Bangkitnya Ratu Yang Terabaikan

"Marco, tangkap Tuan Valerius atas tuduhan penggelapan pajak dan penyalahgunaan kekuasaan yang merugikan rakyat! Sita semua asetnya atas nama Kerajaan Lemos. Kirimkan Tuan ke penjara terburuk, hukumannya akan ditentukan nanti!" perintah Ratu Amora, dengan suara menggelegar seperti gemuruh petir.

"Baik Yang Mulia," jawab Marco mengangguk kan kepala nya tanpa ragu.

Marco langsung bergerak cepat, memerintah para prajurit istana untuk mengamankan Tuan Valerius.

"Lepaskan! Kalian tidak bisa memperlakukan Saya seperti ini!!" teriak Tuan Valerius marah.

"Keluarga Valerius adalah keluarga bangsawan tingkat tinggi!" teriak nya lagi.

Dua prajurit segera menyeret Valerius yang terus meronta dan berteriak, meninggalkan anggota Dewan yang lain dalam keheningan yang mencekam, mereka telah melihat Ratu Amora menghancurkan dua menteri dan sekarang kepala dewan yang paling kuat.

Ratu Amora berbalik menghadap Anggota Dewan yang tersisa, matanya berkilat tajam.

"Siapa selanjutnya yang ingin menguji batas kesabaranku?" tanya Ratu Amora dingin.

Tidak ada yang berani menjawab, semua nya diam, menunduk kan kepala nya dalam, tidak berani menatap Ratu Amora yang sedang berdiri dengan tatapan tajamnya.

"Bagus!" ucap Ratu Amora, mengangguk puas.

"Marco, kita kembali sekarang!" perintah Ratu Amora.

"Baik Yang Mulia," jawab Marco sopan.

"Sekarang kita bisa kembali pada masalah pertahanan perbatasan," ucap Ratu Amora dingin, berlalu pergi dari sana.

Semua Anggota Dewan langsung menghela nafas nya lega, saat melihat kepergian Ratu Amora, sekarang mereka sudah yakin, bahwa Ratu Amora bukan lagi Ratu Amora yang cengeng dan bodoh.

"Bagaimana menurut mu?" tanya Salah satu anggota Dewan.

"Sangat mengejutkan," jawab nya menggeleng kan kepala.

"Bahkan Tuan Valerius yang selama ini terkenal kuat, Kejahatan nya bisa terbongkar se jauh itu oleh Yang Mulia Ratu," ucap anggota Dewan termenung.

   🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Dua hari kemudian, aroma garam dan kulit tua memenuhi aula depan istana, Kapten Ryker tiba, diantar langsung oleh pengawal kerajaan.

Ryken adalah pria bertubuh kekar, dengan janggut tebal berwarna jerami dan mata biru es yang terlihat lelah namun waspada, pria itu mengenakan seragam tempur perbatasan yang sudah usang, membawa aura padang salju dan peperangan.

Ryken langsung berlutut di hadapan Ratu Amora yang menantinya di ruang kerja pribadinya, ditemani oleh Marco di samping.

"Salam Yang Mulia Ratu Amora Lemos, Kapten Ryken menghadap," ucap Ryken, suaranya serak namun tegas, seperti batu yang bergesekan.

"Bangunlah, Kapten," jawab Ratu Amora datar.

Ratu Amora mengamati Ryken dengan mata tajamnya, tidak ada keraguan atau sanjungan berlebihan di matanya, hanya rasa hormat seorang prajurit.

Ryken bangkit, matanya langsung tertuju pada Ratu Amora.

"Hamba menerima perintah mendadak Anda, Yang Mulia. Apakah perbatasan utara dalam bahaya lebih besar dari yang hamba ketahui?" tanya Ryken sopan dan tegas.

"Perbatasan Utara aman di bawah penjagaan mu, Kapten, bahaya yang lebih besar ada di sini, di jantung Kerajaan Lemos," jawab Ratu Amora, dingin.

Ryken mengerutkan kening nya tidak paham, pandangannya beralih sekilas ke lambang Kerajaan di dinding

"Hamba tidak mengerti, Yang Mulia," ucap Ryken sopan.

"Duduklah, Kapten," perintah Ratu Amora, menunjuk kursi di hadapannya.

"Sebuah kehormatan bagi Saya Yang Mulia," jawab Ryken menunduk kan kepalanya.

Setelah Ryken duduk, Ratu Amora mencondongkan tubuh sedikit ke depan.

