NovelToon NovelToon
Sistem Menjadi Miliarder

Sistem Menjadi Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Action / Romantis / Sistem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.

Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.

Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.

Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.

Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.

Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.

Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 - SAMPAH

Kalau ada yang nyamar dari dalam… aku yang pertama bakal tahu.” ucap Rian, suaranya rendah namun mantap.

[Ding!]

[Waktu tersisa: 13 menit 55 detik]

"Oke" jawab Sulis singkat.

Tak ada lagi basa-basi mereka sama-sama tahu ini sudah masuk fase genting.

Waktu merayap turun… dan turun terus.

[Ding!]

[Waktu tersisa: 6 menit 10 detik]

Belum ada gerak mencurigakan.

Bank tetap terasa seperti bank biasa.

Sampai…

[Ding!]

[Waktu tersisa: 4 menit 02 detik]

Rian melihat seseorang masuk dan duduk cukup jauh dari nya.

Di tangan kiri nya tas coklat besar.

Kelakuannya sedikit mencolok, celingak-celinguk tanpa tujuan, dan sering melirik kamera dan pintu.

Panel biru langsung muncul tepat di atas kepala nya.

[Ding!]

[Salah satu pelaku – INFORMAN]

“Ketemu kau…” batin Rian, pupilnya mengerut.

Beberapa detik kemudian, telepon berbunyi dan ia bangkit cepat dan berjalan ke arah toilet meninggalkan tasnya begitu saja di ruang tunggu.

Kesalahan fatal.

Rian langsung berdiri, langkahnya cepat tapi tetap terlihat santai dari luar.

Begitu pria itu menghilang di tikungan menuju toilet, Rian langsung berdiri dan melangkah meraih tas coklat itu.

"Berat. Sangat berat. Tidak wajar untuk ukuran tas biasa." Pikir Rian.

Tanpa pikir panjang, ia membawanya ke arah luar bank dan

“Bruak” suara keras terdengar saat Rian mendorong tas itu masuk ke dalam kotak sampah besar di sisi gedung.

Ia menarik beberapa kantong plastik hitam yang menumpuk di sana, menutupinya rapat-rapat sampai benar-benar tenggelam tidak kelihatan.

Napasnya berat. Detak jantungnya naik.

Ia segera kembali masuk ke dalam bank, langkahnya cepat namun ditahan agar tidak mencolok. Begitu melihat pria tadi belum kembali dari toilet.

Rian mengikuti dari jarak aman.

Begitu pintu toilet sedikit terbuka, terdengar percakapan lirih.

“Siap, Bos. Rencana sudah siap. Lokasi sudah di letakkan di tengah ruangan.”

“Bagus kau. Tak sia-sia aku bayar kau.” Suara dari arah telepon.

Di sisi lain, di sebuah mobil hitam yang terparkir tak jauh dari bank, seorang anak buah bertanya dengan suara rendah.

“Bos, gimana kata informan, langsung?”

Pemimpin kelompok itu menyalakan rokok, matanya tidak lepas dari pintu masuk bank.

“Aman. Langsung maju aja nanti begitu satpam panik ke arah tengah ruangan. Saat itu kita selip masuk. Mereka nggak bakal sempat ngerespon.”

“Siap, Bos.”

Anak buahnya mengangguk cepat, sementara pemimpin itu menghembuskan asap perlahan, seolah sudah melihat kemenangan di depan mata.

Rian mendengar semuanya.

Kalimat-kalimat itu turun kayak beban di pundaknya. Ia menelan napas berat, takut, dan sadar diri.

Tanpa senjata, tanpa backup langsung… dia cuma bisa main otak.

“Oke… kalau infoin rencana mereka dari toilet sepertinya cukup aman.” gumamnya, mencoba menenangkan diri.

Begitu informan itu keluar dari toilet, Rian buru-buru masuk, menutup pintu, memeriksa sekeliling.

Dan…

Tatapannya terhenti.

“Hah? Kok ada lubang kecil di toilet pria?”

Lubang kecil terlihat, yang hanya muat satu mata di dinding, tepat menghadap area depan bank.

Pas di ketinggian mata.

Rian geleng pelan, heran sekaligus bersyukur.

Dia mendekat, intip lewat lubang itu.

Pandangannya terbuka ke ruang tunggu, ke pintu masuk, ke semua titik yang penting buat baca situasi.

“Nice… tempat pengintai yang sangat bagus.”

Dan dari balik lubang itu Rian bersiap.

Tinggal hitungan detik sebelum semuanya pecah.

[Ding!]

[Waktu Terisa : 0 Menit 10 detik]

DUAR!

Beriringan dengan panel sistemnya menunjukan angka 0 detik.

Suara ledakan dari area parkiran bikin seluruh

lantai pertama bank bergetar tipis.

Rian refleks nunduk, napas terpotong sepersekian detik.

