Najwa, siswi baru SMA 1 Tangerang, menghadapi hari pertamanya dengan penuh tekanan. Dari masalah keluarga yang keras hingga bullying di sekolah, dia harus bertahan di tengah hinaan teman-temannya. Meski hidupnya serba kekurangan, Najwa menemukan pelarian dan rasa percaya diri lewat pelajaran favoritnya, matematika. Dengan tekad kuat untuk meraih nilai bagus demi masa depan, dia menapaki hari-hari sulit dengan semangat pantang menyerah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanafi Diningrat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dendam yang membakar
Bos Heri menatap layar laptop di hadapannya dengan mata berkilat penuh amarah. Video rekaman penggerebekan training center masih berputar untuk kesekian kalinya, menampilkan momen ketika seluruh operasi trafficking Indonesia hancur dalam satu malam.
"SIALAN!" Dia membanting gelas whiskey hingga pecah berkeping-keping.
Sudah tiga hari sejak dia berhasil kabur dari penggerebekan itu. Tiga hari berlari seperti tikus got, berpindah dari satu tempat persembunyian ke tempat lain, selalu was-was ada polisi yang mengikutinya. Rasa takut yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya kini menggerogoti hatinya setiap detik.
Tempat persembunyian terakhirnya adalah gudang kosong di pinggiran Depok, berbau lembab dan pengap. Jauh sekali dari kemewahan villa mewahnya yang kini pasti sudah disita polisi. Kasur tipis di lantai beton dingin, makanan kaleng yang sudah basi, dan air mineral botol yang hampir habis. Inilah realitas kehidupannya sekarang.
"Boss, kita harus pindah lagi. Intel melaporkan ada pergerakan mencurigakan di sekitar sini." Anak buahnya yang tersisa, Riski, masuk ke ruangan dengan wajah tegang dan mata berkantung hitam. Dia juga sudah kelelahan karena terus berpindah tempat.
"CUKUP!" Bos Heri berteriak sambil menggebrak meja kayu lapuk yang digunakan sebagai mejanya. "Aku muak terus berlari seperti penjahat kelas teri! Aku yang dulunya punya ratusan orang di bawah komando, sekarang malah ngumpet kayak ayam!"
Tapi di balik amarahnya yang meluap-luap, ketakutan nyata menggigit ulu hatinya seperti cacing yang terus menggerogoti. Dia yang dulunya mengendalikan ratusan orang di lima negara, memiliki aset miliaran rupiah, dan ditakuti oleh semua rivalnya, kini hanya tersisa dengan lima anak buah yang masih setia. Kekaisaran trafficking yang dia bangun dengan susah payah selama belasan tahun hancur karena satu gadis remaja berusia tujuh belas tahun.
"Najwa..." Nama itu keluar dari bibirnya seperti racun yang ingin dia muntahkan. "Gadis sialan itu... Gadis terkutuk yang sudah menghancurkan hidup gue!"
Setiap kali mengingat wajah Najwa, dadanya terasa panas seperti terbakar. Dia ingat betul bagaimana mata gadis itu menatapnya dengan berani di training center, tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun meski berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Mata yang sama yang kini membuatnya tidak bisa tidur nyenyak.
Dia membuka laptop lain yang koneksi internetnya menggunakan VPN berlapis untuk menghindari pelacakan. Mengakses komunikasi enkripsi dengan cabang-cabang organisasi di luar Indonesia. Status semua cabang menunjukkan warna merah - level darurat tertinggi yang tidak pernah terjadi dalam sejarah organisasi.
**[CABANG THAILAND: STATUS DARURAT - PENYELIDIKAN INTENSIF INTERPOL]**
**[CABANG MALAYSIA: STATUS DARURAT - OPERASI DIHENTIKAN SEMENTARA]**
**[CABANG VIETNAM: STATUS DARURAT - LIMA ANGGOTA DITANGKAP, DUA SAFE HOUSE DIGEREBEK]**
**[CABANG FILIPINA: STATUS SIAGA TINGGI - KOMUNIKASI DIBATASI]**
**[CABANG KAMBOJA: STATUS SIAGA - SIAP OPERASI DARURAT]**
"Hanya Kamboja yang masih relatif aman..." Bos Heri bergumam sambil mengetik pesan darurat dengan jari-jari yang bergetar karena campuran amarah dan ketakutan.
