NovelToon NovelToon
Selalu Mengingatmu

Selalu Mengingatmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa Fantasi / Diam-Diam Cinta / Romansa / Idola sekolah
Popularitas:204
Nilai: 5
Nama Author: Fayylie

Olivia pernah memberanikan diri melakukan hal paling gila di hidupnya: menyatakan perasaan ke cowok populer di sekolah, Arkana. Hasilnya? Bukan jawaban manis, tapi penolakan halus yang membekas. Sejak hari itu, Olivia bersumpah untuk melupakan semuanya, terlebih dia harus pindah sekolah. Namun, dia pikir semua sudah selesai. Sampai akhirnya, takdir mempertemukan mereka lagi di universitas yang sama.
Arkana Abyaksa—cowok yang dulu bikin jantungnya berantakan. Bedanya, kali ini Olivia memilih berpura-pura nggak kenal, tapi keadaan justru memaksa mereka sering berinteraksi. Semakin banyak interaksi mereka, semakin kacau pula hati Olivia. Dari sana, berbagai konflik, candaan, dan rasa lama yang tak pernah benar-benar hilang mulai kembali muncul. Pertanyaannya, masih adakah ruang untuk perasaan itu? Atau semuanya memang seharusnya berakhir di masa lalu? Dan bagaimana kalau ternyata Arkana selama ini sudah tahu lebih banyak tentang Olivia daripada yang pernah dia bayangkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fayylie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 11

Arka duduk di kursi putar apartemennya, masih dengan kemeja putih dan celana panjang yang ia pakai sejak kelas tadi sore. Tasnya masih tergeletak di sofa, sepatu belum sempat dicopot. Dia memang terbiasa begitu—pulang, rebahan sebentar, lalu baru ingat harus ganti baju.

HP di meja bergetar. Grup asrama Olivia lumayan rame, tapi matanya langsung berhenti di satu pesan.

Olivia: Permisi, kalau pesen makanan online, ambilnya di mana ya?

Arka otomatis mengernyit. Pesan itu kelihatan sepele, tapi entah kenapa bikin alisnya naik. Dari sekian banyak anak asrama yang ngomongin macem-macem, cuma pesan Olivia itu yang nyangkut.

“Ambil di gate depan?” Arka gumam pelan, mengulang jawaban penjaga asrama di chat. Dia langsung kebayang Olivia sendirian, lapar, terus males keluar ambil makanan.

Arka bersandar di kursi, ngetuk-ngetuk meja pake jarinya. Tapi bukannya berhenti mikirin, Arka malah bangkit.

Tanpa mikir panjang, dia menuju dapur kecil apartemennya. Buka kulkas, liat bahan seadanya: nasi, telur, sosis, sama sayuran beku. Arka nyengir tipis. “Cukup buat nasi goreng.”

Dia nyalain kompor, taro wajan, mulai motong-motong bahan. Sambil masak, Arka buka HP, nelpon Laura.

“Halo Ar?” suara Laura muncul, agak riang.

“Lau, maaf ya. Malem ini gue nggak bisa ketemu,” kata Arka to the point.

“Hah? Loh, kenapa? Bukannya kita mau nyari kado bareng?” Nada Laura berubah bingung.

Arka ngaduk nasi di wajan, suara cesss minyak dan bawang putih kecium samar. “Iya, gue inget. Tapi gue kepikiran kalo lebih baik gue cari sendiri. Malem ini gue gak bisa, gue ada urusan dadakan.”

“Ar, lo yakin? Jangan sampe lo malah nggak sempet cari kado.”

Arka menahan tawa kecil. “Tenang. Gue bakal sempet kok. Lo jangan khawatir. Gue pasti nyari kado. Kita tetep ketemu di acara itu.”

Ada jeda di seberang. Laura akhirnya ngeluh, tapi nada pasrah. “Yaudah deh… asal jangan sampe lupa.”

Arka senyum tipis, walau Laura nggak bisa liat. “Nggak bakal. Gue pastiin.”

“Fine. Hati-hati aja, Ar. Jangan kebanyakan alasan aneh-aneh.”

“Siap, bos.”

