Sagara begitu terluka dan sakit hati saat gadis yang baru saja dinikahinya beberapa jam lalu yang bernama Thania memintanya untuk menalaknya.Iya, Thania gadis yang dia cintai secara diam- diam sejak lama dan berhasil dia nikahi dengan cara dijodohkan oleh orang tua mereka, ternyata tidak mencintai Sagara. Dengan berdalih ingin melanjutkan kuliah, tepat di malam pertama Thania meminta Sagara untuk menceraikannya.
Apakah Sagara akan rela melepaskan Thania, gadis yang begitu dia cintai dan merupakan cinta pertamanya...? Yuk baca cerita selengkapnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Tidak mengingatnya
Setelah menemui para CEO yang kaan berpamitan pulang, sekertaris Jo lalu kembali ke kamar hotel untuk melihat keadaan Sagara. Namun saat dia baru sampai depan pintu kamar hotel yang setengah terbuka, sekertaris Jo langsung membeku melihat Sagara yang sedang mencium Shaina.
Sekertaris Jo mundur dan memilih menunggu di luar kamar. Sekertaris Jo menghela nafas sambil menatap nanar ke depan. Di matanya masih terbayang saat Sagara mencium Shaina.
🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓
Keesokan harinya Shaina yang semalaman tidak bisa tidur masih berbaring di atas kasur sambil menutupi tubuhnya menggunakan selimut. Iya, semalaman ini Shaina tidak bisa tidur karena apa yang dilakukan oleh Sagara terhadapnya terus membayang di ingatannya. Maklum saja, ini kali pertama kali Shaina dicium oleh laki- laki, apa lagi di bagian bibirnya.
"Aaaarrrrrkkk....dasar pria brengsek...! Apa yang telah dia lakukan padaku...! Arrrkk... Gila...! Gila...Gila...!!!" teriak Shaina sambil berguling- giling di atas kasur ketika dia kembali teringat akan ciuman tersebut.
"Oh ya ampun... Bibirku...bibirku telah ternoda...Hua...hua...'' rengek Shaina lalu bangun dan segera berjalan mendekati cermin yang tertempel di dinding.
"Hah... Bibirku...ayahhhh.... Bibirku ternoda... Hua...hua...." rengek Shaina sambil bercermin dan memegangi bibirnya.
"Oh ya ampun...bagaimana kalau tadi malam ada yang melihatnya... Trus aku dituduh sebagai pelakor....Aaarrrkkk.... Tidakkkkk.....!!!"" seru Shaina sambil mengacak- acak rambutnya.
"Oh ya ampun... Kak...Kak Shaina kenapa...?'' tiba- tiba Riska masuk membawa dua bungkus bubur ayam untuk sarapan mereka berdua.
Shaina yang sedang menatap ke arah cermin pun menoleh ke arah Riska.
"Riska...hua....hua..." Shaian kembali merengek.
"Oh ya ampun kak, itu kenapa...?'' Riska menunjuk wajah Shaina.
Shaina pun langsung panik dikiranya Riska menunjuk bibirnya.
"Hah... Kenapa...? Bibirku kenapa...? A..apa bibirku bengkak...?" tanya Shaina panik.
"Tidak kak... Itu pinggiran mata kak Shaina kenapa berwarna hitam...?'' tanya Riska.
"Hah...? Mataku...? Jadi mataku yang hitam..? Bukan bibirku yang bengkak...?'' sahut Shaina.
"Hah...? Kak Shaina kenapa sih...?'' Riska bingung.
"Oh... Tidak...tidak apa- apa...'' jawab Shaina lalu dia kembali melihat ke arah cermin.
Iya, benar yang dikatakan oleh Riska kalau di sekitar mata Shaina berwarna hitam. Iya tentu saja , Shaina tidak bisa tidur tadi malam karena terus terbayang apa yang dilakukan oleh Sagara padanya.
"Tadi malam aku nggak bisa tidur...." ucap Shaina lalu kembali ke atas kasur kemudian dia tengkurap di sana.
"Kenapa kakak tidak bisa tidur...? Apa kakak sakit...?'' tanya Riska lalu duduk di pinggir kasur.
"Hua...ini gara- gara CEO brengsek itu..." jawab Shaina sambil memukul- mukul bantal.
"Hah...? CEO br*ngs*k...? Maksud kakak, tuan Sagara...?'' tanya Riska.
"Kakak diapain sama tuan Sagara...? Kakak dihukum lagi sama dia...? Memangnya kakak melakukan kesalahan apa lagi...?'' sambung Riska.
Shaina lalu bangun dan duduk di depan Riska. Sebenarnya Shaina ingin cerita apa yang terjadi tadi malam di kamar hotel, tapi Shaina malu.
"Sudahlah lupakan saja..." ucap Shaina.
