Alexa Alvarez, seorang gadis yang tomboi, ceria, ahli bela diri, jenius tapi sangat ceroboh.
Javier Hernandez, tunangan asli Alexa yang belum pernah ditemuinya, Zaidan Hernandez, pria datar, kejam dan arrogan, Dia CEO ZH, Crops, yang juga Paman Javier, dan pria yang tidak sengaja tidur dengan Alexa.
Sampai suatu saat, Alexa salah mengenali, Zaidan sebagai tunangannya dan Javier sebagai CEO ZH, Crops.
Kisah mereka pun dimulai, antara Alexa, Zaidan dan Javier yang salah target.
Bianca, adik sepupu dari Javier, musuh dalam selimut Alexa.
Bianca orang yang hidup kembali, jadi Dia tahu cerita selanjutnya, yang selalu berusaha untuk membunuh Alexa agar bisa menjadi Nyonya besar Hernadez.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vhiy08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Alasan Alexa
Kenzo hanya termenung sambil menatap Alexa yang terbaring di ranjangnya. Wajah cantik itu terlihat sedikit pucat dengan keringat yang terus keluar membasahi pakaian dan wajahnya.
Tidurnya yang terlihat tidak tenang, selalu gelisah dan beberapa kali menceracau kan sesuatu dengan suara yang pelan.
"Apa yang sudah kau alami di luaran sana? Mengapa kau terlihat begitu menyedihkan." Ucap Kenzo sambil mengusap keringat yang masih saja keluar lalu mengusap pipi Alexa lembut dengan menggunakan jari tangannya..
"Apa yang menjadi penyebab kau mengonsumsinya obat keras ini?" Ucap Kenzo sambil memperhatikan kotak obat yang terbuat dari kayu yang diukir indah itu.
Obat itu, dia yang meraciknya, ada beberapa bahan yang sengaja Dia ganti dengan komposisi lain yang lebih rendah.
Namun bahan-bahan yang Dia gunakan itu, sepertiganya adalah bahan langka dan sangat susah didapat. Bakan Kenzo untuk mendapatkan itu, Kenzo memasuki pasar lelang di dunia bawah dengan harga selangit.
"Datanglah kemansionku." Ucap Kenzo pada Han.
Kenzo dengan sengaja menghubungi Han untuk mencari tahu apa yang sebenarnya yang telah terjadi dalam hidup Alexa.
Kenzo sangat tahu, Alexa sangat mampu menghadapi Arleta dan antek-anteknya, tapi mengapa memilih diam dan terlihat seolah rapuh.
"Ikut aku keruangan sebelah." Ucap Kenzo datar sambil melangkah menuju kesamping ruangan itu.
"Maaf Tuan, izinkan kami untuk melihat Kak Lexa walau hanya sebentar saja, dari luar juga tidak apa-apa, kami berjanji tidak akan membuat keributan." Ucap Zul sambil menangkupkan kedua tangannya kedepan dada.
"Baik, ikuti aku," Ucap Kenzo setelah diam sejenak mempertimbangkan keputusannya.
####
"Ya Tuhan kak Lexa..." Seru mereka berempat dengan suara yang tertahan dan mendepak mulut mereka dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kak Lexa... Kak Lexa capek ya... Istirahat saja dulu ya," Ucap Axel pelan sambil menjatuhkan dirinya disamping tempat tidur sambil tetap mendekap mulutnya.
"Kak... Bagikan pada kami bebanmu, kami... Kami pasti akan merasa senang sekali, ya kan Zul," Ucap Zio dengan suara yang parau.
"Kak, maaf, Han tidak bisa jaga Kakak dengan benar, Han gagal... Maaf Kak... Maaf," Ucap Han sambil mencium tangan Alexa lembut.
"Kak... Kakak akan baik-baik saja kan... Kaka tidak boleh mengingkari janji ya... Kan kak Lexa sudah berjanji dengan kita, kalau mau ketemu Dewa Yama maka Kak Lexa harus bawa kami juga." Ucap Zul yang langsung mendapatkan tabokan dibahu dan kepalanya.
