Aku yang selama ini gila kerjaan, saat ini juga akan angkat kaki dari dunia kerja untuk menikmati kekayaanku. Aku sudah menyia-nyiakan masa mudaku dan kini usiaku bahkan sudah 45 tahun namun masih belum menikah juga karena terlalu sibuk mencari harta.
"Aku sungguh menyesal hidup hanya mendekam di ruang operasi!" Seketika mataku berkunang-kunang lalu..
'Klap'.
"Argh... uangku! Hidup mewahku! Dimana kalian semua."
Untuk kelanjutannya, yuk ikuti perjalanan ku di dunia lain untuk mendapatkan kembali harta, tahta dan lelaki tampan.
Lelaki tampan manakah yang akan ku pilih dan lelaki tampan mana yang kalian pilih?
Info ~
Karya yang saya buat ini hanya untuk hiburan semata dan berdasar pada karangan imajinasi penulis MuTaz. Saya membagikan hasil karya ini agar pembaca bisa menikmatinya.
Selamat membaca.. dan salam kenal..
Terimakasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MuTaz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan Binatang Buas
Mataku berpapasan dan saling pandang dengan lelaki bertubuh kekar dan tegap di seberang tempat dudukku.
"Aih.. kenapa lelaki itu terlihat sangat tampan, walaupun wajahnya tidak terlihat karena tertutupi tudung kepalanya tapi aku merasa dia sungguh tampan. Mataku ini tidak pernah salah saat melihat orang tampan." gumamku dalam hati.
"Apa aku coba dekati dia saja ya?"
Belum sempat aku berdiri dari tempat dudukku. Lelaki itu tiba-tiba beranjak pergi dari tempat duduknya.
"Ada apa nak? Kenapa kamu berdiri?" Ucap Paman Tomang.
"Hah? em.. itu paman, aku penasaran sama papan misinya ada di mana." Jawabku asal.
"Itu di dekat tempat resepsionis." Ucap Paman Tomang sambil menunjuk ke arah papan misi berada.
"Baiklah nanti aku akan ke sana."
...----------------...
Selesai bertransaksi dengan Paman Tomang, aku segera menuju tempat papan misi berada untuk melihat apakah ada misi yang bisa aku ambil.
Aku berencana untuk mengambil misi sembari menunggu barang-barangku terjual di pelelangan.
Di papan misi banyak potongan kertas-kertas tertempel dengan bertuliskan macam-macam misi permintaan. Ada yang meminta dicarikan tanaman herbal dengan berbagai jenis di hutan, ditangkapkan ayam hutan, atau meminta misi berbahaya seperti permintaan mata harimau atau mencarikan racun ular buas di hutan.
"Hm.. oh ada misi untuk mencarikan buah apel hutan. Kebetulan sekali aku membawanya." Ucapku senang ketika melihat selembar kertas berisi misi untuk mendapatkan apel hutan minimal 20 buah.
Aku segera merobek kertas misi itu dan menuju resepsionis pelelangan untuk mengambil bayaran.
"Apa anda baru pernah mengambil misi? sepertinya saya baru pernah melihat anda." Ucap resepsionis dengan ramah.
"Ya, aku baru pernah ke sini. Aku mau menukar misi ini dengan bayarannya." Aku meletakkan kertas misi di meja resepsionis dan mengambil buah apel dari keranjang ku.
"Untuk 1 buah apel dihargai 1 perak 10 tembaga. Jadi karena buah apel yang berhasil kamu petik ada 30 buah jadi kamu mendapat 40 perak." Ucap resepsionis sambil memberikan sekantung uang.
"Baik terimakasih Kak." Ucapku lalu segera bergegas pergi untuk berjalan-jalan di sekitar desa.
"Hm... aku ingin beli sesuatu tapi tadi aku lupa menanyakan nominal mata uang di sini. Besok saja deh belanjanya." Gumamku sambil berjalan di pinggiran jalan dengan banyak pertokoan.