"Kamu bawa apa itu...?'' tanya Shaina sambil menunjuk kantong kresek yang ada di tangan Riska.
"Oh ini bubur ayam. Ayo kak sarapan dulu...'' jawab Riska.
Shaina lalu makan bubur ayam tersebut.
"Oh ya ampun... Hua...hua...." rengek Shaina karena di saat dia sedang makanpun di pikirannya selalu teringat kejadian tadi malam. Di mana bibir Sagara melumat bibirnya dengan begitu lembut.
"Kak, kakak kenapa sih...? Kakak baik- baik saja kan...?'' Riska khawatir.
"Tidak...tidak.... Aku tidak papa... Aku cuma ngantuk..." jawab Shaina sambil menyuapkan bubur ke mulutnya.
Riska pun menatap wajah Shaina dengan bingung melihat tingkahnya yang aneh.
🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓
Dengan langkah lunglai Shaina masuk ke dalam ruang kerjanya. Di sana sudah ada Bimo, Asril dan Alfian yang sudah datang lebih dulu. Shaina mendudukkan bokongnya di kursi meja kerjanya dengan kasar. Kemudian dia menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi sambil menghela nafas.
"Kamu kenapa Sha...?" tanya Bimo.
Alvian dan Arsil pun ikut memperhatikan sikap aneh Shaina yang tidak seperti biasa. Iya, biasanya Shaina datang ke kantor dengan semangat empat lima. Dia juga selalu menyapa teman- temannya mengucapkan selamat pagi. Tapi sekarang dia datang dengan wajah kusut dan tubuh terlihat lemas tak bertenaga.
"Sha... Kamu kenapa sih...? Apa kamu sakit...?'' tanya Bimo sambil menggeser kursinya ke depan meja kerja Shaina.
"Hah..ya ampun ...." rengek Shaina sambil mengacak- acak rambutnya.
Alvian dan Arsil yang biasanya cuek terhadap Shaina pun kepo dengan apa yang sebenarnya terjadi dengan juniornya itu.
"Kamu kenapa Sha...? Wajah kamu kusut banget...?'' tanya Alvian yang juga ikut mendekat ke meja kerja Shaina.
"Kamu habis begadang ya...?" tanya Arsil melihat lingkaran hitam di sekitar mata Shaina.
"Iya aku nggak bisa tidurrrr...." rengek Shaina.
"Kenapa...?'' tanya Bimo, Alvian dan Arsil kompak.
"Aaarrrkkk.... Ini gara- gara pria br*ngs*k itu...!!'' seru Shaina kembali mengacak rambutnya dan menghentakkan kedua kakinya ke lantai.
"Hah....!'' Bimo, Alvian dan Arsil pun kaget melihat tingkah Shaina.
"Pria br*ngs*k siapa...?" tanya Bimo.
"Ah sudahlah kalian tidak tahu apa- apa..." jawab Shaina yang tidak mungkin juga dia akan cerita kalau tadi malam dia dicium bibirnya oleh Sagara. Karena bakalan jadi bahan omongan nantinya. Dan parahnya lagi bisa- bisa dia akan dianggap pelakor oleh seluruh pegawai di perusahaan ini karena setahu mereka Sagara sudah mempunyai istri.
"Lihat saja, akan aku kasih pelajaran dia... Berani sekali dia berbuat seenaknya sama aku... Dia belum merasakan tandangan mautku rupanya..." ucap Shaina sambil menonjokkan kepalan tangan kanannya ke telapak tangan kiri.
Bimo , Arsil dan Alvian pun saling pandang semakin penasaran apa sebenarnya yang terjadi dengan Shaina dan siapa pria yang dia maksud.
Tak lama kemudian terdengar suara langkah kaki. Iya, mereka adalah Sagara dan sekertaris Jo yang berjalan menuju ke ruang kerjanya.
Shaina melirik tajam ke arah dua pria yang sedang berjalan melewati ruang divisi keuangan. Kemudian Shaina mendengus kesal.
Shaina, dan ketiga rekannya lalu segera mengerjakan perkerjaan mereka masing- masing karena jam kerja sudah dimulai. Tak lama kemudian datanglah sekertaris Jo ke ruang divisi keuangan.
"Shaina... Kamu dipanggil tuan..." ucap sekertaris Jo dengan ekspresi dingin.
"Sa...saya...? A..ada apa...?'' tanya Shaina yang sebenarnya sedang tidak ingin melihat wajah Sagara.
"Saya tidak tahu..." jawab sekertaris Jo dengan ketus, kemudian dia pergi dari ruang divisi keuangan.
"Sekertaris Jo kenapa...?" gumam Shaina.
"Aduuhh.... Males banget deh...." ucap Shaina yang enggan sekali pergi ke ruang kerja Sagara.
