NovelToon NovelToon
Menikah Dengan Pacar Pura-Pura

Menikah Dengan Pacar Pura-Pura

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:209
Nilai: 5
Nama Author: arfour

Andini kesal karena sang ayah tidak menghadiri acara kelulusannya, ia memilih jalan sendiri dari pada naik mobil jemputannya
sialnya lagi karena keisengannya dia menendang sebuah kaleng minuman kosong dan tepat mengenai kening Levin.
"matamu kau taruh dimana?" omel Levin yang sejak tadi kesal karena dia dijebak kedua orang tua dan adik kembarnya agar mau dijodohkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arfour, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Ingin Jauh

“Pulang yuk Yang,” ajak Levin yang tahu kalau kekasihnya itu tidak pernah pulang larut malam, Andini lebih banyak dirumah, dia hanya sesekali pulang malam jika ada acara sekolah dan itu pun diantar jemput Pak Maman supirnya yang setia.

“Besok kita ketemu lagi ya,”ucap Levin lembut karena melihat Andini masih betah bersamanya.

“Memang mas gak sibuk?” Tanya Andini menatap ke arah Levin.

“Gak terlalu, tapi ada kerjaan yang mesti mas rapikan, Pt interpersada meminta aku menjadi pembicara di seminar pelatihan untuk karyawan IT nya,” ujar Levin sambil melirik ke arah Andini. Karena itu adalah perusahaan milik ayah Andini.

“Oh… gak bisa ketemu dong,” ujar Andini sambil bersandar di dada Levin yang masih memeluknya.

“Siapa bilang, kita pacaran di kantor mau gak?” Ucap Levin sambil mengedipkan sebelah matanya.

“Serius?” Tanya Andini tak percaya.

“Serius dong Yang, yuk pulang,”ajak Levin melepas pelukannya pada Andini, mereka lalu berdiri namun dekat dengan pintu keluar Andini menghentikan langkahnya.

“Kenapa?” Tanya Levin melihat Andini malah diam mematung.

“Peluk,” pinta Andini akhirnya. Entah mengapa dia tidak ingin jauh dari Levin. Tanpa diminta kedua kalinya Levin memeluknya.

“Pulang yuk, nanti orang rumah bingung nyariin kamu,” Andini menganggukan kepalanya lalu berjinjit mengecup bibir Levin.

“Manis,” ucapnya meniru perkataan Levin tadi, membuat Levin terkekeh mendengar perkataan kekasihnya itu.

Selama perjalan pulang Levin menggenggam tangan Andini sambil ngobrol yang ringan, Levin sekali-kali tertawa lepas mendengar cerita Andini. Andini perempuan cantik yang merasa kesepian hidupnya, jatuh cinta pada pria yang tidak sengaja terkena tendangan kaleng minuman olehnya.

“Terimakasih Mas,” Andini mengecup pipin Levin.

“Sama-sama sayang, nanti Mas telepon kalau sudah sampai di apartemen,” ujar Levin kemudian Andini turun dari mobil lalu menunggu Levin pergi, baru dia masuk ke halaman rumah besar yang pagarnya sudah terbuka, karena penjaga rumah tahu nona besar mereka sudah pulang bersamaan dengan masuknya mobil mercy keluaran terbaru.

Namun andini tidak memperdulikan dia lebih memilih masuk dari pada harus bertatap muka dengan ayahnya.

“Malam Non, apakah Non mau makan?” Tanya Isah begitu melihat Nona kecilnya masuk kedalam rumah.

“Tidak Mbok perutku sudah kenyang, aku mau tidur,”ujar Andini berjalan menapaki anak tangga tanpa menoleh kebelakang, sementara Benny hanya memandangi punggung putrinya yang belum bisa berdamai dengan dirinya.

“Tuan sudah pulang rupanya?” Tanya Isah sambil mengambil tasnya lalu membawanya ke ruang kerja.

