NovelToon NovelToon
KUTUKAN MAUT PADMINI

KUTUKAN MAUT PADMINI

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Tumbal / Iblis / Balas Dendam
Popularitas:104.9k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

Padmini, mahasiswi kedokteran – dipaksa menikah oleh sang Bibi, di hadapan raga tak bernyawa kedua orang tuanya, dengan dalih amanah terakhir sebelum ayah dan ibunya meninggal dunia.

Banyak kejanggalan yang hinggap dihati Padmini, tapi demi menghargai orang tuanya, ia setuju menikah dengan pria berprofesi sebagai Mantri di puskesmas. Dia pun terpaksa melepaskan cintanya pergi begitu saja.

Apa yang sebenarnya terjadi?
Benarkah orang tua Padmini memberikan amanah demikian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11 : Mengintai

Sebelumnya.

“Bapak tak apa-apa ‘kan?” bu Halimah yang baru saja bangkit setelah tersungkur, langsung tertatih membantu suaminya.

Uhuk!

Uhuk!

Dada pak Daud terasa nyeri akibat terkena tinju. Dia menggeleng. “Buk, pulanglah! Kemasi barang-barang penting saja. Jangan lupa bawa obat-obatan yang baru kita beli di rumah sakit kota.”

Bu Halimah paham kemana arah titah itu yakni, mereka harus keluar malam ini juga dari rumah yang telah dihuni puluhan tahun lamanya. “Bapak hati-hati, jangan terlalu dekat dengan massa!”

“Ibuk tenang saja, tunggu di perbatasan kampung. Jangan bawa obor, cukup senter saja yang mudah dimatikan nyalanya.” Pria bersarung dan berbaju koko itu berjalan mengikuti arak-arakan, tapi dalam jarak aman.

Sang istri bergegas pulang, mengemasi barang-barang penting.

Dulunya, pak Daud seorang Mantri di puskesmas. Sudah tujuh tahun ia pensiun dini semenjak mengalami cedera pada kaki akibat kecelakaan motor yang membutuhkan masa penyembuhan tidak sebentar.

Di seberang lapangan, jauh dari jangkauan warga yang tengah meradang, berbuat anarkis, kehilangan akal sehat – pak Daud bersembunyi di balik tumbuhan ilalang tinggi. Menunggu saat tepat memberikan pertolongan, bila Tuhan berkehendak.

Dia terus berdoa semoga Padmini dan juga Rahardi selamat. Namun tindakan warga sungguh kejam, seolah mereka Sang Maha Kuasa yang berhak menjatuhkan hukuman.

Tak lama setelah para warga berbalik badan dan berjalan pulang. Pak Daud berlari kencang menuju ilalang yang sudah berhenti bergerak-gerak.

Menggunakan senter berukuran kecil dan selalu dia bawa dalam saku celana kolor – dipandangi tak percaya pemuda sholeh, penyabar, dan suka menolong tanpa pamrih, tengah sekarat.

Keadaan Rahardi jauh dari kata baik-baik saja. Sisi wajah kiri melepuh sampai kulit pelipis dan alis terkelupas. Rambutnya nyaris habis, bau amis, sangit menjadi satu.

Setelah memastikan Rahardi masih bernapas, pak Daud kebingungan bagaimana membawa sosok yang tak sadarkan diri. Dia berlari keluar dari ilalang saat teringat kalau para anak kecil dan remaja suka main gerobakan papan kala sore hari.

Benar saja ada, gerobak itu terletak di sebelah kayu yang dijadikan tiang gawang. Cepat-cepat ia buka kain sarung untuk dijadikan alas, lalu mendorong gerobak itu kedalam semak-semak.

Menggunakan gerobak kayu beroda ban motor yang sudah botak dan tak layak pakai, tubuh Rahardi pun diangkat, seketika tangan dan pakaian pak Daud penuh noda darah, cairan lengket.

Pada malam kelam itu, bukan cuma Padmini yang melarikan diri menyibak semak belukar – pak Daud pun tergesa-gesa mendorong gerobak, menabrak ilalang tajam.

Hampir 15 menit kemudian, sosok berkeringat, napas tersengal-sengal, sampai di perbatasan kampung Hulu.

Bu Halimah telah menunggu, kedua bahunya menggendong kain sarung terlihat berat. Dia bergegas membantu mendorong gerobak, tak sampai hati melihat pemuda baik hati berlumuran darah, sekarat.