**TO: BIG BOSS CAMBODIA**
**FROM: HERI INDONESIA BRANCH**
**URGENT: NEED IMMEDIATE ASSISTANCE**
**OPERATION INDONESIA 100% COMPROMISED**
**ENTIRE NETWORK DESTROYED BY ONE UNDERCOVER AGENT**
**REQUEST REVENGE OPERATION APPROVAL**
**NEED SUPPORT TO RESTORE REPUTATION**
Tidak sampai lima menit, balasan masuk dengan nada yang sangat tidak menyenangkan. Bos Heri bisa merasakan kemarahan dari setiap kata yang tertulis.
**HERI,**
**YOUR PATHETIC FAILURE HAS COST US MILLIONS OF DOLLARS**
**ENTIRE SOUTHEAST ASIA NETWORK UNDER INVESTIGATION BECAUSE OF YOU**
**EXPLAIN HOW ONE TEENAGE GIRL DESTROYED EVERYTHING WE BUILT**
**YOU WERE SUPPOSED TO BE OUR BEST BRANCH MANAGER**
Jari-jari Bos Heri bergetar saat mengetik balasan. Rasa malu dan marah bercampur menjadi satu, ditambah dengan rasa putus asa yang mulai menggerogoti. Dia tahu jika organisasi induk memutuskan hubungan dengannya, dia akan menjadi buron sendirian tanpa perlindungan.
**SHE WAS NOT ORDINARY GIRL**
**PROFESSIONAL UNDERCOVER AGENT**
**WORKED WITH KOMNAS HAM AND INTERNATIONAL NETWORK**
**VERY SOPHISTICATED OPERATION WITH GOVERNMENT BACKING**
**SHE FOOLED EVERYONE, EVEN OUR BEST INTERROGATORS**
Dia menunggu balasan sambil berjalan mondar-mandir di ruangan sempit itu. Keringat mengalir deras dari dahinya meski cuaca cukup dingin. Riski dan anak buah lainnya tidak berani mendekat karena aura kemarahan yang memancar dari boss mereka.
**BUT YOU SAID SHE WAS JUST DESPERATE TEENAGER LOOKING FOR MONEY**
**YOUR INTELLIGENCE GATHERING IS WORSE THAN AMATEUR**
**YOUR INCOMPETENCE IS LEGENDARY THROUGHOUT ORGANIZATION**
**WE ARE SERIOUSLY CONSIDERING CUTTING ALL TIES WITH YOU**
Ancaman itu membuat Bos Heri panik total. Tanpa dukungan organisasi induk, dia akan menjadi buron kelas kecil yang mudah ditangkap polisi. Semua koneksi internasionalnya, semua jalur pelarian darurat, semua sumber dana, semuanya akan terputus. Dia butuh membuktikan bahwa dia masih berguna, masih layak menjadi bagian dari organisasi besar itu.
**PLEASE GIVE ME ONE LAST CHANCE**
**I HAVE DETAILED PLAN FOR REVENGE**
**WILL CAPTURE THE GIRL AND HER BEST FRIEND**
**MAKE THEM EXAMPLE FOR EVERYONE WHO DARES TO BETRAY US**
**SHOW ENTIRE WORLD THAT NOBODY CAN DESTROY OUR ORGANIZATION**
**WILL LIVESTREAM THEIR PUNISHMENT AS WARNING**
Dia menunggu balasan dengan napas tertahan, setiap detik terasa seperti jam. Jantungnya berdetak sangat kencang sampai terdengar di telinganya sendiri. Akhirnya, setelah yang terasa seperti keabadian, pesan baru muncul di layar.
**INTERESTING PROPOSAL...**
**TELL US YOUR DETAILED PLAN**
**IF IMPRESSIVE AND EXECUTABLE, WE GIVE YOU FULL SUPPORT**
**IF YOU FAIL AGAIN, YOU ARE ON YOUR OWN FOREVER**
**NO THIRD CHANCES**
Bos Heri menarik napas dalam sambil menyeka keringat di dahinya. Ini kesempatan terakhirnya untuk mempertahankan posisi dalam organisasi, sekaligus kesempatan emas untuk membalas dendam kepada gadis yang sudah menghancurkan seluruh hidupnya.
