Tiba-tiba pernikahan Raka dan Arumi berakhir setelah 1001 malam berlalu.
“Aku sudah menjalani tugas sebagai suamimu selama 1000 hari bahkan lebih dua hari. Sekarang waktunya mengakhiri pernikahan palsu ini.”
Arumi yang sedang merapikan selimut tertegun, berbalik badan lalu menatap lekat kepada Raka yang tengah berjalan ke arahnya.
“Tidak adakah sedikit pun percikan cinta selama kita bersama ?” tanya Arumi dengan wajah sendu.
Raka tidak menjawab hanya menyerahkan amplop cokelat kepada Arumi yang bergetar menerimanya.
“Jangan mempersulit !” tegas Raka dengan tatapan tajam yang menyakitkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Skenario Arumi
Arumi menarik sudut bibirnya saat melihat Raka menyuruh Sapta, asisten Arumi, menghentikan kursi roda di dekat gerbang.
“Rumah siapa ini ?” tanya Raka tanpa menoleh.
“Tentu saja rumah anda, Pak Raka,” sahut Sapta dengan badan sedikit membungkuk.
Raka terdiam, memperhatikan dengan seksama setiap sudut halaman dan bangunan yang berdiri di depannya. Sesekali dahinya berkerut atau matanya menyipit lalu menautkan kedua alisnya.
“Apa mungkin Raka ingat kalau ini bukan rumahnya ? Kenapa kamu tidak membawanya pulang ke rumah kalian ?” bisik Sofia, ibu kandung Raka yang berdiri di samping Arumi.
Arumi tersenyum namun tidak lagi sinis seperti sebelumnya.
“Rumah itu memang milik Raka, Ma tapi selama perceraian kami belum sah, aku tidak mau membiarkan pelakor tinggal di sana.”
“Apa harus menyuruh Thalia berpura-pura jadi istrinya Raka ? Bagaimana kalau ingatan Raka tidak kembali dan selamanya menganggap Thalia sebagai istrinya ?”
Bukannya stres mendengar penuturan mertuanya, Arumi malah tertawa kecil.
“Mama keberatan seandainya Thalia jadi menantu mama ?”
Sofia hanya bisa menghela nafas. Meskipun ia sudah mendengar penjelasan Arumi soal usaha pengobatan Raka yang membutuhkan Thalia tapi hati kecilnya tidak setuju membiarkan ada orang ketiga di antara putra sulung dan menantunya.
Sekarang Arumi sudah berada di dekat Raka. Ia berdehem untuk memutus lamunan Raka yang masih fokus memperhatikan situasi di sekelilingnya.
Selama 3 tahun menikah, Arumi cukup paham dengan sifat dan kebiasaan Raka. Pria itu sangat hati-hati cenderung mudah curiga dan butuh waktu sedikit lama untuk menyesuaikan diri dengan suasana baru apalagi orang asing.
Tapi saat ini Arumi tidak punya pilihan. Setelah berdiskusi dengan dokter Erwin dan timnya yang memberikan diagnosa kalau amnesia Raka hanya sementara, Arumi memutuskan untuk mengikuti saran dokter melibatkan Thalia dalam proses penyembuhan Raka.
“Sebaiknya anda segera masuk karena Thalia sudah menunggu di dalam.”
“Rumah siapa ini ?” Raka mengulang pertanyaannya tapi kali ini ditujukan pada Arumi meski kepalanya tidak menoleh bahkan melirik pun tidak.
Arumi terkekeh sambil merubah posisi berdirinya hingga berhadapan dengan Raka.
“Baru sepuluh hari anda meninggalkan rumah karena harus dirawat di rumah sakit. Bagaimana anda bisa lupa dengan rumah sendiri ? Apa tidak ada ingatan sedikitpun kalau anda dan Thalia tinggal di sini ?”
Mendengar jawaban Arumi, Raka melengos kesal dan menyuruh Pras untuk mendorong kursi rodanya masuk ke dalam rumah.
Arumi tersenyum sinis sambil menggeleng-gelengkan kepala. Kecelaakaan yang dialami Raka bukan hanya membuat pria itu amnesia tapi merubah sifatnya jadi gampang tersinggung dan mudah marah.
Begitu sampai di pintu utama yang terbuka, wangi masakan menyambut kedatangan mereka tapi ekspresi wajah Raka tetap datar.
Tatapan tajamnya kembali beredar, menelisik setiap bagian rumah yang dilewati hingga akhirnya mereka sampai di ruang tengah.
“Thalia !” panggil Raka.
Thalia yang sedang menata sajian di meja makan menoleh, bibirnya langsung tersenyum lalu ia melepaskan apronnya dan menghampiri Raka.
Begitu sampai di depan Raka, Thalia terpaku beberapa saat, melirik Arumi dan Sofia bergantian, bukan hanya canggung, Thalia kelihatan bingung harus bersikap bagaimana.
“Kenapa kamu tidak ikut menjemputku ?” tanya Raka dengan nada tegas.
“Nggg… Maaf aku ingin menyiapkan kejutan untukmu lagipula sudah ada Arumi dan tan… maksudku mama yang menjemputmu.”
“Tapi kamu istriku !”
Thalia kembali salah tingkah dan kelihatan ragu-ragu, takut tindakannya menyalahi aturan yang sudah ditetapkan oleh Arumi.
