NovelToon NovelToon
DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

DIA SUAMIKU BUKAN MILIK MU

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Genius / Keluarga / Romansa / Pihak Ketiga / Suami amnesia / Dokter
Popularitas:130.5k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Abang janji akan kembali ‘kan? Berkumpul lagi bersama kami?” tanya Meutia Siddiq, menatap sendu netra suaminya.

“Iya. Abang janji!” ucapnya yakin, tapi kenyataannya ....

Setelah kabar kematian sang suami, Meutia Siddiq menjadi depresi, hidup dalam kenangan, selalu terbayang sosok yang dia cintai. Terlebih, raga suaminya tidak ditemukan dan dinyatakan hilang, berakhir dianggap sudah meninggal dunia.

Seluruh keluarga, dan para sahabat juga ikut merasakan kehilangan mendalam.

Intan serta Sabiya, putri dari Meutia dan Ikram – kedua gadis kecil itu dipaksa dewasa sebelum waktunya. Bahkan berpura-pura tetap menjalani hari dimana sang ayah masih disisi mereka, agar ibunya tidak terus menerus terpuruk, serta nekat mau bunuh diri, berakhir calon adik mereka pun terancam meninggal dalam kandungan.

Dapatkah Meutia beserta buah hatinya melewati badai kehidupan?
Bagaimana mereka menjalani hari-hari berat itu ...?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11 ~ Ayah selalu ada dalam doa

“Nak, kenapa tak jadi membaca puisi tentang Ayah? Apa tak enak hati karena ada Mamak disini?” Meutia merapikan hijab yang dikenakan putri sulungnya.

Intan tersenyum sendu, menggeleng pelan. “Ayah selalu ada dalam doa, dan kenangannya pun melekat di hati serta pikiran. Jadi, kesempatan berharga tadi … Intan persembahan untuk Mamak. Biar semua orang tahu, kalau kami memiliki Ibu hebat.”

Hatinya Meutia terenyuh, sebisa mungkin dia mengelola kendali diri agar tidak tersedu-sedu.

“Pun, kalau dengan Ayah – sekarang, kapanpun, dimanapun bisa diajak bercerita. Tinggal Intan berkisah tentang apa saja. Akan tetapi, jika Mamak … akhir-akhir ini jarang sekali duduk bersama, terus mengobrol, dan bersenda gurau.” Jarinya memainkan ujung kuku. Ibunya ada, sering berada tepat disampingnya, tapi seperti orang asing.

Terkadang keberadaan Intan dan Sabiya tidak terlihat oleh Meutia. Sering dilewati begitu saja, enggan melakukan sesi ngobrol sebelum tidur, sangat-sangat kurang diperhatikan, interaksi mereka sungguh terbatas, seolah ada jarak terbentang.

Hantaman rasa bersalah semakin menekan dada Meutia. Cuma kata maaf, maaf, dan maaf yang keluar dari bibirnya.

Sabiya dan Intan memeluk ibu mereka dari samping, menyatukan jemari melingkari pinggang melebar.

Kemudian Meutia digandeng oleh kedua putrinya, ditunggui sampai duduk sempurna pada kursi plastik samping tante mereka.

.

.

“Ini baru Intan, kalau kemarin-kemarin jelmaan anak Setan bisu.” Kamal menarik kedepan tepi hijab menutup sisi wajah.

Plak!

“Kebiasaan kau itu! Nanti kalau sampai aurat ku terlihat macam mana? Mau menanggung dosanya?!” hardik Intan, dia duduk diantara para sepupu. Memandang geram Kamal.

“Tenang saja, Tan. Ayah tua sudah menurunkan ilmunya, katanya jadi laki-laki itu harus bertanggung jawab. Terus dia bilang, kalau sudah berani menggoda perempuan, harus berani juga mengajak nya ke pelaminan bukan di bawa jalan sana-sini tapi tak dinikahi,” ucap Kamal Nugraha, jumawa.

Kening si kembar mengernyit. Sampai Zain terlambat dalam merespon, cuma bisa melongo.

“Betulan Ayah tua cakap macam itu?” tanya Zeeshan.

“Betul lah!”

“Kok denganku selalu bilang. Zeeshan, kurangi nakalnya, tambah lagi jam belajarnya, agar nilai-nilai warna api itu berubah menjadi awan mendung,” gerutunya pelan.

“Ya itu karena kau kurang pintar! Kalau aku kan kebalikannya.” Kamal mendorong pundak Zeeshan.

“Sombongnya,” sindir si kembar.

"Kalau tak tinggi ucapannya, bukan Kamal namanya,” sarkas Intan, melirik tajam temannya.

“Biarlah, kan memang fakta!” balas Kamal.

.

.