Baru sampai separuh jalan, pasangan suami istri itu melihat asap dan api membumbung tinggi. Mereka saling melirik, lalu menghela napas panjang.

Hunian yang dibangun dengan cucuran keringat, dibakar cuma dikarenakan mereka tak sepaham, tak sejalan dengan para manusia mati hati nuraninya.

Pak Daud membawa Rahardi ke pedalaman perkebunan. Yang mana mereka memiliki ladang ditanami jahe, dan rempah-rempah. Di tengah-tengah tumbuhan subur itu terdapat rumah panggung sederhana, disanalah kekasih Padmini dirawat.

***

“Apa tak ada yang tahu tempat ini milik kalian?” sudut mata Rahardi membasah, hatinya tersentuh sekaligus terenyuh melihat ketulusan dan pengorbanan sepasang suami istri.

“Tidak, Adi. Ladang ini kami beli, tapi belum balik nama. Sehingga warga masih mengira kepunyaannya pemilik sebelumnya,” beritahu bu Halimah.

“Pak, Buk … apa kalian tahu kabar tentang Padmini?” suaranya nyaris hilang, tenggorokannya tercekat.

Pak Daud dan bu Halimah saling pandang, lalu bersamaan menggelengkan kepala.

“Saya dengar dari warga kampung 'Wening' kala berbelanja diwarung – katanya Padmini telah melarikan diri, kembali ke kota,” ucap pak Daud.

“Pintar sekali mereka dalam bersandiwara, serta memfitnah. Saya yakin, apalagi mengingat kalau keadaan Padmini tengah terguncang jiwanya, terluka meskipun tidak parah – mana mungkin dia berhasil berlari kiloan meter mencari pertolongan. Kemungkinan terbesar cuma ada dua … dia memilih terjun ke lembah pembuangan Jin, atau tertangkap dan berakhir disekap,” bu Halimah terlihat memendam amarah.

Rahardi berusaha untuk duduk, tapi kembali terbaring.

Pak Daud menahan bahu kanan Rahardi yang tidak mengalami luka bakar. “Keadaanmu tidak memungkinkan untuk bergerak, Adi! Luka bakarnya juga belum kering, dan bekas anak panah masih menganga. Kami tak memiliki jarum serta benang untuk menjahit nya.”

“Saya ingin mencari tahu tentang Padmini, Pak.” Tangan yang terasa kaku dipaksa bergerak, berakhir kembali mengeluarkan darah dikarenakan luka bakar belum kering, dan jaringan kulit baru belum sempurna menggantikan kulit yang rusak.

“Sembuh dulu! Baru kita cari bersama-sama!” tegas pak Daud.

.

.

Empat hari kemudian, pada sore hari.

Seseorang tengah memancing seraya menghisap lintingan tembakau. Dia tak mengenakan baju sehingga dada berbulu dan perut sedikit buncitnya terlihat.

Pria tersebut tidak menyadari bila ada sepasang mata mengintai di balik tumbuhan yang menjulur ke sungai.

Sssst …

Langsung saja sosok paruh baya itu menoleh ke samping dan belakang kala mendengar suara desisan Ular. Dikeluarkannya golok dari sarung terikat pada pinggangnya.

Bertepatan dengan itu, Padmini naik ke permukaan. Tubuhnya seperti kapas, sangat ringan dan begitu mudah dia menahan berat badan.

Layaknya pembunuh profesional, dia mengendap-endap. Tetesan air membasahi tanah yang ditumbuhi rumput kacang-kacangan.

“Kemana Ular sialan itu!” Tadi dia melihat ekor hitam putih.

“Di sini, tepat di belakangmu, Bedebah!” Selendang pemberian bu Halimah dijadikan senjata, dikalungkan pada leher yang belum sempat kepalanya menoleh kebelakang.

Ehekk!

Parang pun terjatuh, tangannya berusaha melepaskan jerat kain yang membuatnya kesulitan bernapas.

Padmini menarik sekuat tenaga lilitan selendang, tak cukup sampai di sana. Dia maju sampai berhadapan, menendang keras buah zakar pria yang pernah meremas bokongnya.

Ekspresi laki-laki tua itu seperti tengah menghadapi kematian, wajah memerah, mata mendelik, kemudian dia jatuh di atas tanah, kedua tangan memegang pusakanya.

