Anaya White memaksa seorang pria asing untuk tidur dengannya hanya untuk memenangkan sebuah permainan. Sialnya, malam itu Anaya malah jatuh cinta kepada si pria asing.
Anaya pun mencari keberadaan pria itu hingga akhirnya suatu hari mereka bertemu kembali di sebuah pesta. Namun, siapa sangka, pria itu justru memberikan kejutan kepada Anaya. Kejutan apa itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irish_kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenangan
Pagi itu, sinar matahari terasa terlalu cerah untuk hari yang seharusnya muram.
Anaya menatap wajahnya di cermin. Wajahnya pucat, tapi dia berusaha untuk tetap tersenyum .
Terlihat jelas sekali, senyumnya dipaksakan sempurna.
Dia menarik napas dalam, mencoba menghapus sisa semalam dari pikirannya.
Namun, setiap kali menatap pantulan matanya sendiri, bayangan Josh selalu muncul.
Tatapan rapuh pria itu, pelukan yang menahan, dan kecupan di kening yang dia berikan dengan air mata yang nyaris jatuh.
"Sial. Kau benar-benar lemah sekali, Anaya! Dia hanya nyaris menangis dan kau sudah memeluknya! Bahkan mengecup keningnya!" Anaya bermonolog di depan cermin sambil memukul-mukul kedua pipinya.
Rasanya seperti berusaha menghapus noda di kaca yang justru makin buram saat disentuh.
“Mulai hari ini, aku harus biasa saja! Tidak boleh lemah, tidak boleh goyah, tidak boleh rapuh, dan tidak boleh berdekatan dengan Josh Sialan itu!” gumamnya pelan.
Dia mengenakan blazer biru tua, menyisir rambutnya rapi ke belakang, dan memilih lipstik warna lembut yang bisa menutupi sembab di bibirnya.
Saat memasuki kantor, Anaya berjalan seolah tak ada yang terjadi. Tatapannya fokus, langkahnya tegap.
Namun, di balik semua kepura-puraan itu, dadanya masih sesak setiap kali mengingat suara berat Josh yang bergetar di pelukannya semalam.
Ketika pria itu melintas di lorong, Anaya hanya mengangguk tipis. Tak ada senyum, tak ada sapaan. Seolah malam itu tidak pernah ada.
"Selamat pagi, Tuan Grebel," sapa Anaya dengan suara yang dibuat-buat agar terlihat normal. Padahal hatinya bergetar hebat seperti gempa bumi besar.
Josh mengulum senyumnya. "Morning, Nona White. Kembali ke pengaturan awal, ya. Aku ragu, apakah kau mengidap amnesia?"
Melihat senyum Josh, detik itu juga pertahanan Anaya runtuh.
Anaya memutuskan untuk berjalan lebih cepat mendahului Josh dan masuk ke ruangannya.
Josh mengejarnya dari belakang sambil tersenyum pada karyawan lain yang memberikan salam kepadanya.
"Kenapa kau tiba-tiba berlari? Aku hanya me-, ...."
"Lupakan kejadian semalam! Anggap saja aku seperti itu hanya karena aku baik. Paham?" Anaya mengacungkan jari telunjuknya dan memberi peringatan pada Josh untuk berhenti mengungkit kejadian semalam.
Namun dari sorot mata Josh, Anaya tahu kalau laki-laki itu masih mengingat setiap detik kejadian semalam.
Anaya jelas tahu apa yang mereka lakukan semalam itu salah. "Aku ingin kau jangan mendekatiku hari ini. Kumohon, Josh."
Alih-alih menjauh, Josh justru mendekat. Tiba-tiba saja, dia merengkuh pinggang Anaya, dan menarik gadis itu ke dalam dekapannya.
"Kenapa? Karena kau takut?" tanya Josh dengan suaranya yang berdesir hangat di telinga Anaya.
Belum sempat menjawab, lagi-lagi Josh melepaskan dekapannya secara tiba-tiba juga.
Pancaran matanya seketika itu juga meredup. Ada kesedihan yang mendalam terlukis di sana.
Entah sejak kapan semuanya berubah. Pernikahannya dengan Celline yang semula manis, kini menjadi seperti dia dipaksa untuk menekan pil besar yang sangat pahit.
Celline Hudson, sama seperti Anaya, dia adalah pewaris tunggal perusahaan Hudson Group.
Hanya saja saat itu, Celline adalah seorang janda dengan satu orang anak yang sudah beranjak remaja.
"Kau mau menerimaku dan Kanaya?" tanya Celline saat itu.
Josh mengangguk cepat. "Tentu saja. Aku sudah menganggap kalian sebagai bagian dari hidupku."
Celline tersenyum dan mengecup bibir Josh dengan sayang. Ciuman itu segera berbalas menjadi lembut dan dalam.
