notifikasi wa masuk di ponsel Kinanti, kiannti langsung melihat siapa yang mengirim pesan tersebut yang ternyata adalah Dara. Dara adalah sahabat masa kecil Kinanti yang juga kuliah di kampus yang sama hanya saja berbeda jurusan.

Kinanti melihat pesan tersebut yang berisi gambar, lengan yang di balik perban, kemudian bertuliskan, "Kinanti kapan kamu pulang? Aku mau cerita tadi aku hampir di rampok di bus, ini tanganku sampai tersayat pedang panjang yang dari jepang itu... katana kalau ngga salah namanya..

Untung aja saat di bus itu ada pria misterius yang bisa ngalahin perampok itu." Seperti itulah isi pesan Dara.

"Astaga...!!!! Ibu kamu ngga kenapa napa kan Dara?" Balas Kinanti.

"Ibuku selamat, cuma aku aja yang terluka... mana lebih sakitan luka ini dari pada mulut tajam Irma.."

"Wkwk... yaudah sebentar lagi aku pulang, kebetulan aku udah naik gunungnya..."

"Berarti kamu sekarang udah ada di Magetan?"

"Iya.."

"Apa yang kamu lihat di sana, kata orang orang kabupaten magetan itu pemandangannya indah..."

"Apa yang aku lihat??" Kinanti kemudian menatap punggung wira, "hanya orang gila..."

"Hah! Masa iya di sana ada orang gila?"

***

Waktu berjalan dengan sangat cepat sekali, akhirnya Wira tiba di perbatasan Hutan Gunung Lawu yang menghubungkan dengan Kabupaten Magetan.

Terlihat Wira berjalan tenang memasuki hutan ini.

Wus....

Tiba tiba Wira merasakan hembusan angin dingin dari belakang seolah ada sesuatu yang menabrak dirinya.

Terlihat di depan Wira terbang seorang wanita cantik dengan gaun berwarna emas dan ukiran ukiran indah terbang melewati tubuh Wira, di samping wanita itu juga ada seorang kakek tua yang menyesatkan Kinanti.

Mereka berdua adalah Putri Ayu Jagad Maheswari dan Tetua Joyo.

Wira memandangi dua lelembut yang terbang di depannya.

Tiba tiba kepala Putri Jagad Maheswari menoleh kebelakang lebih tepatnya menatap ke arah Wira.

Buru buru Wira memalingkan pandangannya seolah dia tidak bisa melihat Putri Ayu dan Tetua Joyo.

"Hmmm..." putri ayu bergumam pelan, "manusia biasa?" Ucapnya.

Tetua Joyo juga menatap Wira yang berjalan sembari menatap lurus arah depan seolah tidak melihat kehadiran mereka.

"Manusia biasa?" Pertanyaan yang sama juga terulang di benak Tetua Joyo.

Putri Ayu dan Tetua Joyo saling pandang dengan sedikit bingung.

"Putri, apakah putri merasakan keanehan dari manusia biasa ini?" Tanya Tetua Joyo.

Putri Ayu menganggukan kepalanya, "aku merasakannya kakek Joyo, manusia biasa ini tadi seolah bisa melihat kita."

Putri Ayu mendekatkan wajahnya ke wajah Wira, manik matanya menatap manik mata Wira.