Sinopsis:
Liora, seorang gadis muda, dipaksa menjadi pengantin pengganti tanpa mengetahui siapa calon suaminya. Namun saat tirai pernikahan terbuka, ia terseret ke dalam Azzarkh, alam baka yang dikuasai kegelapan. Di sana, ia dinikahkan dengan Azrakel, Raja Azzarkh yang menakutkan, dingin, dan tanpa belas kasih.
Di dunia tempat roh jahat dihukum dengan api abadi, setiap kata dan langkah bisa membawa kematian. Bahkan sekadar menyebut kata terlarang tentang sang Raja dapat membuat kepala manusia dipenggal dan digantung di gerbang neraka.
Tertawan dalam pernikahan paksa, Liora harus menjalani Upacara Pengangkatan untuk sah menjadi selir Raja. Namun semakin lama ia berada di Azzarkh, semakin jelas bahwa takdirnya jauh lebih kelam daripada sekadar menjadi istri seorang penguasa neraka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 11
Liora membuka matanya perlahan. Cahaya merah redup dari obor neraka menari di dinding batu hitam. Napasnya tersengal, dada terasa berat, dan aroma belerang masih melekat di ujung hidungnya.
“Syukurlah Putri telah sadar,” ucap Nyonya Veyra dengan nada lega.
Di seberang ranjang, Raja Azrakel yang sedari tadi berdiri membelakanginya, dengan cepat kembali mengenakan topeng hitam perak yang menutupi setengah wajahnya. Dia berjalan mendekat, suaranya tenang namun dingin.
“Kau sempat kehilangan kesadaran selama dua hari. Tubuhmu belum terbiasa dengan tekanan antara dua dunia,” katanya pelan.
Liora terdiam. Kenangan terakhir sebelum pingsan terlintas, dingin yang menggigit tulang, tubuhnya seperti membeku di udara saat mencoba kembali ke dunia manusia.
“Jadi... aku pingsan karena itu?” bisiknya.
Azrakel menatapnya lama. “Ya. Tubuhmu belum sepenuhnya menjadi bagian dari dunia kami, tapi juga tak lagi sepenuhnya manusia.”
Nada suaranya dalam, seperti menyimpan sesuatu yang lebih dari sekadar penjelasan.
Liora menggigit bibirnya. Azrakel menyentuh pergelangan tangannya. Sentuhan itu terasa dingin tapi menenangkan. “Aku sudah menautkan sebagian kekuatanku padamu. Sekarang kau milikku, dan dunia ini tidak akan menolakmu lagi.”
Liora terdiam, jantungnya berdetak cepat. Ada sesuatu dalam kata milikku yang membuat dadanya hangat dan sesak bersamaan.
“Terima kasih, Yang Mulia,” ujarnya pelan.
Azrakel menatapnya sekilas di balik topengnya. “Istirahatlah, Liora. Dunia manusia bisa menunggu.”
Beberapa hari setelahnya, Liora akhirnya kembali menapakkan kaki di dunia manusia, dia harus kembali ke kampus untuk belajar. Pakaian modern menutupi tanda rune hitam di pergelangan tangannya, tanda ikatan dengan Raja Neraka. Ia menghela napas panjang sebelum melangkah masuk ke gedung kampus. Sudah hampir satu bulan ia menghilang dengan alasan cuti kesehatan.
“Liora! Akhirnya kamu balik juga,” seru Dinda, sahabatnya yang berambut pirang keemasan.
Liora tersenyum kecil. “Iya... aku cuma butuh istirahat sedikit.”
Dinda memperhatikannya dengan dahi berkerut. “Kau kelihatan beda. Kayak... auramu lebih dingin.”
Liora hanya tertawa kecil, menutupi kegugupannya. “Mungkin efek kurang tidur.”
Mereka berjalan menuju taman belakang kampus. Angin sore berhembus lembut, tapi entah kenapa udara di sekitarnya terasa berat.
“Eh, Li, tadi pagi aku nemuin sesuatu di loker kamu,” kata Dinda tiba-tiba.
Liora menatapnya. “Sesuatu?”
“Kayak serbuk bunga... warnanya ungu tua. Wanginya aneh banget. Aku kira parfum kering, tapi waktu aku tiup, serbuknya nyala kayak bara api kecil.”
Liora mendadak berhenti. Jantungnya berdetak cepat. “Serbuk bunga...?” gumamnya pelan.
“Iya. Aku taruh di tasmu, takutnya penting,” kata Dinda.
Liora merogoh tasnya. Di dalamnya, ada kantong kecil dari kain beludru hitam. Saat ia buka, serbuk ungu itu tampak berkilau samar, memancarkan aroma manis menusuk. Bunga arwah. Ia mengenalinya. Itu hanya tumbuh di lembah antara dunia kematian dan neraka, dan biasanya hanya muncul bila roh tak tenang sedang berkeliaran.
“Dinda, kamu... yakin nggak ada yang menaruhnya selainmu?” tanya Liora hati-hati.
Dinda menggeleng. “Enggak. Tapi waktu aku nemuin itu, ada cewek berdiri di depan loker kamu. Aku kira temenmu. Tapi aneh... wajahnya pucat banget.”