“Thalia sudah repot-repot masak untuk anda jadi sebaiknya masalah ini tidak usah diperpanjang,” ujar Arumi menengahi.
Tiba-tiba Raka menoleh ke arah Arumi yang berdiri di sisi kirinya. Tatapannya tajam dan kelihatan sedang marah.
“Belajar sopan santun !” bentak Raka. “Thalia istriku dan kamu hanya perawatku jadi panggil majikanmu dengan benar.”
Bukannya takut Arumi malah tersenyum lalu menatap Thalia sebagai isyarat supaya wanita itu yang menjawabnya.
“Aku yang minta Arumi memanggil nama saja, tolong jangan dipermasalahkan. Bagaimana kalau kita makan siang sekarang ? Aku tidak mau rawonnya dingin.”
Sebelum Raka menjawab, Thalia mengambil alih posisi Sapta dan mendorong kursi roda ke arah meja makan.
Suasana terasa canggung apalagi saat Thalia harus duduk berhadapan dengan Arumi sementara Raka di bagian ujung meja.
Sofia duduk di sebelah Thalia sedangkan Sapta di samping Arumi.
“Aku masak rawon kesukaanmu dan telur asin,” ujar Thalia sambil menyendokkan nasi ke piring Raka.
“Kenapa sayurnya dicampur ke nasi !” tegur Raka dengan sedikit keras membuat Thalia kaget dan sendok sayur di tangannya terlepas.
“Bukankah waktu dulu kamu suka makan rawon dicampur nasi ?” tanya Thalia dengan mata masih membola.
“Kamu yakin itu aku ? Aku tidak pernah makan sayuran berkuah dicampur nasi.” Raka balik bertanya dengan mata menyipit.
Thalia berpaling pada Arumi yang membuang muka, pura-pura tidak tahu membuat Thalia mengepalkan sebelah tangannya dan memaki Arumi dalam hati.
Dulu sewaktu mereka masih pacaran, Raka selalu memesan makanan berkuah dicampur nasi dengan alasan lebih enak dan murah. Hanya dalam waktu singkat kebiasaan itu berubah.
“Punya anda buat saya saja.”
Tanpa menunggu Raka mengiyakan, Arumi sudah menukar piring kosongnya ke hadapan Raka bahkan ia juga mengambilkan nasi dan menuang rawon ke dalam mangkok kecil plus telur asin yang sudah dibuang kulitnya ke piring Raka.
Thalia pun melotot dan tidak dapat menahan geram lewat ekspresi wajahnya.
“Duduk dan makanlah,” pinta Sofia pada Thalia yang terpaksa senyum karena Raka tengah melotot kepadanya.
Baru satu suap, Raka langsung mengerutkan dahi dan menatap Thalia.
“Siapa yang masak ?” tanya Raka.
“Aku sendiri yang masak. Kenapa ?”
“Kenapa rasanya beda ? Tidak seenak biasanya,” jawab Raka jujur.
Thalia terdiam dan hanya berani melirik Arumi yang sedang tersenyum mengejek kepadanya. Thalia kembali mengepalkan kedua tangannya yang ada di bawah meja namun bibirnya masih tetap tersenyum.
“Kurang apa atau malah keasinan ?” Thalia bertanya dengan nada lembut dan senyuman manis.
“Hambar dan rasanya tidak jelas, bukan rawon tapi juga bukan semur.”
Arumi menutupi mulutnya yang tersenyum puas sementara wajah Thalia memerah karena malu sekaligus kesal karena sudah masuk perangkap Arumi.
“Aku dapat resepnya dari Arumi,” gerutu Thalia tidak dapat menahan emosinya lagi.
“Arumi ?” Raka mengernyit membuat Thalia merasa tidak nyaman ditatap tajam seperti ini.
“Kamu istriku dan bukan pertama kali kamu masak rawon jadi kenapa harus tanya pada orang asing yang baru kamu kenal ?”
“Tapi Arumi bilang….”
“Cukup !” tegas Raka sambil membanting sendok garpunya di atas piring.
“Sapta tolong antar saya ke kamar.”
“Biar aku saja yang mengantar pak Raka ke kamar, Sapta belum selesai makan,” cegah Arumi yang buru-buru bangun.
Thalia ikut beranjak tapi Arumi memberi isyarat supaya wanita itu tidak usah ikut. Thalia balas melotot, emosinya sudah mulai memuncak tapi saat ini tidak mungkin ia melawan Arumi yang memegang rahasia besarnya.
raka msih shat tp udh d blng mninggal....mndingn blik lg deh kl msih sling cnta,jgn gngsi yg d gdein...
stlh psah,bru mrsa khilangn....cma bs "s'andainya"....tp ingt,dlu kn raka bnci bgt sm arumi....mlah lbh mlih s ulat bulu drpd istrinya....kl skrng mnysal,nkmti aja....😝😝😝
ga sbr nunggu mreka dpt hkumn stimpal....
Arumi msih pduli trnyta....enth krna msh punya prsaan atw krna hti nurani....
bkannya tnggung jwb,mlah kbur...
enk bgt dia bs bbas skian thn,sdngkn kluarga krban mndrta krna khilngn orng2 yg d cntainya......mga dia jg mrasakn skit yg sma....