“Man,” panggil Benny ketika dia melihat Maman berada di belakang yang artinya putrinya tidak pulang bersamanya.

“Andini dari mana?” Tanya Benny pada Maman.

“Oh… Non Andini tadi pergi bertemu temannya di Mall tuan, lalu pulangnya waktu saya mau jemput katanya sudah dijalan diantar temannya,” ujar Maman mengatakan apa adanya.

“Oh… begitu, aku titip putriku Man, sepertinya dia lebih percaya padamu dari pada aku,” pinta Benny, yang sebenarnya juga dia berharap Andini bisa percaya dengannya.

“Maaf Tuan kalau boleh saya kasih saran coba Tuan ajak bicara Non Andini dari hati kehati, dengarkan keinginannya, Non Andini sudah besar mungkin sebentar lagi akan dipinang orang, dan kebersamaan Tuan dengannya semakin Tidak ada. Maaf Tuan saya lancang,” ujar Maman pria yang umurnya lebih Tua dari Benny.

“Tidak apa Man terimakasih untuk masukannya,”ujar Benny merasakan apa yang dikatakan Maman memang benar adanya.

“Aku mandi dulu Man, mudah-mudahan besok kami bisa berbicara,” ujar Benny lalu masuk ke kamarnya untuk mandi.

Sementara di kamar, selesai mandi, Andini mengenakan baju piyama lalu membaringkan tubuhnya, kebahagiannya sirna kala berpapasan dengan ayahnya.

Tak lama ponselnya bergetar, Andini memang hampir tidak pernah menggunakan nada dering untuk ponselnya.

“Kamu lagi apa sayang?” sapa Levin ketika panggilan teleponnya dijawab oleh Andini.

“Aku selesai mandi, trus sekarang mau Bobo ,” terdengar suara manja Andini ditelinga Levin. Panggilan berubah menjadi video call oleh Levin.

“Kok gelap sayang?” Tanya Levin karena dia tidak bisa melihat wajah Andini dengan jelas.

“Aku biasa tidur dimatikan lampunya,” Andini lalu menyalakan lampu tidur yang ada di sisi tempat tidurnya.

“Nah baru kalau begini kelihatan cantiknya,” ujar Levin memuji Andini.

“Gombal!! Ucap Andini sambil tertawa, sementara Levin seperti sambil bekerja dia hanya menggunakan celana pendek dan kaos Oblong.

Dering telepon masuk ke telepon Levin yang lain panggilan video call dari Loli, anak teman ibunya yang selalu mengejar-ngejarnya bahkan pernah tanpa sengaja levin salah menggeser panggilan yang seharusnya ditolak malah diterima, dan dengan sengaja Loli menggunakan tanktop tanpa bra, bukannya senang Levin langsung mematikan panggilannya sampai dia harus memblokir nomor Loli, namun berkali-kali pula Loli mengganti nomornya, saking kesalnya Levin meminta ibunya untuk mengingatkan teman anaknya untuk tidak mengganggu dirinya, awalnya sang ibu menolak namun setelah Levin memperlihatkan foto tak senonoh Loli, akhirnya ibunya meminta anak temannya itu untuk tidak mengganggu putranya lagi, tapi dasar otak bebal kembali dia menghubungi nomor Levin dengan nomor yang lain.

“Kok dimatikan mas telponnya? Siapa tau penting,” Tanya Andini melihat Levin malah melanjutkan pembicaraan dengannya.

“Abaikan saja sepertinya nomor itu harus di nonaktifkan, kalau tidak aku akan mengaktifkan setelan blokir untuk nomor yang tidak kita kenal.,” ujar Levin yang ingat bahwa ponsel milikinya ada stelan seperti itu.

“Oh…memangnya bisanya, nanti no telepon aku juga ya tolong di stel seperti itu, soalnya sering masuk nomor penipuan atau nomor tidak jelas menawarkan judi Online,” ujar Andini masih menatap kekasihnya dari samping yang masih serius dengan pekerjaanya.