Pucat?” Liora berbisik.
“Kayak enggak hidup,” tambah Dinda.
Liora menutup kantong beludru itu cepat-cepat. Di udara, ia bisa mencium samar aroma yang sama, aroma neraka, bercampur dengan bau bunga layu.
Sore itu, Liora menunggu Dinda di koridor belakang kampus. Hanya sedikit mahasiswa yang lewat. Udara semakin dingin, dan langit di atas mulai berubah keunguan.
Brukkk!
Seseorang menabraknya dari arah tikungan.
“Aduh... maaf, aku nggak liat jalan,” ucap Liora cepat sambil menunduk.
Tapi gadis itu tidak menjawab. Tubuhnya kaku, rambutnya basah, dan mata kosongnya menatap lurus ke depan. Liora mundur selangkah. “Hei... kau baik-baik saja?”
Gadis itu menunduk, dan dari tangannya jatuh setitik serbuk bunga yang sama, ungu dan berpendar lembut di lantai marmer.
Liora tertegun. “Bunga arwah…”
Ketika ia mengangkat wajahnya lagi, gadis itu sudah lenyap.
Ia terpaku. Ruangan kembali sunyi.
Namun tiba-tiba, bisikan halus terdengar di telinganya.
“Tolong... kembalikan bunga itu...”
Suara itu samar, seperti berasal dari balik tirai antara dua dunia. Liora menatap tangan yang memegang kantong beludru itu. Cahaya serbuknya kini semakin kuat, bergetar seperti menyerap udara di sekitarnya.
“Liora!” Dinda muncul dari ujung koridor. “Kau kenapa?”
Liora tersentak. “Kau dengar sesuatu?”
“Dengar apa?”
“Suara…” bisiknya. Tapi Vaelis hanya memandang heran.
Liora tahu, yang ia dengar bukan suara manusia. Itu suara arwah yang terikat pada bunga itu.
Malam harinya, di bawah sinar bulan merah, Liora duduk di balkon asramanya. Ia menatap tangan yang menggenggam serbuk bunga arwah itu.
Cahaya ungu dari serbuk itu perlahan membentuk siluet wajah gadis yang ia tabrak tadi sore. Wajah pucat, mata hitam kosong, dan darah membeku di bibirnya.
“Kau…” Liora berbisik. “Siapa kau sebenarnya?”
Gadis itu membuka mulutnya, tapi suara yang keluar bukan suara manusia, melainkan bisikan neraka.
“Aku... pernah hidup di dunia ini... dan mati... karena dia...”
“Dia siapa?” tanya Liora cepat.
Tapi tiba-tiba udara di sekitarnya bergetar. Dari balik bayangan, sosok tinggi berjas hitam muncul. Topeng peraknya memantulkan cahaya bulan.
“Cukup.”
Itu suara Raja Azrakel.
Liora berdiri, terkejut. “Kau... bagaimana bisa?”
“Bunga itu memanggilku,” jawabnya pelan. “Kau membawa sesuatu yang seharusnya tak keluar dari bawah dunia.”
“Bunga arwah ini... punya gadis itu. Dia ingin aku kembalikan,” kata Liora.
“Tidak,” Azrakel melangkah mendekat, tatapannya tajam. “Ia bukan gadis biasa. Ia roh terkutuk yang terperangkap di antara dua alam. Dan bunga itu, adalah penjara sekaligus hatinya.”
Angin malam bertiup kencang. Rambut Liora berterbangan saat ia menatap mata merah di balik topeng Azrakel.
“Kalau begitu, biarkan aku menolongnya,” katanya dengan suara bergetar.
Azrakel mendekat hingga jarak mereka hanya sejengkal. “Kau sudah cukup menantang takdirmu, Liora. Dunia manusia takkan sanggup menanggung kutuk bunga arwah itu.”
Ia mengulurkan tangan. “Berikan padaku.”
Namun Liora memeluk kantong kecil itu erat-erat. “Aku tidak bisa. Kalau aku kembalikan tanpa menyelesaikan urusannya, rohnya takkan pernah tenang.”
Azrakel menatapnya lama. Tatapannya lembut tapi juga berbahaya. “Kau semakin mirip denganku, Liora... penuh belas kasih dan kebodohan yang mematikan.”
Tangannya menyentuh pipi Liora. Dingin, tapi menenangkan. “Jika kau ingin menolongnya, maka lakukan di bawah pengawasanku. Satu langkah saja salah, kau akan ikut terikat di antara dunia kematian.”
Liora menatapnya dalam-dalam. “Baik. Tapi kali ini, biarkan aku melakukannya dengan caraku.”
Azrakel tersenyum samar di balik topengnya.
“Begitu berani, selirku.”
Ia menghilang dalam kabut hitam, meninggalkan aroma belerang dan bayangan di hati Liora yang mulai merasakan sesuatu yang lebih berbahaya dari sekadar cinta.
krn di dunia nyata kamu g diperhatikan, g disayang
apa mungkin bgmn cara'a spy kembali ke dunia sebenar'a, bgtukah thor🤭💪