Padmini masih menarik selendang, kakinya menginjak sepenuh tenaga mulut yang hendak berteriak. Kemudian menendang batang leher sampai empunya pingsan.

Gadis yang telah kehilangan apa itu namanya simpati dan empati, bergerak cepat. Membuka ikatan tali golok di pinggang sang buruan, lalu mengambil parang yang terjatuh, dan diikat ke pinggangnya sendiri.

Padmini menyeret sang mangsa menggunakan selendang, lalu menceburkan diri ke dalam sungai. Dia sendiri cuma mengenakan kain jarik yang telah dibuat seperti kemben, dan celana pendek menggunakan ikatan tali ijuk.

Lebih mudah membawa seseorang kala di dalam air daripada sewaktu menyeret di daratan.

Byur!

Sungai berair sedikit keruh itu tidaklah dalam, cuma debit airnya setinggi leher Padmini.

Padmini memiliki ketenangan dan insting layaknya hewan predator yang dapat hidup di air dan daratan, Buaya.

Begitu sampai di seberang tepian, gadis itu naik kepermukaan. Menarik sosok kurus tapi memiliki perut seperti orang busung lapar.

Dia masuk ke dalam terowongan, yang langsung kembali tertutup sendiri oleh tumbuhan putri malu.

***

Pada malam hari, tepat di batu besar terletak di tengah-tengah sungai layaknya danau berair jernih – sosok yang tadi tak sadarkan diri mulai mengerjap.

“Sakitnya.” Tangannya meraba leher yang terasa perih. Kesadarannya belum sepenuhnya pulih.

Beberapa detik kemudian barulah matanya terbelalak. Satu, dua, tiga, hingga belasan ekor Belatung jatuh entah dari mana sumbernya, melata di pipinya.

AKHHH!!

.

.

Bersambung.

1
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
🤣🤣🤣🤣
kaliaa🐈🐈‍⬛👯
cerek itu kaya teko gitu ya
Secret Admire
Istri durhaka kamu Sundari, suami minta tolong lagi sakit perut disuruh ngesot... hiks ... astaghfirullah ...
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝⧗⃟ᷢʷˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
hahaha.. plot twist banget ini Thor, bukannya di serang makhluk halus, malah berak massal pestanya si sundari🤣🤣🤣🤣
Secret Admire
😄😄benar benar penuh teriakan ya Sundari, bukan teriakan pujian tapi 😄 teriakan mules, sakit perut, berebut WC, masih banyak lagi kan teriakan yang membuat pesta ramai😄
Secret Admire
😄😄😄 diluar prediksi BMKG 😄😄😄
Wanita Aries
Habislah kau sumi dikeroyok warga 🤣🤣🤣🤣 jadi mambu tele rumah yg ditinggalin
Mawar Hitam
Ki Dalamgkah yang meminta jawaban
Ayudya
asyeeeeekkkkk pesta yg meria dengan bau kotoran 🤣🤣🤣🤣🤣
imau
para warga desa tetangga kah ini yang dtg pakai Obor?
Alvin Ananda
mantap bener kak cublik pestanya
imau
wkwkwk 😂 gimana nasibnya ikan lele, mati atau kekenyangan 🤣
Alvin Ananda
waah g jadi pesta kecirit semua bau
🍒⃞⃟🦅Amara☆⃝𝗧ꋬꋊ
Ya ampun thor, kepikir aja sih alur ini😁,pesta meriah diharapkan ,tapi bencana kotoran manusia lah yang tertuai🤣,
Bab ini di jamain readersmu mules semua ,mata berkaca kaca, gigi kering kebanyakan ngakak...
wes angel ....angel tenan nebak jalan pikiran thor Cublik ..
henhao ....joss gandos tenan.
FLA
haaa puas sekali rasanya, pesta yg amat sangat meriah bukan🤣
Reni
yeeee ada pesta ta* 😅🤣😂 astaga g nyangka cublik dapat ide dari mana kau astofirulloh 😅🤣😂😅🤣 kawinan orang kau bikin hancur , g bisa bayangin baunya huekkkkkk 🤮🤮🤮🤮🤮🤮
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝⧗⃟ᷢʷˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
duhh selalu nggak sabar aku nunggu bab selanjutnya thor
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝⧗⃟ᷢʷˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
lah emang penghianat tohh🤭🤭
Alvin Ananda
jadi pret prot tamunyaaa 🔥🔥🔥🔥
mamaqe
sll luar biasaaahhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!