Azura Eliyena, seorang anak tiri terbuang. Ibu dan Ayahnya bercerai saat usia Azura masih tiga tahun. Bukan karena ekonomi, melainkan karena Ibunya tak sudi lagi bersama Ayahnya yang lumpuh. Ibunya tega meninggalkan mereka demi pria lain, hidup mewah di keluarga suami barunya. Menginjak remaja, Azura nekat kabur dari rumah untuk menemui Ibunya. Berharap Ibunya telah berubah, namun dirinya justru tak dianggap anak lagi. Azura dibuang oleh keluarga Ayah tirinya, kehadirannya tak diterima dan tak dihargai. Marah dan kecewa pada Ibunya, Azura kembali ke rumah Ayahnya. Akan tetapi, semua sudah terlambat, ia tak melihat Ayah dan saudaranya lagi. Azura sadar kini hidupnya telah jatuh ke dalam kehancuran. Setelah ia beranjak dewasa, Azura menjadi wanita cantik, baik, kuat, tangguh, dan mandiri. Hidup sendirian tak membuatnya putus asa. Ia memulai dari awal lagi tuk membalas dendam pada keluarga baru Ibunya, hingga takdir mempertemukannya dengan sepasang anak kembar yang kehilangan Ibunya. Tak disangka, anak kembar itu malah melamarnya menjadi Istri kedua Ayah mereka yang Duda, yang merupakan menantu Ayah tirinya.
“Bibi Mackel… mau nda jadi Mama baluna Jilo? Papa Jilo olangna tajil melintil lhoo… Beli helikoptel aja nda pake utang…” ~ Azelio Sayersz Raymond.
“Nama saya Azura, bukan Bibi Masker. Tapi Ayah kalian orangnya seperti apa?” ~ Azura Eliyena.
“Papa ganteng, pintel masak, pintel pukul olang jahat.” ~ Azelia Sayersz Raymond.
“Nama kalian siapa?”
“Ajila Ajilo Sales Lemon, Bibi Mackel.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25. ANAK TIRI TERBUANG MENJADI ISTRI TANGGUH DUDA KILLER | TERHIPNOTIS
...🍁 Happy Reading 🍁...
Drttttt~ Drrrttt~
Ponsel Azura bergetar di dalam tas selempangnya. Ia segera membuka ritsleting dan meraih benda pipih itu. Layar menunjukkan nama sahabatnya, Leni.
Sebelum mengangkat telepon, Azura melirik suaminya, Joeson yang sedang duduk di kursi dan seorang penata rambut sedang merapikan janggutnya. Setelah memastikan Joeson aman diurus, Azura mengangkat telepon.
“Halo, ada apa, Len?” tanya Azura berbisik.
“Ra, katanya kamu berhenti kerja? Benar?” tanya Leni.
“Iya, Len.”
“Kok berhenti?” Suara Leni terdengar kecewa.
“Aku tidak mau berhenti, Len. Tapi pria itu tidak mengizinkanku bekerja lagi,” jawab Azura sambil melirik Joeson sesekali.
'Tidak hanya dilarang bekerja, sekarang aku juga dihukum menemaninya ke tempat potong rambut. Dan lagi, aku disuruh berdiri menghadap tembok, memangnya aku salah apa? Dasar pria muka tembok!' gerutu Azura dalam hati, mengingat saat mereka masuk, Joeson tiba-tiba menyuruhnya berdiri di sudut ruangan. Membuat Azura sangat malu.
“Lho, kenapa dilarang?” tanya Leni heran.
“Aku dilarang untuk menjaga anak kembarnya saja, Len,” kata Azura.
“Wah, baru sehari menikah, dia sudah mengekangmu. Kalau begini, apa kita masih bisa bertemu, Ra?” Leni terdengar khawatir tak bisa lagi bertemu sahabatnya.
“Aku tidak tahu, Len. Tapi aku tidak akan biarkan dia mengatur hidupku,” jelas Azura.
“Ya, Ra. Aku setuju.” Leni mengangguk. “Jadi, kamu lagi di mana sekarang?”
“Lagi santai saja, Len,” jawab Azura berbohong karena tidak ingin Leni mengejeknya, sebab ia sedang berdua dengan Joeson.
Leni tidak begitu percaya karena suara di sekitar Azura cukup berisik. Namun, merasa itu tidak penting, Leni kembali bertanya tentang Sahira.
