Kecurigaan Agnes kepada suaminya di hari ulangtahun pernikahannya yang ke enam, membuatnya bertemu dengan pemuda tampan berbadan atletis di ranjang yang sama. Siapakah pemuda itu? Lalu apa kesalahan yang sudah diperbuat oleh suaminya Agnes sehingga Agnes menaruh kecurigaan? Di kala kita menemukan pasangan yang ideal dan pernikahan yang sempurna hanyalah fatamorgana belaka, apa yang akan kita lakukan? Apakah cinta mampu membuat fatamorgana itu menjadi nyata? Ataukah cinta justru membuka mata selebar-lebarnya dan mengikhlaskan fatamorgana itu pelan-pelan menguap bersamaan dengan helaan napas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tersihir
Setelah memasang sabuk pengaman, Amos menoleh ke Bagaskara.
"Ada apa liatin aku kayak gitu, Komandan? Rora aman, dia udah balik ke rumah dengan selamat. Tidak lecet, tidak basah kena hujan. Aman, deh, aman" Bagaskara mengomel sambil melajukan mobil menuju ke jalan beraspal.
Amos mendengus kesal, "Aku tahu Rora aman karena Rora udah telpon aku tadi kalau dia sudah sampai di rumah dengan aman"
"Lalu kenapa liatin aku terus dengan mata menyipit begitu?"
Amos mengarahkan pandangannya ke depan lalu berkata, "Kamu, kan, sering gonta-ganti cewek dan aku .......
"Itu salah ceweknya jangan salahin aku"
"Ish! Diam dulu bisa nggak?" Amos menoleh tajam ke Bagaskara.
"Siap, Komandan" Bagaskara memberi hormat dengan tangan kiri.
Amos mengusap tengkuknya. "Aku ingin beberapa tips dari kamu, emm, caranya mendapatkan gebetan"
"Aku lagi jomblo nih, mana ada tips"
"Ish! Yang dulu, Gas, cara yang kamu pakai dulu untuk dapetin gebetan kamu"
"Gebetannya apa dulu, nih? Janda apa perawan?"
"Emangnya beda?" Amos mengernyit bingung.
"Beda, dong. Aku pernah ngejar perawan, lebih gampang itu, tinggal ditraktir, digombalin, langsung nempel deh. Kalau janda lebih susah karena janda itu ada traumanya dan ........" Ucap Bagaskara sambil membelokkan setir ke perempatan pertama setelah lampu hijau menyala.
"Kalau cewek masih nikah dan punya anak satu?"
Bagaskara sontak meminggirkan mobil lalu menoleh tajam ke Amos, "Komandan berniat jadi pebinor?"
Amos mendelik ke Bagaskara, "Bu-bukan begitu. Aku cuma nanya"
"Katakan yang sejujurnya dan Bagaskara akan kasih nasehat untuk kamu, Komandan" Bagaskara bersedekap dan menatap intens wajah tampan komandannya.
Amos sontak melempar pandangannya ke depan. "A-aku cuma nanya. Kamu tadi bilang kalau perawan lebih gampang dapetinnya, kalau janda susah karena ada trauma, nah kalau ceweknya masih nikah dan udah punya anak gimana?"
Bagaskara mengusap dada, "Oh, begitu. Bikin panik aja, Komandan. Aku kira Komandan mau jadi pebinor. Bisa dipecat denah. tidak hormat kalau Komandan jadi pebinor. Kasihan Tante Ratna sama Rora"
"Ish! Kenapa malah ceramah macam Pak Sapto aja, cih! Katakan gimana caranya?"
"Aku belum punya pengalaman jadi pebinor. Nanti kalau aku sukses jadi pebinor aku akan kasih tutorialnya ke Komandan, hehehehe" Bagaskara nyengir sambil menggaruk pelipisnya dan Amos menyipitkan mata lalu menggeram, "Dasar menyebalkan"
Bagaskara kembali melajukan mobil ke tengah jalan raya sambil berkata, "Aku pernah pacaran sama perawan. Anak remaja pernah, anak kuliahan pernah, anak yang udah kerja pernah, sama janda juga pernah. Tapi, semuanya selingkuh. Jadi, emm, lebih baik jangan minta tips dari saya Komandan. Nanti Kamu diselingkuhi"
"Dia tipe setia nggak mungkin selingkuh" Gumam Amos sambil bersedekap.
"Kamu ngomong apa barusan?" Bagaskara melirik ke Amos.
"Nggak ngomong apa-apa. Percuma ngomong sama kamu. Kesal dapetnya, cih!"