"Sha... Kamu melakukan kesalahan lagi...? Kok pagi- pagi kamu sudah disuruh menghadap tuan Sagara...?'' tanya Alvian.
"Aku juga nggak tahu, perasaan aku nggak melakukan kesalahan..." jawab Shaina dengan wajah bete.
"Sudah Sha.. sana pergi, nanti kalau kelamaan kamu dimarahi lho sama tuan..." ucap Bimo.
"Iya...iya..." Shaina dengan malas bangun dari duduknya dan berjalan menuju ruang kerja Sagara.
Setelah mengetuk pintu ,Shaina masuk ke ruang kerja Sagara. Di dalam sana Sagara sedang fokus dengan laptopnya. Shaina berdiri di depan meja kerja Sagara, dan Sagara nampak cuek dengan keberadaan Shaina karena dia terus menatap laptopnya.
"Dia cuek sekali... Kenapa dia bersikap seolah- olah tidak pernah terjadi sesuatu, apa dia sudah melupakan kejadian tadi malam...?" tanya Shaina dalam hati sambil melihat ke arah Sagara.
Shaina lalu menghela nafas.
"Tuan memanggil saya...?'' tanya Shaina.
"Mana catatannya...?'' tanya Sagara tanpa menoleh ke arah Shaina sedikitpun. Dia fokus ke layar laptop sambil menggerakan mouse yang dihubungkan ke laptopnya.
"Catatan yang mana ...?'' tanya Shaina.
Sagara menghela nafas kemudian menoleh ke arah Shaina yang berdiri di depan meja kerjanya.
"Catatan hasil rapat tadi malam. Kamu mencatat semuanya kan...?'' jawab Sagara sambil memasang wajah tegasnya.
"I..iya... Ada di meja kerja saya, tapi belum saya print..." jawab Shaina.
"Nanti kirim ke saya melalui email..." ucap Sagara.
"Baik tuan...." jawab Shaina.
"Kamu boleh kembali ke meja kerjamu...'' ucap Sagara kemudian kembali fokus ke laptopnya.
"Iya tuan..." jawab Shaina.
"Hah...? Apa dia benar- benar tidak ingat kejadian tadi malam...?'' ucap Shaina dalam hati.
Menyadari bahwa Shaina masih berdiri di depan meja kerjanya, Sagara kembali menoleh ke arah Shaina.
"Kenapa kamu masih di situ...?'' tanya Sagara sambil menatap Shaina.
"Ehm... Ti..tidak..." Shaina tergagap.
"Ehm... Tu..tuan..." ucap Shaina .
"Ada apa....?'' tanya Sagara.
"A...apa tuan tidak mengingat apapun...?'' tanya Shaina memberanikan diri untuk bertanya.
"Ingat apa...?'' Sagara balik bertanya.
"Hah...? Ja..jadi tuan tidak mengingatnya...?'' tanya Shaina.
"Iya, ingat apa...?" tanya Sagara sambil mengerutkan keningnya.
"Aaarrkkhh... dasar laki- laki b*jing*n.... Jadi dia sama sekali tidak mengingat apa yang dia lakukan padaku tadi malam.... " umpat Shaina dalam hati sambil mengepalkan kedua tangannya.
Dan bersamaan dengan itu sekertaris Jo masuk ke ruang kerja Sagara.
"Ini tuan..." sekertaris Jo memberikan berkas pasa Sagara.
"Hei gadis berandal... Kamu mau bicara apa sih...? Ingat apa...? Ya saya ingat, saya sudah janji sama kamu akan mencarikan boneka kamu. Kamu sabar dong, saya sedang berusaha mencari boneka kamu itu...." ucap Sagara.
"Bu..bukan soal itu..." sahut Shaina sambil menggeleng- gelengkan kepalanya.
"Bukan itu...? Lalu...?'' tanya Sagara.
"Oh iya... Soal bonus...? Ya nanti saya akan kirim bonusnya. Kamu ini tidak sabaran sekali..." ucap Sagara.
"Iiihhh... Bukan soal itu...! Ya sudah kalau tuan tidak mengingatnya....! Memang sebaiknya tuan tidak perlu mengingatnya...!'' sahut Shaina dengan kesal.
Shaina lalu membalikkan badan kemudian berjalan ke arah pintu sambil menghentak- hentakkan kedua kakinya ke lantai. Sekertaris Jo yang paham maksud kekesalan Shaina pun hanya diam sambil menatap kepergiannya.
Sedangkan Sagara tentu saja heran melihat tingkah aneh Shaina.
"Dia kenapa...?'' tanya Sagara pada sekertaris Jo yang berdiri di depan meja kerja Sagara.
Sekertaris Jo menghela nafas.
