Seorang pria tampan yang tidak sengaja bertemu dengan wanita cantik namun jutek , pertemuan pertama mereka membuat si pria sangat penasaran ,sampai pada akhirnya mereka jadi sering bertemu karna sesuatu,kira kira apa yah alasan mereka sering bertemu,dan apa yang terjadi diantara mereka?
yuk ikuti ceritanya ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Ternyata Aku Mencintainya
Sesampainya di rumah, Kelvin masuk ke kamarnya dengan langkah pelan. Di tangannya masih tergenggam tas kecil berisi baju ganti dan barang-barang yang tadi ia bawa saat ke pantai bersama Wilona.
Ia meletakkan tas itu di belakang pintu kamar, lalu berjalan menuju kamar mandi.
Tanpa pikir panjang, ia segera membersihkan diri.
Air hangat dari shower mengalir pelan, menyapu sisa pasir dan garam laut yang masih menempel. Namun tak ada yang bisa menyapu bersih ingatan tentang Wilona dari pikirannya.
Tawa gadis itu, tatapan matanya saat melihat ombak, dan pastinya senyuman Wilona yang manis.
Selesai mandi, Kelvin mengenakan kaos santai dan celana training. Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur, menarik selimut tipis, dan mencoba memejamkan mata.
Namun matanya kembali terbuka. Bayangan senyum Wilona masih bermain di pikirannya.
"Ohh... ayolah, baru beberapa jam yang lalu ketemu, masa udah kangen lagi sih..." gumamnya sambil mengusap wajah.
Ia menghela napas panjang, lalu kembali mencoba tidur.
Waktu berlalu. Jarum jam di dinding menunjuk pukul 16.00 saat Kelvin terbangun dari tidurnya.
Ia duduk perlahan di atas kasur, meregangkan badannya, lalu menggapai ponsel yang tergeletak di atas meja kecil di samping tempat tidur.
Layarnya menyala. Ada satu notifikasi baru dan entah kenapa, hatinya langsung terpaut pada satu nama.
📩Wilona.
14.30- "Aku di toko roti..lagi ngecek penjualan hari ini.."
📨 Kelvin.
"Kamu masih disana sayang..?"
Setelah menunggu beberapa menit,Wilona membalas pesan nya.
📩Wilona.
"Iya...aku masih disini..ada apa..?" .
Kelvin membaca balasan pesan Wilona,dengan cepat membalas pesan nya lagi
📨 Kelvin.
"Jangan kemana mana yah, aku segera kesana".
Tanpa membuang waktu, Kelvin bangkit dari tempat tidur dan berjalan cepat menuju ruang pakaiannya.
Di dalam ruangan itu terdapat beberapa lemari besar dan deretan baju yang rapi tergantung di gantungan.
Ia membuka salah satu lemari, lalu menarik sebuah sweatshirt berwarna cokelat tua dengan potongan simpel. Lehernya berbentuk crew neck bulat, dilengkapi dengan detail rib pada bagian kerah, lengan, dan ujung bawah, memberikan kesan santai namun tetap rapi.
Untuk bawahan, ia memilih celana panjang berbahan kain berwarna hitam, lalu menambahkan sabuk kulit hitam dengan gesper perak yang tampak elegan namun tidak berlebihan.
~***Visual pakaian kelvin***~
Kelvin bergegas mencari kunci mobil, lalu mengambil tas kecil dari meja. Ia memasukkan dompet dan ponselnya ke dalam tas tersebut, memastikan semuanya lengkap sebelum melangkah turun ke lantai dasar.
Begitu sampai, ia segera mengenakan sepatu, lalu berjalan cepat menuju garasi.
Sesampainya di toko roti milik Wilona
Kelvin memarkir mobilnya di depan toko, lalu turun dan berjalan ke arah pintu masuk.
Kcrengg
Lonceng kecil di atas pintu berbunyi nyaring saat Kelvin mendorong pintu masuk.
Begitu masuk, pandangannya langsung menyapu ruangan, mencari sosok yang dirindukannya. Toko itu tampak sepi, tak ada pembeli. Hanya ada Wilona, berdiri di balik meja kasir di ujung ruangan, tengah menatap buku catatan penjualan.
Saat mendengar suara lonceng, Wilona menoleh, dan begitu melihat Kelvin, wajahnya langsung merekah dengan senyum manis.
Ia meletakkan pulpen di atas meja dan menyambutnya dengan candaan.
"Silakan, Pak, mau cari roti apa?" ucapnya sambil tertawa kecil.
Kelvin ikut tersenyum lebar, lalu melangkah mendekat.
"Saya mau roti isi sayang … ada stoknya nggak, Mbak?" balasnya sambil menaikkan alis, menggoda.
Wilona terkekeh pelan, menggelengkan kepala.
"Bisa aja kamu..." jawabnya, matanya berbinar.
Kelvin tertawa, lalu menarik salah satu kursi yang berada di dekat meja kasir dan duduk santai di depannya. Ia menyapu ruangan dengan pandangan heran.
"Tumben banget tokonya sunyi, sayang. Nggak ada pembeli?"
Wilona mengangguk ke arah pintu masuk sambil tersenyum simpul.
"Kamu nggak lihat tulisan di pintu itu...? TUTUP."
"Ohh..." gumamnya, lalu menaruh sikunya di atas meja kasir, menopang dagunya dengan tangan.
