"Ini putri Bapak, bukan?"
Danuarga Saptaji menahan gusar saat melihat ponsel di tangan gadis muda di hadapannya ini.
"Saya tahu Bapak adalah anggota dewan perwakilan rakyat, nama baik Bapak mesti dijaga, tapi dengan video ini ditangan saya, saya tidak bisa menjamin Bapak bisa tidur dengan tenang!" ancam gadis muda itu lagi.
"Tapi—"
"Saya mau Bapak menikah dengan saya, menggantikan posisi pacar saya yang telah ditiduri putri Bapak!"
What? Alis Danu berjengit saking tak percaya.
"Saya tidak peduli Bapak berkeluarga atau tidak, saya hanya mau Bapak bertanggung jawab atas kelakuan putri Bapak!" sambung gadis itu lagi.
Danu terenyak menatap mata gadis muda ini.
"Jika Bapak tidak mau, maka saya akan menyebarkan video ini di media sosial!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35. Beneran Apa Borongan?
Abaikan saja mata yang memandang mereka tak suka ketika sebuah mobil yang bisa dikatakan cukup mewah berplat D 4 NU itu berhenti di halaman untuk mengangkut sahabat bagai kepompong minus Dewi tersebut. Beby naik paling akhir, seakan dia menikmati moment dipandang sinis lama-lama oleh mereka.
"Wah, Beb ... ini sopir kamu serius seganteng ini?" Zizah pokoknya jagonya nyeplos duluan, tidak peduli terdengar langsung oleh orangnya. "Masnya udah nikah belum? Saya jomlo, mau sama saya nggak?"
Beby yang baru duduk dibuat speechless. "Kamu bukan levelnya kali, Zah! Mas Isa ini asisten Pak Danu, jangan ngawur kamu! Buruan minta maaf dan bersikap sopan!" omel Beby menahan malu.
"Maafin ya, Mas," mohon Beby sopan. Isa hanya tersenyum menanggapi, lalu segera memutar kemudi ke jalan raya yang sore ini lumayan ramai.
"Zizah sih!" cebik Moa seraya menyenggol lengan Zizah sedikit kuat karena kesal.
"Apa?" balas Zizah dalam suara yang sedikit naik saat menatap Moa. Tentu saja dia tidak merasa berdosa karena apa yang ia katakan adalah kebenaran. Isa ganteng, Zizah jomlo abadi jadi tidak masalah kalau jodoh kan?
Moa berdecak, membalas tatapan Zizah sengit. "Sabar napa, pake cara halus biar nggak keburu ilfil Mas Isanya ...."
Ia melembutkan muka, melunakkan ekspresi lalu tersenyum. "iya, kan, Mas Isa? Kalau sama Zizah asam lambung, sama saya pasti badan sehat rezeki lancar, aura saya kan—"
"Aur-auran!" potong Zizah cepat dan licik.
Moa langsung cemberut, berdecak berkali-kali, bahkan siap menampar Zizah. Namun Beby segera menengahi.
"Mas Isa udah tunangan, tinggal nunggu undangan!" selanya cepat, tanpa menoleh, hanya melirik dan kembali fokus ke jalanan. "Kalian telat tuju bulanan!"
Moa lemas, Zizah langsung lesu. Keduanya menatap Isa penuh harap dan manyun.
Beby tersenyum tipis melihat respon kedua temannya. "Pacar kamu yang sekarang mau kamu kemanain, Moa? Nyidam putus sama pacar emangnya?"
"Bisa diatur itu selama Mas Isa nya mau juga sama aku." Moa mengibaskan tangannya seolah semuanya bisa diatur dengan mudah olehnya.
"Nggak takut nanti saya juga lakuin hal yang sama jika dapat yang aku anggap lebih dari kamu?" Isa menanggapi kericuhan dibelakang, yang cukup membuat telinganya mengalami culture shock. Dia biasa menghadapi obrolan seberat penyusunan pagu anggaran daerah, kini harus mendengar hal yang dibicarakan serius perihal cowok cakep. Jaman sekarang semua cowok cakep, tinggal sesuaikan sama klasifikasi kita, sesuaikan dengan frekuensi kita, rasanya itu bukan hal yang sulit.
"Emang ada yang lebih dari aku jika ditanganmu aku jadi ratu?" Moa percaya diri sekali. "Lagian saingan berat sudah sold out, yang lain mah sotong doang!"
"Kita—kami maksudnya yang sotong?" tunjuk Zizah dan Anggung barengan.
"Oh gitu cara mainnya?" Anggun kesal dikatai sotong oleh sahabat sendiri. "Mas Isa, pasti belum pernah kena goyangan sotong maut, kan? Nah, saya bisa, daripada sama ratu gaib sebelah saya ini."
Astagah, kepala Beby rasanya mau pecah ditambah rasanya malu sekali akan tingkah temannya ini.
"Kalau nggak bisa diam, lebih baik turun aja kalian semua!" ancam Beby seraya menoleh ke belakang. "Mau makan enak nggak?"
Mereka serempak diam, mengangguk tanpa suara.
