NovelToon NovelToon
Dia Yang Kau Pilih

Dia Yang Kau Pilih

Status: tamat
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor / Cerai / Penyesalan Suami / Selingkuh / Berondong / Tamat
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Rika Nurbaya adalah seorang guru honorer yang mendapat perlakuan tak mengenakan dari rekan sesama guru di sekolahnya. Ditengah huru-hara yang memuncak dengan rekan sesama guru yang tak suka dengan kehadirannya, Rika juga harus menghadapi kenyataan bahwa suaminya, Ramdhan memilih wanita lain yang jauh lebih muda darinya. Hati Rika hancur, pernikahannya yang sudah berjalan selama 4 tahun hancur begitu saja ditambah sikap ibu mertuanya yang selalu menghinanya. Rika pun pergi akan tetapi ia akan membuktikan bahwa Ramdhan telah salah meninggalkannya dan memilih wanita lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pria Sempurna Dan Soal Hati

“Aku ingin menjadi pelindungmu, Rika. Pelindung dari semua Bu Cahya, semua Bu Rosba. Aku ingin menjadi tempat di mana kamu bisa menjadi dirimu sendiri tanpa takut dihakimi.”

Rika merasakan hatinya tersentuh oleh ketulusan Arya. Pria ini tidak mencari wanita yang sempurna; ia mencari Rika yang seutuhnya.

“Berikan aku waktu, Pak Arya,” pinta Rika, suaranya melembut. “Berikan saya waktu untuk memproses semua ini. Saya tidak mau membuat keputusan gegabah yang bisa menyakiti kita berdua. Saya butuh memastikan bahwa saya tidak lagi membawa beban masa lalu ke dalam hubungan baru.”

Arya meraih tangan Rika, menggenggamnya singkat. “Tentu, Rika. Aku akan menunggu. Ambil semua waktu yang kamu butuhkan. Tapi ingat, perasaanku tulus dan tidak akan berubah. Aku akan selalu ada untukmu.”

Rika menatap Arya. Senja di luar jendela telah berganti menjadi malam. Di kafe yang tenang itu, Rika tahu babak baru dalam hidupnya tidak hanya tentang karier, tetapi juga tentang cinta yang tulus. Ia tidak lagi takut. Ia hanya butuh waktu.

“Terima kasih, Pak Arya,” bisik Rika, sebuah janji tersirat bahwa ia akan mempertimbangkan perasaan itu dengan serius.

****

Rika pulang ke rumah orang tuanya dengan kepala yang terasa penuh, bukan karena lelah mengajar, melainkan karena getaran dari pengakuan yang tak terduga. Ia memarkir motornya di halaman, masuk ke rumah, dan menyapa Ayah serta Ibunya dengan senyum yang sedikit dipaksakan. Ia hanya mengatakan bahwa pertemuan dengan Arya berjalan lancar, tanpa menyebutkan kata-kata ‘cinta’ atau ‘perasaan’.

Begitu Rika masuk ke kamarnya—kamar masa kecilnya yang sederhana dan penuh kenangan—ia mengunci pintu. Ia menjatuhkan tasnya di kursi, dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Ia menatap langit-langit, tempat ia biasa mencari inspirasi dan kekuatan di masa-masa sulitnya. Malam itu, ia mencari jawaban.

Jantungnya masih berdebar pelan, mengulang adegan di kafe. “Aku menyukaimu, Rika. Aku sudah lama menyukaimu.”

Kata-kata Arya Dewandaru terasa begitu kuat, begitu tulus, dan begitu berbeda dari Ramdhan. Ramdhan adalah pria yang ia cintai dengan kesabaran, namun selalu menyembunyikan kelemahan dan ketidakberdayaannya. Arya adalah pria yang terang-terangan mengakui perasaannya, mengakui semua kekurangan Rika, dan justru melihatnya sebagai kekuatan.

Rika bangkit, berjalan ke jendela. Ia membuka tirai, membiarkan cahaya bulan menyinari kamarnya. Ia menyentuh dadanya. Ada rasa hangat di sana, rasa yang sudah lama ia kunci rapat sejak perceraiannya.

“Aku ingin menjadi pelindungmu, Rika. Pelindung dari semua Bu Cahya, semua Bu Rosba.”

Kata-kata itu benar-benar menghancurkan pertahanan Rika. Ia tidak pernah tahu bahwa ia membutuhkan pelindung. Selama ini, ia selalu berpikir ia harus berjuang sendiri. Ia selalu percaya bahwa menerima perlindungan adalah tanda kelemahan.

