NovelToon NovelToon
The Legend Of The Shadow Eater

The Legend Of The Shadow Eater

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Iblis / Kutukan / TKP / Hantu
Popularitas:541
Nilai: 5
Nama Author: Senara Rain

Bagi Lira, Yash adalah mimpi buruk. Lelaki itu menyimpan rahasia kelam tentang masa lalunya, tentang darah dan cinta yang pernah dihancurkan. Namun anehnya, semakin Lira menolak, semakin dekat Yash mendekat, seolah tak pernah memberi ruang untuk bernapas.
Yang tak Lira tahu, di dalam dirinya tersimpan cahaya—kunci gerbang antara manusia dan dunia roh. Dan Yash, pria yang ia benci sekaligus tak bisa dihindari, adalah satu-satunya yang mampu melindunginya… atau justru menghancurkannya sekali lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senara Rain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11

Ratusan tahun lalu...

Malam itu hutan sunyi, hanya desir angin membawa aroma tanah basah dan dedaunan tua. Di tengah tanah lapang yang diterangi api unggun kecil, Arum berdiri dengan napas terengah. Pak Merta berdiri di sisinya, menatap tajam, sementara cahaya samar mengalir dari telapak tangan gadis itu.

“Fokus, Arum,” suara Pak Merta tenang tapi menekan. “Jangan biarkan cahaya itu meluap tanpa kendali. Cahaya adalah jiwa—ia mendengar hatimu. Kalau hatimu goyah, ia akan melahap tubuhmu sendiri.”

Arum menggigit bibir, keringat menetes di pelipis. Tubuhnya tampak lelah, tapi sinar putih keemasan di sekujur kulitnya makin kuat, berdenyut seperti nadi. Ia mencoba menahan, namun sinar itu bergetar, seperti gelombang yang ingin pecah.

Di tepi lapangan, Yash memperhatikan. Wajahnya tegang, jemarinya tak sadar mencengkeram lutut. Ia sudah melihat banyak hal selama berabad-abad hidup sebagai roh lelepah. Tapi melihat Arum seperti itu—rapuh, terbakar dari dalam, seolah kapan saja akan pecah menjadi debu—hatinya mencekam.

Arum akhirnya terkulai di tanah, napasnya terengah, jemarinya gemetar menekan dada yang seakan bergetar dari dalam. Pak Merta buru-buru maju, wajahnya cemas. “Cukup untuk malam ini,” kata Pak Merta cepat, melangkah maju. “Hentikan aliran itu, Arum. Tubuhmu belum siap!”

Arum mencoba tersenyum meski wajahnya pucat. “Aku… baik-baik saja…” suaranya lirih, nyaris patah. Yash segera menunduk di sisinya, jemarinya meraih bahu rapuh itu. “Arum…” panggilnya dengan nada yang pecah.

Arum hanya mengangguk kecil, lalu tubuhnya jatuh ke pelukan Yash. Ia menyandarkan kepalanya di dada pria itu, bisikan lirih lolos dari bibirnya. “Terima kasih, Yash…”

Tanpa pikir panjang, Yash mengangkat tubuh lemah itu, membawanya pulang ke gubuk kecil mereka.

Namun begitu memasuki ruang sederhana yang remang oleh cahaya lampu minyak, tubuh Arum tiba-tiba bergetar. Cahaya dari dalam kulitnya kembali muncul, kali ini lebih kuat, tak terkendali. Sinar putih keemasan menjalar dari nadi, membuat sekujur tubuhnya berkilau seperti bara.

“Arum?” Yash terhenti, napasnya tercekat.

Mata Arum terbuka—namun bukan lagi tatapan hangat yang dikenalnya. Sorot itu asing, dingin, penuh kuasa. Cahaya takdir telah mengambil alih dirinya.

“Gerbang… harus ditutup,” suaranya bergema, bercampur dengan gema lain yang bukan miliknya.

Tangan Arum bergerak sendiri, meraih pedang hitam di pinggang Yash. Dalam sekejap, ujungnya menembus perut Yash. Darah hangat membasahi kain, namun Yash tidak menjerit. Ia justru mendekap tubuh Arum semakin erat, menahan tangannya yang bergetar.

“Arum…” suaranya pecah, penuh getar. “Aku belum siap… kita berpisah selamanya.”

Arum terdiam, matanya yang bercahaya bergetar samar.

Yash menundukkan kepala, menempelkan keningnya pada rambut Arum yang berbau tanah dan cahaya. “Aku memilih menunggumu… meski harus ratusan tahun… aku siap. Aku akan menunggumu kembali padaku.”

Dengan perlahan, Yash meraih gagang pedang yang masih menancap di tubuhnya, mencabutnya keluar. Darah menetes deras, namun ia tak peduli. Ia mengangkat pedang itu, menatap Arum dengan mata basah penuh cinta dan obsesi.

“Maafkan aku…” bisiknya, lalu dengan satu gerakan, ia menancapkan pedang itu ke dada Arum.

Cahaya dari tubuh gadis itu meledak, membanjiri ruangan, memantulkan kilatan pada dinding kayu. Arum terbatuk, darah merembes dari bibirnya, namun di wajahnya ada senyum samar terakhir.

Yash memeluknya erat, suara patahnya terdengar di antara desah napas terakhir Arum. “Aku mencintaimu…”

Tubuh Arum terkulai. Cahaya dalam dirinya meredup, menyusut ke dalam kegelapan. Dan malam itu, di gubuk kecil yang sunyi, sumpah kelam seorang roh lahir: untuk menunggu, untuk mencintai dengan cara yang paling menghancurkan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!