"Aku nggak lihat ... soalnya buru-buru masuk. Pengen cepat-cepat lihat pacarku," ucapnya sambil tersenyum genit.
Wilona tertawa kecil, lalu menyentuhkan ujung telunjuknya ke hidung Kelvin.
"Gombal lagi, ya..."
Ia pun berbalik, mengambil gelas kopi dari rak, lalu membuatkan secangkir kopi hangat untuk Kelvin. Ia juga mengambil sepotong roti di atas piring dan menaruhnya di depan Kelvin.
"Kamu minum kopi kan? Dihabiskan ya ... Aku mau cek roti-roti yang hampir expired dulu. Kamu tunggu di sini aja," ucapnya lembut.
Kelvin menerima kopi dan roti itu dengan senyum.
"Iya, sayang... Aku tungguin. Nanti aku antar pulang, ya."
Wilona tersenyum dan mengangguk, lalu berjalan menuju rak display roti di sisi toko.
Sementara itu, Kelvin duduk santai, menyeruput kopi buatan Wilona, sambil sesekali menggigit rotinya. Ia membuka ponsel, scroll media sosial, lalu mengamati sekeliling toko yang tenang.
Namun karena bosan, ia berdiri dan menghampiri Wilona yang masih fokus mengecek tanggal kadaluarsa roti satu per satu. Suasana toko begitu sepi, hanya suara AC dan lalu lintas jalan terdengar samar dari luar.
Tanpa suara, Kelvin mendekat dan memeluk Wilona dari belakang. Tubuhnya yang lebih tinggi membuat dagunya bertumpu tepat di bahu Wilona. Pelukannya hangat dan erat.
Dengan suara pelan dan lembut, ia berbisik.
"Aku suka banget lihat kamu serius kayak gini… Tapi jangan terlalu capek ya, sayang."
Wilona tersenyum kecil, berpura-pura tetap sibuk sambil mengangkat beberapa roti.
"Kalau nggak dicek, rotinya bisa basi. Gak bisa dijual dong..." jawabnya ringan.
Kelvin tertawa pelan dan semakin mengeratkan pelukannya. Wajahnya mendekat ke pipi Wilona.
Wilona akhirnya berhenti mengecek roti dan berbalik. Ia masih berada dalam pelukan Kelvin, matanya menatap wajah lelaki itu dengan penuh sayang. Ia merapikan poni rambut Kelvin dengan lembut.
Mata mereka bertemu. Sekilas sunyi terasa indah.
Kelvin mengangkat satu tangannya, membelai rambut Wilona perlahan.
"Seandainya aku nggak ketemu kamu… mungkin aku udah hancur karena diselingkuhin waktu itu. Tapi senyum kamu... selalu berhasil bikin aku tenang."
Wilona tersenyum malu dan menepuk dada Kelvin pelan.
"Kenapa sih tiba-tiba gombal banget..."
Ia mencoba melepaskan pelukan itu, tapi Kelvin langsung menarik tangannya kembali dan memeluknya lebih erat.
"Satu pelukan aja nggak cukup," bisiknya di telinga Wilona.
"Biarin aku lama-lama kayak gini… tenang, hangat… dan kamu dalam pelukanku."
Wilona terdiam sesaat, lalu tersenyum kecil. Kepalanya bersandar di dada Kelvin, bisa ia dengar detak jantung kekasihnya yang terasa cepat.
Tiba-tiba ...
Kringggg...
Pintu toko terbuka. Seorang teman Wilona yang biasa membantu menjaga toko, masuk ke dalam toko, namun langsung berhenti melihat pemandangan di depannya.
"Eh ... Gue cuma mau ambil tas yang ketinggalan kok, uhuk, maaf ganggu..."
Ia buru-buru mundur dan menutup pintu pelan-pelan sambil menahan tawa.
Wilona langsung menutup wajahnya di dada Kelvin karena malu, sementara Kelvin nyengir.
"Duh… makin banyak saksinya nih."
Wilona mengangkat wajahnya dan menatap Kelvin. Mereka pun tertawa bersama.
Kelvin kemudian melepaskan pelukannya, dan dengan ringan ikut membantu Wilona menyelesaikan pekerjaannya.
Pukul 18.17
Pekerjaan memilah roti selesai. Kelvin meregangkan badannya, sementara Wilona membawa beberapa roti expired ke dapur untuk dihancurkan dan dibuang esok hari.
Beberapa saat kemudian, Wilona keluar dari dapur, membersihkan area toko sebentar, lalu mengambil jaket dan tasnya. Ia pun keluar toko bersama Kelvin.
Di dalam mobil
Kelvin menyalakan mesin mobil dan mulai melaju pelan. Ia sempat melirik ke arah Wilona di kursi penumpang.
"Oh iya, kamu belum makan kan, sayang? Kita makan di restoran baru deh, yang di simpang itu. Aku penasaran banget sama tempatnya."
Wilona mengangguk semangat.
"Emmm… boleh deh. Aku juga lagi lapar banget."
Kelvin tersenyum, lalu menyalakan musik. Alunan lagu romantis mengisi kabin mobil, membuat suasana jadi tenang. Tak lama, Wilona tertidur di kursinya, lelah namun terlihat begitu damai.
Kelvin melirik ke arahnya, tersenyum lembut, lalu menggenggam tangan Wilona yang tergeletak di pangkuan.
"Istirahat ya, sayang… Hari ini kamu udah manis banget."
Mobil terus melaju, menyusuri jalan menuju malam yang indah.
...----------------...