Rika bersandar di dinding. Ia teringat semua episode pahit dalam hidupnya. Hinaan Cahya, fitnah Rosba, ketidakpedulian Ramdhan. Semua itu adalah racun yang telah ia buang, namun bekas lukanya masih terasa.

“Mengapa begitu cepat, Ya Tuhan?” bisik Rika, menatap pantulan dirinya di kaca jendela.

Ia baru saja mendapatkan kembali kedamaian. Kariernya di Bina Cendekia sedang menanjak. Ia baru saja membuktikan kepada dunia bahwa ia bisa berdiri sendiri. Dan sekarang, Arya datang, menawarkan sebuah kenyamanan, sebuah jalan pintas menuju kebahagiaan yang jauh lebih mudah.

'Jika aku menerima Arya, apakah itu berarti aku kembali bergantung pada kekayaan orang lain? Apakah itu berarti aku kembali menjadi ‘Rika yang mencari suami kaya’ seperti yang difitnahkan Bu Rosba?'

Rika menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau lagi dicap. Ia tidak mau lagi ada ruang bagi Cahya atau Rosba untuk menuduhnya. Kebahagiaan yang ia bangun haruslah murni, dimulai dari hatinya sendiri.

Ia mengambil buku hariannya. Ia mulai menulis, mencoba menjernihkan pikirannya.

Arya... Dia tulus. Aku tahu itu. Mata dan kata-katanya tidak berbohong. Dia melihat Rika Nurbaya, bukan hanya guru honorer atau mantan istri. Dia melihat jiwaku.

Tapi aku tidak bisa

Aku baru saja keluar dari kuali api, dari pernikahan yang membuatku merasa seperti benda yang bisa dibuang. Aku harus mencintai diriku sendiri secara utuh dulu, sebelum aku berani mencintai orang lain.

Jika aku bilang ‘ya’ sekarang, aku takut aku hanya mencari ‘tambalan’. Aku takut aku mencari pelarian dari ketakutan akan kesendirian. Dan itu tidak adil bagi Arya, yang menawarkan cinta sejati.

Aku berjanji pada diriku sendiri untuk sembuh total. Sembuh dari trauma, sembuh dari rasa takut. Aku harus bisa berdiri di samping Arya bukan sebagai ‘yang dilindungi’, tapi sebagai ‘pasangan yang setara dan utuh’.

Waktu. Aku butuh waktu. Aku harus menahan semua desakan hatiku yang merindukan kehangatan.

Rika menutup buku hariannya. Ia merasakan sebuah kekuatan baru, sebuah kedewasaan yang ia peroleh dari semua rasa sakit itu. Cinta Arya adalah hadiah yang luar biasa, namun ia harus memastikan bahwa ia adalah wadah yang siap dan pantas untuk menerima hadiah itu.

Ia berjalan ke tengah kamar, mengambil napas dalam-dalam.

“Aku sudah memaafkan Ramdhan, Cahya, dan Rosba. Tapi aku belum sepenuhnya memaafkan diriku sendiri karena membiarkan diriku terluka begitu dalam,” bisik Rika.

Ia memejamkan mata. Ia memutuskan. Ia akan menghubungi Arya, berterima kasih atas kejujurannya, dan menegaskan kembali bahwa ia membutuhkan waktu. Waktu yang ia butuhkan bukan untuk menunggu, melainkan untuk membangun.

Rika kembali duduk di kasur, tubuhnya kini terasa lebih ringan. Ia tidak menolak Arya. Ia hanya menunda kebahagiaan itu, demi memastikan kebahagiaan itu akan bertahan selamanya, tanpa bayangan masa lalu yang menghantui.

Rika mengambil ponselnya, mengetik pesan untuk Arya. Ia harus menyampaikan ini secepat mungkin, dengan kejujuran yang sama dengan yang ditunjukkan Arya kepadanya.

Rika: Pak Arya, terima kasih atas kejujuran dan keberanian Bapak. Saya merasa terhormat. Namun, saya ingin Bapak tahu, saya memutuskan untuk memberi waktu pada diri saya sendiri. Saya ingin memastikan hati saya benar-benar pulih dari masa lalu sebelum saya berani menerima kebaikan Bapak. Saya harap Bapak mengerti.