“Ra, apa kamu sudah bertemu dengan kakakmu?”
“I-iya, Len. Hari ini aku sudah bertemu dengannya,” kata Azura sambil tersenyum.
“Terus gimana reaksi kakakmu? Apa dia marah atau membencimu?” tanya Leni penasaran.
“Tidak, Len. Kak Sahira tidak seperti yang aku bayangkan selama ini. Dia sama seperti yang kamu bilang. Kak Sahira memaafkan aku dan tidak membenci aku. Hari ini aku senang banget, Len,” ujar Azura panjang lebar dengan suara ceria. Leni merasa lega.
“Syukurlah. Aku ikut senang, Ra,” balas Leni. Mereka lalu melanjutkan obrolan tentang tingkah si kembar di sekolah dan kejadian sebelum upacara. Leni tertawa mendengar cerita Azura yang dikira hantu.
Azura juga tertawa mengingat pertengkaran mereka. Tiba-tiba, seseorang menepuk bahunya. Azura terlonjak kaget dan hampir menjatuhkan ponselnya. Ia terpaksa mengakhiri panggilannya. Ia mengira orang itu Joeson, tetapi setelah berbalik, ia terpesona melihat seorang pria asing. Wajahnya bersih, tampan, tegas, dan berpenampilan modern. Potongan rambutnya seperti CEO dalam drama. Azura seakan terhipnotis oleh ketampanannya.
“Ma-maaf kalau saya sedikit berisik,” ucap Azura sambil sedikit menundukkan kepala. Ia lalu mendekati penata rambut yang tadi melayani suaminya. Pria itu mengernyit heran melihat reaksi Azura barusan.
“Pak, laki-laki yang duduk di sini tadi ke mana, ya?” tanya Azura karena tidak melihat suaminya.
“Lho, Mbak. Itu suaminya ada di sana,” jawab sang penata rambut sambil menunjuk pria tadi.
“Hah?” Azura terhenyak. Ia segera berbalik dan menatap lekat pria itu yang ternyata adalah Joeson.
Mulut Azura ternganga lebar. Ia tidak percaya pria di hadapannya adalah suaminya. Dari pakaiannya yang sama, pria itu memang Joeson.
“Cih, kenapa lihat-lihat?!” decak Joeson dingin. Ingin rasanya mencolok mata istrinya yang tak mengenalinya.
Azura tidak berkata apa-apa. Ia malah membelakangi Joeson, membuat ayah si kembar itu semakin heran. Sementara itu, Azura memegangi dadanya yang berdebar kencang. 'Aduh, kenapa aku jadi deg-degan begini?' pikir Azura bingung. Ia lalu melirik Joeson dari kaki hingga ujung kepala. Setelah itu, ia menepuk-nepuk pipinya yang memerah.
“Aish, pantas saja Aina mau menikahi pria jutek ini, pesonanya sangat berbahaya! Baiklah, Azura. Kamu harus hati-hati. Jangan sampai dia menjeratmu dan mengacaukan rencana balas dendammu!” tekad Azura dalam hati sambil mengepalkan tangan. Namun, sialnya, ketampanan Joeson membuat matanya tidak bisa berpaling.
“Kenapa diam begitu? Kamu baik-baik saja?” tanya Joeson sambil mengangkat satu tangan. Ia berniat menyentuh dahi Azura, mengira istrinya sakit. Namun, wanita itu dengan cepat mundur. Joeson mulai kesal karena Azura seakan mencoba menjaga jarak darinya.
'Sebegitu jijiknya dia padaku sampai menjauh seperti itu?' pikir Joeson sambil mendengus. 'Atau dia tidak suka pada penampilan baruku ini?'
'Ck, kenapa juga aku harus peduli pendapatnya? Aku melakukan ini demi anak-anakku, bukan karena dia,' batinnya, tidak lagi peduli pada raut wajah istrinya yang aneh.
____________
Lama menduda, udah nggak peka nih ><
Like, komen, subscribe, vote 🌹
pasti lucu tiap ketemu teringat tubuh polos istri nya pasti langsung on
secara dah lama ga ganti oli 😂😂😂
karena klrga joe bukan kaleng3
bapak nymshhidup dn tanggung jawab samaanaj ny, kok malah mauerevut hak asuh.
memang nyari masalah nexh siMatthuas dan Aeishta