"Kalau gitu diam, jangan ganggu konsentrasi Mas Isa!"
Lagi-lagi, mereka mengangguk dan melipat bibir nyaris bersamaan.
Isa lagi-lagi terkekeh dibuatnya. "Emang mau makan apa?" tanya Isa seraya melirik spion tengah yang menampakkan visual tiga gadis muda di kursi belakang.
"Steak!"
"Sushi!"
"Seafood!"
Isa lagi-lagi tertawa mendengar jawaban serempak dari gadis-gadis itu, bahkan Beby pun sampai memejamkan mata karena geram.
Sesaat kemudian, Beby menoleh ke belakang lagi. "cilok aja udah, gak ada steak, gak ada sushi, gak ada seafood! Cilok atau batagor aja, udah!"
"Lah, kok gitu sih Beb!" Zizah merengek. "Tadi katanya steak ...."
"Sushi kali!" sela Moa.
"Ye apaan sushi? Orang kalian semua gak pada bisa mesen gitu! Udah bener pilihan aku, seafood, yang biasa kita pesan kalau abis gajian! Enak, murah meriah, dan gratis teh tawar—"
"Oh, belum pesan cerita nya?" tebak Isa dengan sangat tepat. "Tapi di rumah sudah ada chef dari resto steak luar kota langganan Bapak, apa kalian masih mau pesan dari luar?"
Ketiga anak gadis bangkotan itu saling pandang. "Chef?!" ulang mereka bersamaan saking tidak percayanya.
"Iya, tadi Bapak mendadak pengen steak untuk makan malam, jadi panggil saja chef Hendri biar nggak harus keluar kota." Isa menjelaskan. "Jadi beli batagornya?" Isa menatap Beby.
"Boleh lah, Mas ... buat camilan."
Beby segera menoleh ke jalanan untuk mencari penjual batagor yang kini menjamur di pinggir jalan.
"Kalian mau batagor apa siomay, pumpung Aa siomay bandungnya longgar tuh!" Beby menawari temannya yang biasanya doyan pada panganan satu itu.
"Langsung pulang aja nggak sih? Mau makan steak itu appetizer nya sup-sup gitu nggak sih? Masa siomay pinggir jalan? Khawatir nanti minta keluar karena insecure siomay nya," jawab Zizah setengah berpikir. Dia masih syok. Benarkah pada akhirnya di umur 20an, dia bisa merasakan masakan privat chef? Tidak nunggu jadi nenek-nenek sosialita dulu? Nggak nunggu dia jadi crazy rich dulu?
Wah! Beby adalah sebongkah berkah yang wajib Zizah syukuri sepenuh hati.
"Nggak ada yang kaya gitu, kali, Zah!" Isa bisa mengenali Zizah dengan mudah, sebab telah ia intip kegiatannya selama mengintai Beby. "Makan malam masih lama, kalian masih akan dapat perawatan secara privat dari Beauty salon, jadi kira-kira masih dua atau tiga jam lagi."
"Apa?!" pekik mereka bersamaan.
"Orang salonnya ke rumah Pak Danu? Buat rawat kita-kita? Serius Mas Isa? Saya bisa stroke kaya bu Mila loh!" Moa meleleh parah seraya memegang pipi.
"Iya," jawab Isa datar.
"Oh My God!" Zizah benar-benar merasa dirinya ketiban duren montong sekarung.
Beby pun tidak tahu sama sekali soal itu, jadi dia menatap Isa penuh tanya.
"Saya tadi yang atur semuanya, Bapak sibuk banget, Mbak." Isa melapor akhirnya. "Kayaknya Bapak bakal menang deh, Mbak! Pak Romi aja belum sampai setengah dari perolehan suara Bapak, padahal Pak Romi katanya diunggulkan karena Pak Danu dianggap muka lama dan minim inovasi."
"Syukur deh, kalau akhirnya bisa menang, Mas ... saya ikut senang." Beby tidak tahu harus berkata apa, soalnya dia merasa aneh diberi tahu hal-hal yang sama sekali belum pernah ia bahas dengan Danu.
"Jadi siomay nya beli dimana?" Isa bertanya lagi, "gimana kalau penjualnya di panggil ke rumah aja? Bapak udah nelpon aja ini, kayaknya beliau kangen sama Mbak Beby."
Beby mematung dibuatnya. Ini si Isa beneran apa borongan ngomongnya? Kok Beby jadi salah tingkah begini?
tetap semangat ya kak 🫰😘
gaya bahasa
cerita menarik tp knpa sepiii
terima kasih kak telah membuat novel yg bagus, ringannn tp enak di baca
tetap membuat karya karya terbaik ya thor🙏😍
novel istri muda pa dewan ttp di nt atau aplikasi lain thor🙏
yg buat salah anak kamu bersama Mila pa Broto 🤭
Akhirnya ketahuan ya bapak kandung Clara , tinggal bapak kandung candra dan cakra 😄
semoga Beby hamil kembar ya thor
agar ada kebahagian Danu punya anak kandung🙏