Banyak hal yang mereka bicarakan hingga Andini mengantuk teleponnya masih menyala, namun Andini sudah tidur dengan pulas. Levin membelai layar ponselnya sambil tersenyum lalu meng screenshot Andini yang tertidur, Levin mulai menguap sepertinya ia mulai mengantuk, ia mematikan lampu kamar dan menyalakan lampu tidur lalu menaruhnya ponselnya di atas nakas dengan posisi berdiri menghadap dirinya dan tetap menyala hingga mereka tertidur ponsel mereka menjadi saksi betapa keduanya terlelap dalam mimpi yang indah.

Jam lima pagi alarm berbunyi lalu mati, Andini terbangun dia ingat semalam dirinya sedang melakukan panggilan video call.

“Pantas saja batrenya habis,” ujarnya tertawa, ia lalu me changes ponselnya kemudian pergi mandi .

“Selamat pagi cantik,” sebuah pesan masuk ke ponselnya, sebenarnya Levin tidak suka seperti ini karena dia menganggap ini terlalu lebai, tapi entah mengapa dengan Andini dia amat suka melakukan

“Pagi juga Mas sayang,” ujar Andini memberikan emot hati.

“Mas ada di kantor dari jam 10 pagi ya nanti mas bilang sama petugas resepsionis kalau kamu akan datang, dandan yang cantik ya sayang,” pinta Levin sambil menambahkan emot mencium dan juga hati.

“Mau dicium betulan,” goda Andini.

“Iya mas cium sepuasnya nanti,” jawab Levin lalu kembali mengirim emot hati.

“Ya sudah aku sarapan dulu ya, sampai ketemu nanti ya mas jangan lupa share lock ya biar aku gak nyasar,” ujar Andini lalu bergegas turun ke bawah.

Dari atas rangga dia melihat ayahnya sedang asyik sarapan.

“Tumben dia ada dirumah biasanya, jika libur begini dia sudah pergi main golf,” ujar Andini dalam hati.

“Hai kamu sudah bangun sayang?” sapa Benny ketika putri semata wayangnya turun dari lantai dua rumah mereka.

“Biasanya juga aku sudah bangun dari jam 5 pagi,” jawab Andini dengan nada dingin.

“Hari ini temani Papa main golf yuk,” ajakan Benny lebih terdengar seperti perintah di telinga Andini.

“Maaf gak bisa, aku sudah ada janji dengan teman,” ujar Andini sambil mengambil sandwich yang ada di atas meja.

“Teman yang mana?” Ujar Benny balik bertanya, dia berpikir kalau Andini hanya menghindar.

“Kalau aku sebut nama nya juga Papi gak bakalan tau,” ujar Andini menjawab pertanyaan dari Benny.

“Habis kamu gak pernah kenali sih,” ujar Benny berusaha santai fan tidak terpancing emosi.

“Memangnya Papi punya waktu buat kenalan sama temanku, buat aku aja gak punya apalagi buat kenal dengan teman aku,” jawaban Andini lumayan menohok Benny tapi dia tidak marah, karena dia tahu putrinya benar.

“Maaf yah An, Papi sibuk terus sampai gak punya waktu buatmu, tapi Papi janji mulai sekarang Papi akan sisihkan waktu untukmu, Papi sudah janji pada diri Papi sendiri,” ujar Benny yang membuat Andini menghentikan kuyahan makanannya.

“Mbok…,” panggil Andini dengan nada memanggil biasa saja, Andini memang tidak pernah membentak apalagi memarahi para pembantu di rumahnya.

“Dalem non, ada apa ya?” Tanya isah menghampiri Andini.

“Pagi ini Papi dikasih makan apa, tumben dia gak bentak-bentak?” Tanya Andini seolah Benny tidak ada disana.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!