...----------------...
Hari sudah semakin sore, setelah puas berkeliling desa, aku berencana pulang ke gubuk. Tetapi aku merasa seperti ada yang janggal dengan situasi saat ini. Dari kejauhan aku melihat tiba-tiba banyak orang berteriak dan berlarian menjauh dari arah pintu benteng.
Mereka seperti lari ketakutan akan sesuatu yang sedang terjadi. Aku melihat sesuatu tampak seperti bayangan-bayangan hitam yang bergerak-gerak dan ada juga yang melompat-lompat di atas ketinggian dinding benteng.
"A-apa itu, kenapa perasaanku sangat tidak enak." Aku sangat penasaran dengan bayangan di atas tembok benteng.
Aku percepat langkahku menuju pintu benteng, namun karena banyaknya orang yang berlari berlawanan arah denganku sangat sulit untuk berjalan ke sana dengan cepat.
"Ayo lari.. cepat selamatkan diri!"
"Jangan halangi jalanku! Cepat menyingkir."
"Hue... hiks-hiks, ibu.. aku takut."
'Brukk.'
"Kya.. jangan injak barang-barangku."
Semua orang sibuk menyelamatkan diri masing-masing. Wajah semua orang nampak begitu khawatir dan ketakutan.
Aku terus bergerak melawan arah menuju benteng. Bahuku bertabrakkan dengan bahu orang lain, terus menerus sampai bahuku terasa semakin sakit. Bukan hanya orang tua, wanita dan anak-anak kecil, beberapa orang dewasa dengan tubuh kekar seperti Paman Guan pun juga ada yang ikut lari menjauhi benteng.
"Ada apa sebenarnya di sana? Apa yang sedang terjadi?" Ucapku sambil terus berjalan.
"Nak, jangan ke sana! Ada binatang buas yang sedang mengamuk berusaha menerobos masuk. Banyak penjaga yang terluka bahkan ada juga yang sudah mati." Ucap seorang pria tua sambil berusaha mengemasi buku seni beladiri yang merupakan barang dagangannya.
'Brakk! Bugh!'
"Argh.."
"Awas.. di sini ada daganganku, jangan kalian tabrak dan injak-injak. Uhuk-uhuk." Pria tua itu nampak kesulitan sambil berjongkok dia berusaha mengumpulkan barang dagangannya, sebagian sudah rusak terinjak-injak oleh banyaknya orang yang berlarian.
Tidak tega melihat pria tua yang sedang kesulitan itu, aku akhirnya mendekat dan segera membantunya mengemas barang dagangannya yang berhamburan.
"Cepat Pak, anda harus segera pergi menjauh." Ucapku dengan nada yang tinggi karena situasinya sangat gaduh orang berlarian dan saling berteriak memanggil keluarganya masing-masing untuk menyelamatkan diri.
"Terimakasih nak, tapi aku harus mencari cucu-cucuku dulu sebelum pergi." Ucap Pria tua yang nampak berusia 70 tahunan, terlihat jelas di matanya seperti sedang khawatir sekali mencari keberadaan cucunya.
Tubuhnya yang terlihat hanya seperti tulang dibalut kulit hitam keriput dan sedikit membungkuk, baju yang kusam dengan banyak robekan, dan kakinya tampak sedikit terluka karena tidak memakai alas kaki. Air mata menetes dari sela matanya yang sayup. Dia seka dengan tangan gemetar menahan takut.
Di jari tangan sebelah kanan terlihat kotor dan ada luka. Sepertinya tadi ada seseorang yang menginjak tangannya saat sedang mengumpulkan buku dagangannya yang berserakan.
"Pak, anda selamat diri anda dulu ke sana. Ikuti orang-orang untuk berlindung, barangkali cucu anda juga sudah berada di sana. Biar aku yang coba mencari cucu anda di sekitar sini." Ucapku meyakinkan Pria tua itu.