Permainan seru yang sangat diminati, dan dinanti oleh murid kelas 1-4, baru saja di mulai.

Sabiya terlihat sumringah, terus-terusan menebarkan senyum manisnya. Dia berdiri paling depan dalam barisan Umi Dhien, dan Abi Dzikri. Mulutnya menggigit tangkai sendok.

“Kita hitung mundur ya … Tiga, dua, satu!” Peluit pun di tiup, dan para peserta lomba langsung beraksi.

Hem Hem Hem!

Sabiya tidak sabaran menunggu kelereng yang masih berada di sendok Abi nya. Dia kesulitan bersuara dikarenakan takut sendoknya jatuh.

“Abi semangat Abi!”

Para keponakan Dzikri Ramadhan berteriak-teriak menyemangati, berdiri dibatas tali penanda.

Giliran Sabiya yang berjalan anggun menjaga keseimbangan badan – dia berhasil membawa dan memasukkan kelereng ke dalam botol minum dipotong ujungnya.

“Alhamdulillah!” gadis kecil itu sudah terbiasa dan telah melekat pada dirinya, terprogram otomatis melangitkan kalimat-kalimat puji syukur.

Suasana sangat riuh, para murid yang tidak ikut lomba berseru menyemangati.

Para sepupu Sabiya pun ikut meramaikan dengan kedua orangtu mereka.

Tawa membahana saat juragan Byakta tidak sabaran, alhasil menggenggam sendok dan kelereng agar dia bisa melangkah cepat.

“Astaga Dzikri Ramadhan! Lambat kali kau! Jalan kubilang, jalan! Mau sampai lebaran Monyet pun takkan sampai tuh kelereng!” Dhien begitu gemas melihat suaminya sangat berhati-hati seperti langkah Siput, membawa kelereng di sendok menuju botol jaraknya masih jauh.

Dzikri tetap tidak bisa melangkah cepat, dia memilih cara aman meskipun lambat sampai tujuan.

Sabiya tidak marah, dia tertawa riang, lalu tiba-tiba termenung saat seperti mengulang waktu tahun lalu. Ibunya menggerutu dikarenakan ayahnya begitu lamban, persis sang paman. Matanya berkaca-kaca, jari-jari tangan mengepal demi menyalurkan rasa, dan supaya tidak menangis.

“Biya kenapa, Nak?” Dhien terlihat khawatir, otomatis Dzikri menoleh cepat. Gagal sudah mereka menjadi juara satu, lagipula memang sudah tidak bisa mengejar poin lagi.

“Sabiya bersyukur, sangat senang sekali bisa ikut lomba seru ini,” ucapnya sedikit keras.

Dhien yang mengenakan celana kulot longgar serta tunik, mengikis jarak lalu mengangkat tinggi-tinggi gadis cantik itu. “Yey! Inilah sang juara sesungguhnya!”

Dzikri pun tidak mau ketinggalan, bertepuk tangan sambil berseru. “Putri Abi hebat! Sabiya terbaik!”

Lanira, Hazeera, Rania, mendekat ke Abi mereka. Ikut berseru memuji sang sepupu.

Diluar batas garis dan tanda pagar tali keliling. Meutia dengan didampingi sang ibu – mengucapkan beribu rasa syukur dalam hati. Permata hatinya dan para orang terkasih telah tumbuh menjadi pribadi baik hati, penuh jiwa welas asih.

Adapun suara tangisan setelah bertengkar ala anak kecil, tapi tak lama kemudian langsung akrab lagi.

***

Pengumuman lomba telah diumumkan. Sabiya juara dua lomba kelereng, dia menerima dengan senang hati. Sedikitpun tidak terlihat raut kecewa.

Ini bukan tentang siapa menang dan kalah, lebih ke kebahagiaan putri kecil yang sedari subuh menangis dalam diam, bersembunyi dibelakang pintu kamar. Sabiya merasa kalau hari ini sungguh kelabu. Biasanya dia didampingi ayah dan ibu.

Namun keadaan ibunya sedang tidak baik-baik saja, sedangkan ayahnya sudah dinyatakan telah tiada. Dua hal penting itu menghancurkan hati dan memporak-porandakan perasaannya.

Kini Sabiya tidak berhenti tersenyum – ibunya ada disini, menggenggam tangannya. Dia tetap bisa ikut lomba, kendatipun tidak dengan kedua orangtuanya.

“Biya memilih bersyukur daripada banyak mengeluh. Walaupun tak ada Ayah, masih banyak yang sayang dan perhatian dengan kita,” jawabnya kala ditanya sang ibu apakah kecewa tidak menjadi nomor satu.