"Tenang lah Zul... Kak Lexa hanya lelah..." Sahut Zio tanpa mengalihkan perhatiannya dari wajah dan diri Alexa.
"Kak... Kami tidak bisa berlama-lama, nanti jika ad waktu lagi, kami akan sering-sering mengunjungi Kak Lexa." Ucap Han sambil berdiri lalu menarik tangan yang lain untuk meninggalkan kamar itu.
####
"Ceritakan lebih banyak tentang Alexa... Aku ingin tahu semuanya apa pun itu, karena aku calon suami nanti." Ucap Kenzo setelah mempersilahkan keempat pria remaja itu untuk duduk.
"Kami tidak terlalu banyak tahu, karena kami sudah bersama dan mengenal kak Lexa hampir sepuluh tahun." Sahut Zio dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kak Lexa memang terlihat sangat kuat dan bisa mengerjakan semua pekerjaan disemua bidang. Apa pun itu." Ucap Han sambil bersandar lalu perlahan mendongak menatap langit-langit ruangan itu, tak lama kemudian terlihat keempat pria remaja itu memejamkan matanya.
"Hidup kak Lexa keras... Beban yang ada dipundaknya bukanlah satu beban untuk seorang gadis seusianya." Ucap Zio lirih.
"Kami tidak bisa menceritakan banyak tentang kak Lexa, karena itu sudah menjadi privasi nya, suatu saat nanti jika Tuan sudah mendapatkan kepercayaan kak Lexa, Dia pasti akan menceritakan semuanya pada Anda," Ucap Jen bijaksana.
"Kak Lexa selalu menekan emosi dan dirinya, Dia tahu resiko apa yang Dia tanggung jika sampai indentitas dan jati dirinya sampai terendus sebelum waktunya." Ucap Zul lagi.
"Kak Lexa tengah mencari keberadaan Mommy Alena yang berdasarkan info yang baru kami dapatkan, Mommy masih hidup, hanya saja ditangan siapa itu yang belum kami tahu," Ucap Zul lagi.
"Di tidak ingin, Mommy selalu jadi alat tawar menawar untuk hidupnya, Dia seperti gadis yang bebas, tapi kami sangat paham, dalam setiap harinya Kak lexa selalu memendam cinta dan semua rasa yang ada pada dirinya jauh disudut hatinya yang paling dalam.
"Saat ini fokus Kak Lexa hanya bertunangan dengan Anda, karena hanya dengan pertunangan ini, Lexa bisa membuka tabir semuanya, Bahkan Oma tidak pernah memberi tahu siapa Mommy pada kami." Ucap Han.
"Tuan... Nona muda sudah bangun." Ucap kepala pelayan sambil mengetuk pintu kamar Kenzo dengan tenang.
"Minum..." Ucap Kenzo lembut setelah masuk kedalam kamar itu, lalu dengan cepat Kenzo menyodorkan minuman langsung kedepan bibir mungil Alexa.
*
*
*
"Tuan... Sepertinya Nona muda sudah dibawa orang lain pulang," Ucap Gara pada Javier yang tampak sangat emosi dengan rambutnya yang sepertinya sudah menahan amarahnya.
"Siapa! Siapa yang sudah berani membawa wanitaku hah!!!" Ucap Javier yang langsung reflek terdiam beberapa saat.
"Brengsek! sialan! Alexa sudah ditakdirkan dan ditetapkan oleh keluarga untuk menjadi istriku." Teriak Javier.
"Selidiki siapa orang itu, dan persiapan barang-barang yang akan kita bawa kerumah Alexa untuk melamar." Ucap Javier ambil tersenyum bahagia.
"Baik... Tuan..." Sahut gara langsung memeriksa iPad ditangannya untuk memesan barang-barang yang diperlukan.