Telepon ditutup. Arka balik fokus ke nasi gorengnya. Aroma kecap manis dan bawang udah bikin dapurnya wangi. Setelah selesai, dia mindahin nasi goreng itu ke dalam kotak makan stainless steel yang biasanya dia bawa buat bekal.

Arka mandang sebentar, lalu ngangguk. “Oke. Jadi juga.”

Tanpa banyak mikir, dia langsung keluar apartemen, bawa kotak makan itu, dan melangkah untuk kembali ke asrama.

Olivia selesai mandi. Kaos oversize nempel di tubuhnya, celana pendek longgar, wajah tanpa makeup. Dia nyalain lampu kecil kamar, biar nggak terlalu terang. Ia rebahan lagi sambil scroll sosmed, pintu kamarnya tiba-tiba kebuka.

Krek.

Olivia sontak loncat dari kasur. “Hah?! Siapa—”

Sosok tinggi dengan kemeja putih kusut muncul di ambang pintu. Rambutnya agak acak, wajahnya keliatan capek tapi tetap dingin.

“Arka?!” Olivia hampir teriak. “Lo ngapain di sini?!”

Arka masuk tanpa permisi, nutup pintu di belakangnya. “Pertanyaan yang bener harusnya, kenapa lo nggak pulang ke rumah?”

Olivia melongo. “Hah? Lo nanya gue? Lagian gue juga tinggal di asrama ini, gak masalah dong?”

Arka taro tas kecilnya di kursi. “Jawab dulu. Kenapa lo nggak pulang?”

Olivia nyebrang tangan di dada, nada menantang. “Karena gue males. Pulang ke apartemen sendirian, di asrama juga sendirian. Sama aja. Jadi gue pilih tetep di sini.”

Arka mendengus kecil. “Alasan males doang bisa bikin lo betah sendirian di asrama kosong gini?”

Olivia langsung manyun. “Ya emang kenapa? Itu hidup gue, bukan hidup lo. Kenapa lo tiba-tiba dateng interogasi segala?”

Arka nggak jawab. Dia cuma naruh sesuatu di meja kecil sebelah kasur Olivia, sebuah kotak makan stainless steel, masih hangat.

Olivia melirik curiga. “Apaan tuh?”

“Nih.” Arka dorong kotak itu ke arah Olivia.

Olivia mendekat pelan, lalu buka tutupnya. Aroma nasi goreng langsung nyebar. Matanya otomatis berbinar. “Nasi goreng?”

Arka nyelipin tangan ke kantong celananya, nada datar. “Ya masa spageti.”

Olivia berkedip, bingung. “Buat gue?”

Arka geleng pelan, ekspresinya nyebelin. “Nggak. Buat hantu kamar sebelah.”

“ARKA!” Olivia hampir ngelempar bantal. “Jawab yang bener, bego!”

Arka akhirnya nyengir tipis, tapi tetap malas ngomong langsung. “Ya ambil aja. Lo belum makan kan?"

Olivia duduk, ngeliatin nasi goreng itu lama. “Lo masak sendiri?”

Arka nyari tempat duduk, akhirnya nyender di kursi. “Nggak. Gue beli di pinggir jalan.”

Kotak itu rapih, keliatan kayak makanannya bukan hasil beli asal-asalan. Olivia melotot. “Beli? Serius lo? Kalau beli, tempatnya bisa semewah ini ya?” Dia nunjuk kotak makan stainless yang rapih banget. “Mana ada abang nasi goreng jual pake beginian.”

Arka diam, senyum tipis tanpa jawab. Tatapannya sengaja dihindarin, kayak nggak mau kepergok.

Olivia ngangkat alis, senyum geli. “Ahaaa… jadi lo masak sendiri ya?”

Arka berdiri, jalan ke arah kamar mandi. “Gue mau mandi. Jangan ajak ribut gue.”

“Eh, jangan kabur dulu, jawab dong!” Olivia nyorakin sambil nyendok nasi goreng itu. Aroma harum bikin perutnya nggak tahan lagi.

Arka nutup pintu kamar mandi tanpa ngerespon. Air nyala beberapa detik kemudian.