Bagaskara tertawa ngakak. "Jangan kesal dan suka ngomel entar cepat tua kayak Pak Sapto. Eh, ngomong-ngomong soal Pak Sapto, Ayu gimana kabarnya? Kalau mau mepetin Ayu, gampang tuh. Traktir plus gombalin. Tapi kayaknya nggak usah gitu, ya, karena Ayu udah naksir berat sama Komandan. Udah tinggal tembak aja terus kasih kita semua PJ-PJ"
Amos menyikut keras bahu Bagaskara, "Ngomong soal Ayu lagi, Gue jadikan Lo perkedel kentang"
Bagaskara langsung memberi hormat dengan tangan kiri, "Nggak lagi, Komandan. Ampun"
Keesokan harinya,
Alexa bangun dengan kondisi masih polos, dengan menarik selimut untuk melindungi tubuh polosnya dari hawa dingin, perempuan yang memiliki karir bagus di dunia modeling itu menoleh ke kanan dan kecewa karena Ronald sudah menghilang dari sampingnya. Alexa lalu menoleh ke kiri dan tersenyum lebar. Ia melihat ada nasi goreng berbentuk love dan note di bawah piring. Alexa menegakkan badannya lalu menyandarkan punggungnya di ranjang sambil menari note tersebut. "Semalam permainan kamu sangat luar biasa. Terima kasih. Maaf aku tidak tega membangunkan kamu. Aku sudah pesankan sarapan khusus. Dimakan, ya. Aku harus segera pulang ke Indonesia" Alexa mendekap note dari Ronald dan tersenyum lebar.
Sementara Agnes sedang sibuk memasak di dapur dengan ditemani asisten rumah tangganya. "Bi Inem tolong taruh nasi goreng ini di meja"
"Baik, Nyonya"
Agnes mengambil ayam goreng madu dari wajan lalu menaruhnya ke dalam wadah tahan panas lalu melangkah ke meja makan.
"Ini ayam goreng madu kesukaan kamu dan Papa. Papa pulang siang ini. Semoga Papa menepati janjinya" Agnes duduk di sebelah Archie sambil meletakkan wadah anti panas yang berisi ayam goreng madu di atas meja makan.
Archie mengunyah nasi goreng telur mata sapi dan menoleh ke mamanya dan berkata, "Papa selalu menepati janji, Ma"
Agnes tersenyum lalu mendaratkan ciuman di pipi putra tampannya.
Agnes lalu mengambil roti dan mengolesinya dengan selai kacang. Ia selalu makan roti dengan selai kacang lalu meminum susu cokelat dietnya.
"Mama tadi joging?" Tanya Archie.
"Iya, Sayang. Mama selalu joging. Kenapa?"
Tanya Agnes sambil mengunyah roti selai kacang di gigitan pertamanya.
Lalu, apa yang Amos lakukan di pagi hari itu? Amos dan semua anak buahnya menghadiri rapat yang dipimpin oleh pak Sapto.
"Laporan dari Filipina gimana?" Tanya Pak Sapto ke Baskara, Rama, dan Doni.
Doni berdiri lalu berkata, "Ronald sepertinya ingin menggulung tikar bisnis ilegalnya. Mungkin karena karirnya sebagai pengacara dan pebisnis di bidang perhotelan sukses besar"
"Lalu, apa kalian mendapatkan bukti-bukti bisnis ilegalnya di Filipina?"
"Tidak, Bos, maaf" Ucap Doni dan Rama sontak berdiri menimpali, "Tapi kamu punya rekaman suaranya Ronald. Silakan didengarkan" Rama memencet tombol play di tape recorder.
Suara Ronald menggema di ruangan rapat setelah bunyi angin, "Ray, bulan depan semua bisnis ilegalku harus sudah tergulung rapi! Aku tidak ingin masuk penjara dan membuat malu keluargaku"
"Tapi Bos, emm, satu bulan terlalu cepat. Saya minta satu tahun"
Terdengar suara gebrakan meja. "What?! Satu tahun? Kau gila, hah?! Polisi sudah mulai mengawasi semua pergerakanku"
"Kalau begitu tiga bulan paling cepat, Bos"
"Okelah tiga bulan"
Rama lalu memencet tombol off di tape recorder.
"Kita hanya punya waktu tiga bulan kalau tidak kita yang digulung rapi sama atasan kita" Geram Sapto sambil mengepalkan tangan. Sapto kemudian menoleh ke Amos, "Bagaimana dengan istrinya Ronald? Apa yang kamu temukan kemarin?"
Amos berdiri lalu buru-buru berkata, "Saya dan Bagas tidak, emm, maksud saya, kita belum menemukan sesuatu yang mencurigakan. Dia dosen yang baik, ibu yang baik, dan istri yang baik"
"Jangan tersihir sama kecantikan wanita itu, kamu udah ada Ayu" Geram Sapto.
Semua anak buahnya Amos sontak menunduk dan mengulum bibir menahan geli.
Amos menghela napas panjang lalu memberi hormat, "Siap! Saya tidak akan tersihir sama kecantikan wanita itu, Pak"
Saya tidak akan tersihir sama kecantikannya Agnes karena saya sudah jatuh cinta sejatuh-jatuhnya sama Agnes, Pak, hiks! Amos duduk kembali dengan helaan napas panjang.
Dua jam kemudian, Amos sudah duduk di baris depan dan Agnes masuk ke kelas lalu menuju ke meja dosen yang berada di depan ruangan tanpa menoleh ke Amos.
Amos menatap sedih wajah cantiknya Agnes dan bergumam di dalam hatinya, aku akan tetap mengejar kamu, Nes. Demi keselamatan kamu dan Archie. Aku tidak ingin kamu celaka nanti saat kami semua menangkap suami kamu. Aku akan mengejar kamu dan kalau kamu tetap tidak mau menerima cintaku maka dukun yang bertindak, eh? Geblek Lo, Mos! Tentu saja harus Lo kejer sampai dapet kenapa bawa-bawa dulu, Lo.