"Setelah ini, kau akan menjadi milikku, dan tidak akan ada lagi yang bisa mengambilmu dari tanganku." Ucap Javier pelan sambil tersenyum tertahan membayangkan Alexa yang akan menjadi miliknya.
*
*
*
"Kak... Kami pulang dulu ada yang harus kami selesaikan..." Pamit keempat Tuan muda itu tak lama setelah mereka menemani Alexa yang baru saja sadar.
"Oke... Kalian tenang saja, gue sudah enggak kenapa-kenapa," Ucap Alexa lembut.
"Ada yang ingin kau ceritakan padaku?" Ucap Kenzo sambil duduk dipinggiran ranjang itu lalu dengan lembut membenarkan selimut Alexa.
"Mengapa kau hanya diam saja saat mereka memperlakukan mu dengan tidak adil? Bukankah kau biasanya gadis kuat, mengapa hanya dengan jebakan murahan seperti itu kau menjadi tumbang?" Tanya Kenzo beruntun sambil membantu Alexa yang terlihat ingin duduk bersandar.
"Wah kau hebat, bisa tahu jika aku menahan diri?" Ucap Alexa berusaha tersenyum manis.
"Kau tahu bukan itu jawaban yang aku inginkan," Ucap Kenzo sambil mengambil tangan mungil Alexa lalu menggenggam hangat tangan itu.
"Aku tidak ingin membuka indentitas ku, aku tidak ingin memberikan kesempatan pada mereka untuk mengambil keuntungan lagi dari situasi ini," Sahut Alexa lirih.
"Jika aku tidak mengendalikan diri, semuanya akan menjadi runyam... Semua rencana yang aku susun selama beberapa tahun ini akan kacau. Aku akan kembali terikat pada satu tali yang tidak terlihat." Lanjutnya lagi dengan suara yang bergetar.
"Aku tahu siapa yang aku hadapi, jaringan mereka terlalu kuat untuk saat ini." Ucap Alexa lagi sambil menyapa Kenzo lembut.
"Terima kasih sudah membantuku, terima kasih sudah datang dan membawaku dari sana, semua rangkaian kejadian itu sangat mencekik ku." Ucapnya lagi dengan tulus.
"Apa yang kau katakan... Aku... Aku kebetulan lewat dan memang saat itu jadwalku mengunjungi sekolah itu." Ucap Kenzo gugup saat melihat Alexa yang tersenyum tulus padanya.
"Kau tahu... Selama ini aku selalu mengerjakan segala sesuatunya sendiri, aku menganggung semuanya sendiri, karena aku masih punya 4 adik yang harus kulindungi, ternyata beda rasanya saat ada orang lain yang melindungi kita, terasa hangat." Ucap Alexa lagi membuat Kenzo semangkin bergetar dan gugup.
"Saat obatmu habis, aku akan semakin kuat, dan emosiku akan meledak-ledak," Ucap Alexa memejamkan matanya.
"Aku ini hanya gadis buangan dengan sekuta kekurangan, kau tahu aku selalu merasa aku akan selamanya sendiri," Ucap Alexa lagi.
Kenzo tertegun dan mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Alexa, ada rasa ngilu yang menyusup hatinya saat mendengar ucapan pasrah dari Alexa.
"Siapa yang mengatakan itu, kau gadis istimewa, kau itu Dewi peri untuk yang lain... Kau tahu, kau cantik dan mempunyai segudang kelebihan lainnya yang mampu menutupi semua kekurangan mu. Aku tidak perduli dengan kekurangan mu, yang aku perdulikan hanya ini adalah Alexa, hanya Alexa si gadis rubahku, ingat... Walau seluruh dunia tidak menginginkan mu, ada aku yang akan selalu memuja dan menginginkan mu... Begitu dan akan selalu begitu." Ucap Kenzo sambil membawa tangan Alexa dalam dekapannya dan menempelkan nya dipipinya.
"Terima kasih...." Ucap Alexa dengan mata yang berkaca-kaca.