Dari lubang kecil di dinding, ia bisa lihat beberapa nasabah terkejut sampai berdiri dari kursi.

Di luar, para pelaku yang harusnya nunggu “tanda” dari dalam langsung bengong bareng.

“Hah? Kok di luar ledakan nya!?”

“Kok begitu… itu bukan rencana nya, kan?”

“Harusnya di dalam tadi…”

Tapi sesuai arahan sebelumnya mereka tetap maju, walau wajah mereka penuh tanda tanya dan merasa salah langkah.

Sementara itu, mobil bos yang posisinya agak jauh yang ikut mengintai.

Bosnya ngeluarin rokok dari bibir, geleng pelan.

“Hh… udahlah. Biarin. Gagal lagi.”

Nada suaranya bukan marah, tapi capek sama anak buah bebal dan nasib buruk berturut-turut.

Ia menepuk kursi depan.

“Ayo. Kita Putar balik. Cabut.”

Sopirnya langsung memutar setir, mobil mundur perlahan, menjauhi lokasi meninggalkan anak buahnya yang tetap nekat nyelonong… tanpa mereka sadar rencana mereka udah salah total.

Begitu suara ledakan terdengar, beberapa nasabah refleks berdiri.

“Hei apaan itu?!”

“Coba kita cek dulu yuk!”

Tanpa mikir panjang, mereka keluar rame-rame. Teller pun ikut, penasaran ada apa di depan bank.

Pintu otomatis bank itu kebuka.

Saat itu juga sebuah mobil hitam ngerem mendadak di depan mereka.

Pintu mobil dibanting terbuka.

Enam orang melompat keluar.

Satu dari mereka langsung menodongkan pistol tinggi-tinggi.

“JANGAN GERAK! Kalau mau selamat, diam semua, Angkat tangan kalian Keatas!”

Suasana langsung beku. Orang-orang terpaku di tangga masuk, sebagian sudah angkat tangan.

Tapi di sisi lain parkiran…

Ada satu truk yang barusan tadi mengambil uang dari bank.

Sopirnya, bapak-bapak tampangnya keras, langsung ngeh apa yang terjadi.

Ia menutup pintu truk keras keras dan teriak,

“LAGI-LAGI SAMPAH MASYARAKAT!”

Tangannya maju ke pedal gas.

“GW ABISIN LU!!”

Truk itu melompat ke depan, mesin meraung, langsung ngebut ke arah para perampok tanpa pikir panjang.

Para nasabah yang tadinya kaku, semuanya sadar dalam satu momen yang sama.

“WOI! ITU TRUK, WOI LARI!!!”

Satu nasabah teriak paling keras, dan sekejap seluruh kerumunan melebur balik masuk ke dalam bank kayak arus sungai yang ketakutan.

Anak buah perampok yang megang pistol langsung panik.

“WOI WOI WOI—!!”

Truk makin dekat. Suara ban ngelindas kerikil makin keras.

Perampok-perampok itu terpencar ke kiri-kanan, beberapa lompat ke atas kap mobil mereka sendiri.

Truk itu nggak ada tanda melambat sama sekali.

DUARRR!!

Bunyinya kayak dunia diremas.

Tiga perampok yang tadi berdiri paling depan nggak sempat mundur.

Tubuh mereka terpental, dua langsung mental ke pagar hitam bank, satu nya tewas di tempat dan ketiganya berhamburan berlari terbirit - birit.

Teriakan orang-orang pecah.

“ASTAGA!”

“YA TUHAN—!!”

Sopir truk itu masih menggenggam setir erat, rahangnya ngunci, giginya nggesek keras.

Dari balik kaca terlihat matanya merah, penuh emosi. Ban truk sedikit belok kanan, tanda dia siap ngejar lagi.

Tapi sebelum ia sempat tancap gas,

WIU WIU... WIU WIU.. WIU WIU...

Empat mobil polisi muncul sekaligus dari arah jalan besar, sirinenya memecah suasana.

Sulis dan dua timnya turun dari mobil pertama, senjata terangkat, formasi ketat.

"ANGKAT TANGAN KALIAN!"

Tim 1 langsung menyebar ke kiri kanan, mengurung dari dua sisi.

Tim 2 mengambil jarak tembak aman di belakang, siap meng-cover.

Para perampok yang tersisa terjepit antara, truk yang mau ngejar, dan polisi yang baru datang.

Pilihan mereka cuma satu.

Ketiganya langsung berlutut cepat-cepat, tangan terangkat ke udara tinggi-tinggi.

“Nyerah! NYERAH! Jangan tembak! Jangan tabrak!”

1
ALAN
lanjut Thor 😍💪
Gege
mantul
Gege
lepaskan semua thorr 10k katanya.. jangan di cicil cicil... gassss
Gege
lanjooottt thorr💪
Raihan alfi Priatno
lanjutin updatenya sampai tamat
Eli: Okeii syap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!