‘Malunya Mamak, Nak. Engkau sekecil ini tapi pikiranmu sungguh bijaksana. Bang, kita nyaris berhasil mendidik anak-anak, menanamkan rasa syukur pada diri mereka. Sayang … aku rindu.’ Sebagai gantinya, ia mendekati Sabiya.

Intan pun menorehkan prestasi. Tidak juara satu membaca puisi, tapi mendapatkan piagam yang diperuntukkan bagi murid memiliki bakat luar biasa. Putri pertama Ikram Rasyid, pintar dalam berkomunikasi, sering menang kala lomba puisi tingkat kecamatan maka dia pantas mendapatkan apresiasi dari pihak sekolah.

Juara umum tahun ini disabet oleh Siron, anaknya Wahyuni, sepupu Intan. Gadis beranjak remaja itu baru saja lulus dari sekolah dasar, dan akan melanjutkan ke jenjang berikut.

Sebagai wujud rasa syukur, setelah acara sekolah selesai. Keluarga besar itu merayakan dengan makan di restoran bernuansa alam, dan ada kolam pemancingannya.

Semua bergembira, para pewaris keluarga asik saling melempar canda, memberi makan ikan.

Namun suasana hangat itu berubah mencekam kala seseorang merintih kesakitan.

“Tolong, Nyak!”

.

.

Bersambung.

1
@$~~~tINy-pOnY~~~$@
sereeemmmm ihhhh. pd ngamuk2 ini readersnya. larriii aaahhhhhh 🏃‍♀️🏃‍♀️
Naufal
aduhh kak cublik dag dig dug aq 🤭🤭🤭
Cublik: 😁😁😁😁😁
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
loh mana ini we kelanjutan nya...?? kok ya gantung...???? ke celana dalam si ayek gk kering...
Suanti
semoga setelah ini ingatan nya kembali
Cublik: Aamiin 🥰
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
sumpah ya allah aku degdegan ampe gemeter saking nahan nafas ini sesak we dadaku kencang betul degdegan nya.... wahhhh gelaseaaahhh aka memang terbaeeekkkk sampai aku susah tak bisa bercakap dingin loh we ini tangan sama kaki ku... /Sob//Sob//Sob/
Cublik: Maju Kak, kasih paham si Arinta 🤣
total 1 replies
neni nuraeni
ayo Tia jgn klh SMA si lakor perthnkn suamimu, semoga aja ikram CPT smbuh thor ksian Tia dan bisa berkumpul kmbli, si lakor dan anknya suruh pulang aja thor
Cublik: Rebut lagi si Ikram
total 1 replies
Marliyanilintangpratama
heiii sundel gw yakin elu liat kan...?? awas aje jlo ampe elu ngehalang"in gw pites elu gw cicang gw kasih makan bdan elu k hiu... biar nyaho.. ayo bang ik inget atuh plissshhh👏👏👏👏
Cublik: Mana kenyang Hiu nya Kak 😁
total 1 replies
cici cici
weeeee....ngaku ngakuuuuuu... ish.. tabok aja lh muncung nya tu mutia ha..geram kali awak
Cublik: Pakek sikat kawat 🤣
total 1 replies
cici cici
Alhamdulillah akhir nya ketemuuu.... weei arinta jgn ngaku2 gitu lah weeeee🤣
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
suami dr Hongkong lho !!!! eh Arinta nyadar diri donk gak usah ngaku" kl Yunus alias Ikram suamimu karna sampai kapan pun Yunus alias Ikram adalah milik Meutia kekasih hatinya 😏😏
stnk
gaaasssss Tia...jangaaaan kendooor...ikram suamimu....
Cublik: Rebut lagi ya Kak
total 1 replies
Larasati
nah loh mau apa lagi kamu arinta bukti nikah gak ada , semoga ikram cepat pulih ingatan nya
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Alhamdulillah akhirnya mereka nemuin Yunus alias Ikram ayo skrng bawa Yunus alias Ikram pergi dr Arinta biar gak di paksa nikahin Arinta sama si Ambu sedeng 💪💪😁
Marlina Prasasty
hahaha mati kutu kau arianta eh siapapun namamu sy g kenal,sok ngaku²,kmi ini saksi kunci bucinnya pak ikram kpd istrinya Meutia yg kau anggap suami itu
Larasati
kayaknya arnita tau siapa Yunus sebenarnya karena takut Yunus ketemu keluarga nya lagi
Defvi Vlog
hayolah kita labrak rame rame c gurita🤭
Ruwi Yah
tunjukkan pesonamu dhien
Jetri
ikutan gemes sama arinta,, pingin tak cubit tuh mulutnya arinta 🤣🤣
Ruwi Yah
saking takutnya aq sampai nggk berani baca kak aq baca dulu komennya
Bang Fay
masih ngeyel nih si arinta....ngaku ikram suaminya.gila dia....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!