Akhirnya dia mengangguk dan pergi mengikuti orang-orang desa untuk segera mengungsi sambil menggendong kain lusuh berisi buku dagangannya.
"Huft, syukurlah dia mau pergi ke sana untuk menyelamatkan diri."
Aku pun segera berlari mencari cucu pria tua itu dan barangkali masih ada seseorang yang masih tertinggal.
'Groarrr!'
'Kiekkk-kiekkk!'
"Cepat menyingkir, argh.. Uhuk." Teriak seorang lelaki dewasa yang berlari menghindari serangan binatang buas berwujud laba-laba raksasa yang berhasil masuk ke dalam benteng namun dia gagal untuk menghindar. Lelaki itu mati mengenaskan terbelah menjadi dua.
"Serang harimau itu! Jangan biarkan dia lolos."
'Grr... Groarr..!'
'Trang-trang..'
'Slrutt sleb-sleb'
Beberapa orang juga sedang berusaha melawan harimau melindungi kawannya yang sepertinya sudah terluka karena serangan harimau raksasa seperti yang pernah susah payah aku bunuh.
Saat aku sedang berkeliling melewati bangunan yang runtuh akibat serangan binatang buas. Tidak jauh dari tempatku berdiri aku melihat seorang gadis kecil sedang menangis.
"Liam... huhuhu... hiks-hiks.." Gadis kecil itu menangis memanggil kakaknya yang terhimpit reruntuhan bangunan yang terhempas karena serangan binatang buas.
"Ukh..agh..diam Sisi, jika kamu terus menangis binatang buas itu akan datang ke sini." Ucap Liam sambil menahan sakit berusaha menghentikan tangisan adiknya.
'Groarrr...!'
'Ssttss...'
'Krakktakk-kraktak'
'Dug-dug-dug'
Suara auman dan desis ular membuat seluruh badan siapapun gemetar karena takut. Suara derap langkah kaki binatang buas yang berukuran besar juga membuat bumi ikut bergetar.
Aku segera berlari menghampiri kakak beradik itu karena tidak jauh dari tempatnya ada beruang raksasa yang sedang mencari mangsanya.
"Jangan menangis lagi nak, ayo kita cepat tolong kakakmu bersama-sama." Ucapku sambil menyingkirkan puing-puing reruntuhan yang menimbun anak bernama Liam.
"Kakak, cepat kamu bawa adikku lari. Kaki kiriku terhimpit reruntuhan bangunan ini." Ucap Liam dengan suara lirih karena menahan sakit.
Darah mengalir dari pelipis dan luka di kakinya yang tertindih. Liam tampaknya sudah hampir kehabisan tenaganya.
Setelah menyingkirkan puing-puing yang menutupi badannya. Aku mencoba mengangkat bongkahan dinding dan kayu yang menindih kaki Liam.
"Euh... berat sekali." Eramku berusaha sekuat tenaga. karena bangunan ini bertingkat jadi sulit sekali mengangkat bongkahan yang tumpang tindih ini. Semoga saja kakinya masih bisa di selamatkan.
'Dug-dug-dug'
'Groarrr'
Suara langkah kaki binatang buas semakin mendekat ke arahku.
Jantungku berdetak begitu kencang, jika aku melepaskan dinding yang sudah sedikit terangkat ini. Maka kaki Liam akan tertindih lebih parah dari sebelumnya.
"Siapapun tolong kami..!" Teriakku sekeras mungkin. Percuma saja jika aku tidak bersuara pun pasti binatang buas itu akan segera menemukan kami.
'Groar...'
'Kratakk-kratakk Bruakk'
Bangunan yang berada tidak jauh dariku satu-persatu mulai runtuh. Bintang buas itu semakin mendekat.
malas nak cakap cerita bagus tapi tolong jangan banyak adegan 18sx
tolong yang athor
jadi nak baca tidak syok kalau banyak sangat 18sxnya
/Pray//Pray//Pray//Pray//Pray/