Pesan itu terkirim. Rika meletakkan ponselnya, menatap cahaya bulan yang dingin. Ia telah memilih jalannya: jalan kesembuhan diri, jalan integritas. Jalan yang, ia yakini, akan membawanya kepada kebahagiaan sejati bersama Arya, pada waktu yang tepat. Malam itu, Rika Nurbaya tidur dengan hati yang damai, siap untuk membangun fondasi cinta yang tak akan mudah digoyahkan oleh badai masa lalu.

****

Sudah dua bulan sejak Bu Rosba terserang stroke. Keadaannya tidak membaik, bahkan cenderung memburuk. Ia masih terperangkap dalam tubuhnya sendiri; sisi kanan lumpuh total, dan kemampuan bicaranya—aphasia—tak kunjung pulih. Ia hanya bisa berkomunikasi melalui tatapan mata, erangan putus asa, dan gerakan kepala yang terbatas.

Dinding kamar rumah sakit itu menjadi saksi bisu penderitaan fisik dan siksaan batin Bu Rosba. Ia harus bergantung penuh pada Pak Zakaria dan perawat. Rasa malu, frustrasi, dan ketidakberdayaan itu berubah menjadi amarah yang eksplosif, terperangkap di otaknya yang rusak.

Sore itu, Pak Zakaria duduk di samping Rosba, membaca surat kabar. Rosba menatapnya, matanya tajam dan penuh tuntutan.

“Ada apa, Bu? Butuh minum?” tanya Pak Zakaria, dengan nada sabar yang tak pernah putus.

Rosba menggelengkan kepalanya pelan, matanya mengarah ke laci. Pak Zakaria tahu, istrinya meminta buku harian lamanya. Ia mengambil dan menyodorkannya ke tangan kiri Rosba, tangan yang masih memiliki sedikit tenaga.

Rosba mencoba memegang pulpen, namun tangannya bergetar hebat. Ia tidak bisa menulis. Air mata kembali mengalir di pipinya, air mata keputusasaan yang tidak bisa dihentikan.

“Jangan dipaksakan, Bu. Ibu harus fokus pada terapi,” ujar Pak Zakaria, mengambil kembali buku itu dengan lembut.

Rosba menatap Zakaria. Matanya menyiratkan teriakan: Aku tidak mau terapi! Aku mau bicara! Aku mau membalas!

1
La Rue
Wah, singkat sekali ceritanya padahal ceritanya bagus lho. Terimakasih buat penulis,tetap semangat untuk terus berkarya
Serena Muna: Iya kak, bisa aja aku panjangin tapi malah nanti kayak sinetron jadinya
total 1 replies
Aether
TIDAK ADA AMPUN, KAU HARUS MATI DENGAN HINA CAHYA !!!!!!!
kalea rizuky
km terlalu baik rik
kalea rizuky
tinggal mantan mertua thor nunggu karma dia
kalea rizuky
alhamdulillah stroke deh/Curse//Curse/
kalea rizuky
wong gendeng uda cerai masih aja cari perkara
kalea rizuky
hahahah makan tuh mantu kaya
La Rue
akibat rasa iri dengki jadinya berbalik memyerang tubuhnya sendiri. Bu Rosba kapan tobatnya ?
Purnama Pasedu
nggak lelah Bu cahaya
Aretha Shanum
ada orang gila lewat thor
La Rue
Ceritanya bagus tentang perjuangan seorang perempuan yang bermartabat dalam meperjuangkan mimpi dan dedikasi sebagai seorang perempuan dan guru. Semangat buat penulis 👍❤️
neur
kereeen KK ☕🌹👍😎❤
Purnama Pasedu
Shok ya
Purnama Pasedu
Bu rosba panik
Purnama Pasedu
bo rosba nggak kapok ya
Purnama Pasedu
Bu rosba,,,itu Bu riika bukan selingkuh,kan dah cerai
Purnama Pasedu
benar itu Bu Guru
Purnama Pasedu
wanita yg kuat
Purnama Pasedu
lah Bu rosba sendiri,bagaimana
Purnama Pasedu
bener ya bu
Jemiiima__: Halo sahabat pembaca ✨
‎Aku baru merilis cerita terbaru berjudul BUKAN BERONDONG BIASA
‎Semua ini tentang Lucyana yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucy berani jatuh cinta lagi? Kali ini pada seorang Sadewa yang jauh lebih muda darinya.
‎Mampir, ya… siapa tahu kamu ikut jatuh hati pada perjalanan mereka.
‎Dukung dengan like ❤️ & komentar 🤗, karena setiap dukunganmu berarti sekali buatku. Terimakasih💕
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!