**DETAILED PLAN:**
**PHASE 1: KIDNAP NAJWA AND HER BEST FRIEND SINTA**
**PHASE 2: USE FRIEND AS PSYCHOLOGICAL LEVERAGE**
**PHASE 3: TRANSPORT THEM TO CAMBODIA FACILITY**
**PHASE 4: PUBLIC PUNISHMENT AND LIVESTREAM EXECUTION**
**PHASE 5: USE THEIR FATE AS WARNING TO OTHER POTENTIAL INFORMANTS**
**WILL SHOW WORLD WHAT HAPPENS TO THOSE WHO BETRAY US**
**ESTIMATED IMPACT: RESTORE ORGANIZATION REPUTATION GLOBALLY**
Balasan datang lebih cepat kali ini, dan tone-nya sudah berubah menjadi lebih tertarik.
**BRUTAL AND EFFECTIVE... WE LIKE THIS APPROACH**
**YOU HAVE OUR FULL SUPPORT FOR THIS OPERATION**
**WILL SEND PROFESSIONAL EXTRACTION TEAM TO JAKARTA TONIGHT**
**PREPARE SAFE HOUSE NEAR SOEKARNO HATTA**
**CAPTURE THEM, BRING TO PHNOM PENH IMMEDIATELY**
**DO NOT FAIL AGAIN OR CONSEQUENCES WILL BE MORE THAN SEVERE**
"YES! FINALLY!" Bos Heri berteriak kegirangan sambil mengepalkan kedua tangannya tinggi-tinggi.
"Boss, ada kabar baik?" Riski bertanya dengan penuh harap.
"Lebih dari baik! Kita dapat dukungan penuh dari cabang Kamboja. Tim ekstraksi profesional sudah dalam perjalanan ke Jakarta. Sekarang saatnya berburu gadis sialan itu!"
Bos Heri membuka file surveillance yang sudah dikumpulkan anak buahnya selama tiga hari terakhir dengan bantuan mata-mata yang masih aktif. Foto-foto Najwa keluar masuk sekolah dengan berbagai angle, dokumentasi rutinitas hariannya yang sangat detail, profil lengkap teman-teman dekatnya, alamat rumah, bahkan jadwal les tambahan, semuanya sudah terdokumentasi dengan presisi tinggi.
"Sinta Maharani... sahabat terdekat dan terpercaya Najwa." Dia memandang foto gadis berambut panjang yang hampir selalu terlihat bersama Najwa. "Kamu akan menjadi kunci utama untuk menghancurkan mental Najwa sebelum dia mati."
Dia mulai menyusun rencana penculikan dengan detail yang sangat rinci, menggunakan pengalaman bertahun-tahun dalam operasi trafficking. Waktu yang tepat, lokasi strategis, rute pelarian, backup plan, semunya dihitung dengan presisi tinggi seperti operasi militer. Kali ini dia tidak akan memberi kesempatan sedikitpun kepada Najwa untuk kabur atau diselamatkan.
Ketakutan yang dia rasakan tiga hari terakhir perlahan berubah menjadi kegembiraan antisipasi yang menyeramkan. Dia mulai membayangkan wajah Najwa saat menyadari bahwa dia sudah terjebak total. Membayangkan bagaimana gadis pemberani itu akan menangis meminta ampun sambil memohon nyawanya.
Malam itu, Bos Heri tidak bisa tidur bukan karena ketakutan lagi, tapi karena terlalu excited dengan rencana balas dendamnya yang sempurna. Dia terus membayangkan bagaimana Najwa akan tersiksa di training center Kamboja yang terkenal jauh lebih brutal dan sadis dari fasilitas Indonesia.
Keesokan harinya, van hitam sudah bersiap di lokasi yang sudah ditentukan setelah observasi berhari-hari. Bos Heri duduk di kursi belakang sambil memeriksa peralatan untuk yang terakhir kali. Tali khusus yang tidak bisa diputus, kain penutup mata berlapis ganda, obat bius dosis tinggi, bahkan senjata bius untuk jaga-jaga, semuanya sudah siap sempurna.
"Boss, target terlihat keluar dari sekolah bersama sahabatnya seperti biasa."
Bos Heri tersenyum dengan seringai yang sangat mengerikan. "Show time, motherfucker."
Van mulai bergerak pelan mengikuti Najwa dan Sinta dari jarak yang aman. Setelah tiga hari perencanaan yang sangat matang, saatnya untuk eksekusi balas dendam yang sudah lama ditunggu-tunggu.
"Najwa sayang..." Bos Heri bergumam sambil memperhatikan kedua gadis yang berjalan di depan dengan tatapan predator. "Aku sudah sangat merindukan permainan kita yang sesungguhnya."