"Kau adalah komandan garis depan, kau melihat langsung bagaimana bandit menyerang dan bagaimana pertahanan kita rapuh. Kau hanya setia pada sumpahmu, pada rakyat, dan pada Kerajaan. Betulkah itu?" tanya Ratu Amora dengan intonasi suara yang rendah, namun mematikan.

"Benar Yang Mulia," jawab Ryken mengangguk kan kepala tegas.

"Itu satu-satunya hal yang Saya miliki, kami berperang, sementara para menteri di sini menjual sumber daya, mengabaikan permintaan logistik kami, dan membiarkan perbatasan hampir tidak terlindungi, Saya lelah menulis laporan yang hanya menjadi penutup cangkir teh mereka!" ucap Ryken tidak berusaha menyembunyikan rasa frustrasinya.

"Pernyataan yang jujur," puji Ratu Amora, puas.

"Tuan Silas, Menteri Pertahanan sebelumnya, telah didakwa, sekarang kursinya kosong, Saya tidak menginginkan menteri yang hanya tahu cara bernegosiasi di balik meja. Saya ingin seseorang yang tahu bagaimana bau darah di medan perang dan apa artinya menjaga sumpah!" ucap Ratu Amora menatap Ryken datar.

Ryken terdiam, memproses ucapan sang Ratu.

"Yang Mulia, Anda menawarkan hamba posisi Menteri Pertahanan?" tanya Ryken hati-hati.

"Tepat," jawab Ratu Amora tegas.

"Saya tidak ingin nasihat strategis tentang bagaimana menjaga perdamaian, Saya ingin kau merobek kementerian itu dan membangunnya kembali dengan disiplin dan loyalitas yang sama seperti yang kau tanamkan pada prajuritmu di perbatasan utara, pertahanan Lemos harus dipegang oleh Singa, bukan tikus!" lanjut Ratu Amora,

Ryken menatapnya lama, matanya menyipit seolah mengukur kedalaman ancaman yang tersirat dalam tawaran tersebut.

"Ini adalah Istana, Yang Mulia, bukan barak. Politik di sini lebih mematikan daripada panah bandit, menteri Pertahanan yang baru akan langsung di incar oleh para bangsawan yang kehilangan kendali atas pasukan dan anggaran militer," ucap Ryken mengunakan, dampak yang akan terjadi.

"Tentu saja," jawab Ratu Amora menganggukkan kepalanya.

"Kau akan menjadi target, mereka akan mencoba menyuap mu, melemahkan mu, atau bahkan mencarikan cara untuk menjatuhkan mu. Apakah kau takut dengan pertempuran di Istana, Kapten?" tanya Ratu Amora tersenyum miring.

Ryken tertawa kecil, tawa yang kering dan kasar.

"Saya tidak takut pada apa pun yang bisa Saya lihat, Yang Mulia, Saya hanya takut pada kelaparan rakyat dan pengkhianatan dari belakang, jika Saya menjadi Menteri Pertahanan, Saya akan memotong anggaran tidak penting yang menguntungkan para kroni dan mengalihkannya langsung ke perbatasan, Saya akan menuntut disiplin absolut, dan siapa pun yang mencoba menjual rahasia militer akan digantung di tembok Istana tanpa pengadilan bertele-tele!" ucap Ryken tegas, matanya berkilat-kilat penuh semangat juang.

"Saya akan menjadi tembok pertahanan Istana, bukan hanya dari luar, tapi juga dari dalam, karena itu adalah tugas yang Saya mengerti!" lanjut Ryken, tidak sedikit pun ada keraguan di setiap ucapan nya.

Ratu Amora tersenyum, senyum yang kali ini lebih mendekati rasa puas.

"Kesetiaan yang dingin, itu yang saya butuhkan. Angkat sumpahmu, Kapten Ryken!" perintah Ratu Amora tegas.

Ryken bangkit, meletakkan tangannya di atas jantungnya, matanya menatap tajam ke bendera kerajaan Lemos.

"Saya Ryken, bersumpah di hadapan Yang Mulia Ratu Amora Lemos, untuk melayani Kerajaan Lemos sebagai Menteri Pertahanan! Saya akan memastikan setiap nyawa prajurit dan setiap koin untuk pertahanan digunakan hanya demi keselamatan Kerajaan! Pengkhianat akan dihukum mati! Koruptor akan diburu! Loyalitas Saya hanya untuk Kerajaan, Raja dan Ratu yang memimpinnya!" sumpah Ryken dengan suara lantang.

"Sumpah diterima," ucap Ratu Amora, berdiri.

"Marco, siapkan perintah resminya!" perintah Ratu Amora melirik Marco.

"Baik Yang Mulia," jawab Marco sopan.