Olivia bengong, terus ketawa kecil. “Dasar cowok aneh…”

Dia nyendok nasi goreng itu, masukin ke mulut. Rasanya bener-bener enak. Bumbu pas, nggak terlalu asin, ada manisnya sedikit dari kecap, ditambah potongan sosis dan sayur. Jauh lebih enak daripada nasi goreng abang-abang depan asrama.

Sambil ngunyah, Olivia nyengir sendiri. Dia bilang beli, padahal jelas-jelas ini masakannya dia. Mana cowok ini biasanya jutek, tiba-tiba dateng bawa makanan. Serius nggak ngerti isi kepalanya apa.

Olivia terus makan dengan puas. Sementara dari dalam kamar mandi, suara air ngalir terus, bikin suasana kamar jadi lebih adem.

Olivia sempet berkomentar pelan, kayak ngomong ke diri sendiri. “Ya ampun, Arka. Lo ngeselin, tapi… makasih.”

Beberapa menit kemudian, pintu kamar mandi kebuka. Arka keluar dengan rambut masih basah, kaos hitam polos, celana training. Wajahnya keliatan lebih fresh. Dia ngeliat Olivia yang udah hampir ngabisin nasi goreng.

“Cepet amat,” komentar Arka sambil ngelap rambut pake handuk.

Olivia nyodorin sendok. “Lo cobain deh. Enak banget. Kayak beneran ada chef masak buat gue.”

Arka nyengir tipis. “Yaelah, lebay.”

“Tapi serius, enak. Gue nggak nyangka lo bisa masak kayak gini.”

Arka pura-pura cuek, naruh handuk di kursi. “Dibilang gue beli.”

Olivia geleng-geleng sambil ketawa kecil. “Udah jelas ini masakan lo. Jangan pura-pura beli. Lo pikir gue bego?”

Arka cuma ngangkat bahu. “Diem deh gak usah protes. Yang penting lo kenyang kan.”

Olivia diam sebentar, terus nyengir jail. “Iya sih… tapi gue jadi penasaran. Lo tiba-tiba dateng ke asrama cuma buat bawain gue makan? Serius lo?”

Arka duduk di tepi kasur, jaraknya deket banget sama Olivia. “Kenapa? Lo nggak suka?”

Olivia refleks geser dikit, jantungnya sempet deg-degan tapi disamarkan dengan wajah judes. “Bukan nggak suka… cuma aneh aja. Lo kan biasanya nyebelin. Sekarang kok jadi… baik?”

Arka nyengir setengah, nadanya pelan tapi menohok. “Jangan GR. Gue cuma nggak mau lo mati kelaperan, terus nyusahin orang.”

“Dasar nyebelin!” Olivia ketawa sambil dorong bahunya. “Niat baik lo tuh ketutupan sama mulut lo sendiri tau nggak!”

Arka ngakak kecil, tapi nggak jawab lagi. Dia cuma duduk santai, ngeliatin Olivia yang masih makan.

Olivia akhirnya nyendok suapan terakhir, terus naruh sendok dengan puas. “Huft… kenyang. Thanks, Ka.”

Arka cuma ngangguk, tapi matanya keliatan lebih lembut.

Olivia sadar tatapan itu, jadi buru-buru ambil botol minum biar nggak canggung. “Ehm… lo beneran nggak pulang juga weekend ini?”

Arka nyender, tangan dilipat di dada. “Pulang. Tapi malem ini gue di sini dulu.”

Olivia melotot. “Hah?”

Arka santai. “Ya kenapa nggak. Gue kan juga penghuni kamar ini.”

Olivia mendengus, pura-pura protes. “Dasar cowok aneh. Seenaknya aja.” Tapi dalam hati… ada rasa aneh, semacam lega.

Karena setidaknya, weekend ini dia nggak sendirian.

1
Sara la pulga
Gemesinnya minta ampun!
Nụ cười nhạt nhòa
Keren, thor udah sukses buat cerita yang bikin deg-degan!
°·`.Elliot.'·°
Aku beneran suka dengan karakter tokoh dalam cerita ini, thor!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!