"Apa tuan tidak mengingat apa yang terjadi tadi malam...?'' tanya sekertaris Jo dengan ekspresi dingin.
"Kejadian apa...?'' Sagara balik bertanya.
"Kejadian saat tuan mabuk..." jawab sekertaris Jo.
Sagara menghela nafas. Iya, dia ingat bahwa tadi malam dia sengaja minum alkohol karena hatinya benar- benar kacau melihat kedatangan Thania.
"Memangnya apa yang saya lakukan...? Apa saya mengucapkan kata- kata yang tidak pantas di hadapan banyak orang...?" tanya Sagara. Sekertaris Jo menggelengkan kepala.
"Atau saya melakukan sesuatu pada Thania....?'' tanya Sagara. Sekertaris Jo kembali menggelengkan kepalanya.
"Ini tidak ada hubungannya dengan nona Thania tuan..." jawab Sekertaris Jo.
"Lalu soal apa...? Saya tidak mengingat apapun..." tanya Sagara.
"Jadi tuan tidak mengingat apa yang tuan lakukan pada Shaina di dalam kamar hotel...?'' tanya Sekertaris Jo.
"A...apa...Shaina...? Memangnya apa yang saya lakukan pada Shaina...?'' Sahara panik.
Sekertaris Jo kembali menghela nafas.Sekertaris Jo lalu memberitahu Sagara kalau tadi malam saat mabuk berat dia mencium Shaina di dalam kamar hotel.
"A...apa...? Sa...saya mencium Shaina...? A..apanya...? Apanya yang saya cium...?'' Sagara bertambah panik.
"Bibirnya... Tuan mencium bibir Shaina cukup lama..." jawab Sekertaris Jo.
"Hah...? Kok bisa....? La..lalu apa yang terjadi selanjutnya...?'' tanya Sagara sambil memegangi bibirnya.
Iya, tentu saja Sagara khawatir kalau dia melakukan hal lebih pada Shaina.
"Tidak terjadi apa- apa. Tuan hanya menciumnya saja. Setelah itu tuan tidur...'' jawab Sagara.
"Haah... Syukurlah... " ucap Sagara merasa lega.
Iya, tentu saja jika Sagara sampai melakukan hal lebih pada Shaina, Sagara akan merasa sangat bersalah padanya.
Sementara itu Shaina kembali ke ruang kerja sambil terus menghentak- hentakkan kakinya ke lantai.
"Bruk..bruk...bruk..brukk..." suara langkah kaki Shaina.
Setelah sampai di meja kerjanya, Shaina langsung mendudukkan bokongnya dengan kasar di kursi.
Kemudian Shaina kembali sibuk dengan komputernya dan melanjutkan pekerjaanya yang tertunda.
"Tiik...! tiik...! Tiik..! Tiiik....! " suara keyboard komputer terdengar begitu nyaring saat Shaina mengetik sambil menahan amarah.
"Dasar pria br*ngs*k...! Sudah sudah punya istri yang cantiknya seperti bidadari, dia malah menciumku..." ucap Shaina dalam hati sambil terus mengetik sesuatu di komputernya.
"Aaarrrkkk... Kenapa si brengsek itu tidak mengingatnya....! Bikin saya kesal saja....!'' seru Shaina meremas rambutnya, dengan dada naik turun karena nafasnya memburu.
Bimo, Alvian dan Arsil pun kaget.
"Aaarrkkk... Kesal...kesal..kesal...!'' Shaina lalu merobek- robek kertas kosong yang ada di atas meja kerjanya.
"Hust...." Alvian memanggil Bimo. Bimo pun menoleh ke arah Alvian dan Arsil.
"Kenapa lagi dia...? Apa dia sudah gila...? '' bisik Alvian sambil melirik Shaina.
"Apa dia kesurupan...?'' sahut Arsil sambil berbisik pula.
"Nggak tahu....sshhhhttt...biarkan saja... Nanti kita kena marah...." jawab Bimo sambil menempelkan telunjuk di hidungnya.
"Apa kalian bisik- bisik...! Kalian sedang ngomongin saya ya...!'' ucap Shaina pada ketiga rekan kerjanya.
"Ti...tidak..." jawab Bimo, Alvian dan Arsil.
"Memangnya saya tuli apa....!'' sahut Shaina karena tadi dia melihat bahwa ketiga temannya sedang membicarakannya.
Bimo, Alvian dan Arsil segera fokus ke komputer masing- masing pura- pura sibuk. Shaina lalu bangun dari duduknya. Dia hendak pergi ke toilet untuk mencuci mukanya yang sudah kusut.
"Hei Bimo... Dia kenapa sih ngamuk- ngamuk nggak jelas begitu...?'' tanya Alvian.
"Mana saya tahu..." jawab Bimo.
Bersambung....
memilih mu la hemmmm