Tanpa terasa, waktu pun berlalu. Pernikahan mereka sudah memasuki tiga tahun dan satu tahun belakangan ini, Josh mulai gelisah dengan kehidupan pernikahannya.
"Josh, bagaimana bisa angka penjualan bisnismu menurun?" tanya Celline di suatu malam.
Josh adalah seorang pebisnis dari perusahaan otomatif ternama di kota itu.
Tahun itu, hampir di semua sudut kota sedang menghadapi inflasi. Sehingga, semua penjualan sempat menurun hampir di semua sektor perusahaan, tak hanya di sektor industri otomotif saja.
"Sayang, kau tau, kan, apa yang sedang kita hadapi? Orang lebih memilih membeli pangan dibandingkan membeli kendaraan. Lagi pula, di sektor lain, angka penjualan kita masih cukup tinggi," jawab Josh dengan tenang sambil memeluk istrinya.
Namun, Celline berdesah kesal. "Cukup? Tidak ada nilai cukup di dalam bisnis, Josh! Aku tau kita sedang mengalami krisis, at least kau bisa berusaha maintenance bisnismu sehingga tidak sampai anjlok seperti ini!"
"Bahkan tiga investor mundur hanya karena penjualan mundur! Come on, Josh, putar otakmu!" tuntut Celline saat itu sambil memijat pelipisnya.
Sayangnya, bisnis pribadi Josh semakin menurun dan Matthias Hudson, ayah Celline, terpaksa memerger bisnis Josh itu.
Sejak saat itu, Celline memandang Josh sebelah mata. Dia menganggap Josh seperti seorang anak kecil yang baru bekerja.
"Kau tidak becus, Josh! Aku hanya memintamu untuk meeting dengan klien, yakinkan mereka supaya mau memakai produk kita, tapi apa yang kau perbuat? Mereka semua kabur!" Celline berjalan mondar-mandir di hadapan Josh.
Wajahnya memerah karena menahan kesal dan marah.
Harga diri Josh seperti diinjak-injak setelah dia mendengar ucapan Celline.
"Sayang, dengarkan aku. Aku sudah melakukan apa yang kau mau, tapi semua keputusan tetap ada di tangan mereka," kata Josh membela diri.
Namun, Celline yang emosi semakin emosi mendengar jawaban suaminya itu. "Huh! Kau belum benar-benar berusaha, Josh!"
"Kalau berusaha dengan keras, mereka tidak akan lepas!" tuntut Celline dengan nada getir.
"Bisakah kau menghargai aku sebagai suamimu?" tanya Josh pada akhirnya.
Celline mengangguk. "Ya, kalau kau bisa mendapatkan klienku kembali!"
Pertengkaran demi pertengkaran terjadi hanya karena masalah bisnis.
Di malam saat Josh bertemu Anaya di klub, dia mengatakan pada Celline untuk bercerai.
"Kau melihatku sebagai karyawanmu, Nyonya Hudson! Aku sudah bukan suamiku lagi dan aku merasakan hal yang sama. Sudah tidak ada lagi cinta di antara kita. Lebih baik, kita akhiri saja segalanya sebelum kita saling menyakiti lebih dalam!" ucap Josh malam itu.
Celline mengangguk setuju. "Ya, ide bagus! Kau bisa bertemu dengan pengacaraku untuk masalah ini! Senang berkenalan dengan Anda, Tuan Grebel."
Sakit. Itulah yang dirasakan Josh malam itu sampai pada akhirnya, dia memutuskan untuk pergi ke klub malam hanya untuk meredam bising di kepalanya.
Pertemuannya dengan Anaya malam itu, menjadi titik balik bagi Josh.
Bagaimana tidak, ketika dia sudah tidak diinginkan, gadis itu menginginkan dirinya secara penuh dan utuh.
Tatapan mata Anaya serta tawa dan gaya bicaranya yang berani dan sedikit angkuh, membangkitkan semangat hidup Josh malam itu.
Ketika pagi hari tiba, Josh belum benar-benar pergi saat Anaya berteriak kesal ke arah cermin hotel.
"Kau bodoh, Anaya! Bagaimana bisa kau jatuh cinta pada pria asing dalam semalam?" Josh hanya tersenyum kecil mendengar gadis kecil itu.
Tanpa dia sadari, perasaan itu tumbuh dengan perlahan namun pasti dan lambat laun menguasai seluruh hatinya.
"Hei, Josh! Bisa kau lepaskan aku? Kau masih hidup, kan?" Suara Anaya membuat Josh tersentak dan tersadar.
Di hadapannya kini berdiri Anaya, gadis yang dianggap telah menyelamatkan hidupnya.
Josh tersenyum dan mengunci Anaya dengan satu gerakan. "Aku tidak akan melepaskanmu, Gadis Kecil. Sejak kau tidur denganku malam itu sampai saat ini, kau milikku."
***