zahratunnisa, gadis berparas ayu yang sedang menempuh pendidikan di Dubai sebuah musibah menimpanya, hingga akhirnya terdampar di amerika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ewie_srt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tiga puluh empat
IN DUBAI
Ethan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku, ia dan luke tiba di bandara internasional dubai setelah 2 kali transit.
Matahari yang menyengat menyambut mereka dengan panas yang luar biasa, ethan meraih kacamata hitam dari saku jasnya, memakainya sebelum melangkah ke arah arrival lobby. Luke yang melangkah sejajar di sisinya juga terlihat mengenakan kacamata hitam, menyeret koper mungilnya. Sementara ethan hanya membawa sebuah tas ransel yang ia sampirkan di bahunya, taksi pesanannya sudah menunggu di depan.
"jumeirah burj yah" perintah luke, begitu mereka masuk ke dalam taksi berwarna krem itu.
Seorang pria setengah abad dengan pakaian santai mengangguk, tanpa menjawab pria tua itu mengemudikan mobilnya dengan sedikit laju. Sesekali pria itu menekan klakson, ketika akan menyalip kendaraan yang ada di depannya.
"apakah kamu yakin pria yang zahra maksud itu adalah ommar yang kita kenal?" tanya luke, wajah pria itu terlihat kelelahan.
Ethan mengedikkan bahunya, ia menyandarkan tubuh, dan memejamkan matanya.
"kalau ternyata memang ommar pria yang zahra maksud, apa tindakan yang akan kamu lakukan?" tanya luke lagi, menoleh ke arah ethan yang terlihat lelah. Ethan membuka kelopak matanya, mata elangnya menerawang jauh, wajah tampan itu terlihat acuh dan dingin.
"aku tak akan melakukan apapun, zahra tak ingin membalas perbuatan mereka"
Luke mengangguk paham, pria berkaca mata itu mengamati jalanan yang mulai memasuki halaman hotel.
"apakah kamu sudah menghubungi ommar?"
"belum.." geleng ethan menegakkan tubuhnya, ia bersiap-siap turun. Taksi berhenti tepat di depan hotel mewah itu
"anggap saja kita liburan di sini, seandai memang ommar yang kita kenal, pria yang jadi penyebab zahra di jual, aku tak bisa berbuat apapun, zahra tak ingin membalasnya" sambungnya seraya melangkah menuju meja resepsionis, hotel super mewah dengan dinding kaca mengelilingi.
Luke diam, langkahnya mengikuti ethan tanpa suara. Benaknya sedang berpikir keras, memikirkan ethan. Luke tahu ethan suka menolong,namun tidak pernah sejauh ini. Entah karena ethan pria kaya yang gabut, atau karena zahra orang indonesia. Namun hati luke merasa ethan sedikit berbeda kali ini, dugaannya mungkin ethan menyukai zahra.
Di dalam lift, menuju lantai kamar tempat mereka menginap, luke masih mengamati ethan. Mereka berteman sudah lama, namun luke menyadari ethan belum pernah memperkenalkan wanita spesial padanya.
Sejauh ini, luke belum pernah melihat ethan mencintai seseorang. Paling jauh yang pernah ia tahu, ethan hanya berkencan dengan beberapa perempuan, dan hanya berakhir di tempat tidur, just one night stand.
"kamu memiliki perasaan pada zahra kan?"
Pertanyaan tiba-tiba luke, membuat ethan menoleh terkejut, wajah ethan terlihat heran.
"sepertinya kita sudah pernah membahas ini luke, untuk apa kamu tanyakan lagi?"
"aku hanya penasaran.." jawab luke mengedikkan bahunya, senyumnya kembali terlihat tipis di wajahnya.
"kamu sedikit aneh, aku tahu kamu suka menolong, tapi dengan totalitas seperti ini, sepertinya hanya pada zahra"
"hahahahaha.." tawa sumbang ethan terdengar bergema di dalam lift yang terbuka lebar.
"itu hanya perasaanmu saja bung.." tukasnya melangkah keluar dari lift, tanpa menoleh ke arah luke yang masih menatapnya.
"aku masuk duluan.." ujarnya pamit, masuk ke kamarnya. Kamar mereka bersebelahan, kamar ethan lebih dekat dari lift tadi.
Ethan menyeret langkahnya, membuka alas kakinya dan melompat ke atas single bed.
Ia memesan kamar single untuknya dan luke, targetnya paling lama 4 harian saja di sini, jadi tak perlu mencari kamar vip, karena tujuannya bukanlah berlibur.
Ethan menguap seraya meregangkan tubuhnya, rasa kantuk dan lelah kembali menyerangnya. Tadi ketika di pesawat, ethan sudah membagi tugasnya dengan luke.
Ia akan mencari informasi zahra dan kampusnya, dan berusaha menemukan ponsel gadis itu, sementara luke lebih ke tugas yang berhubungan dengan hukum, mungkin ke kantor polisi atau juga ke kedubes RI.
Jika dalam 2 hari ini, mereka bisa menemukan semua dokumen dan identitas zahra, ethan akan menemui ommar, dan semoga saja ommar yang akan dijumpainya nanti, bukanlah ommar yang zahra maksud.
##########
"adiba.., ada seseorang yang mencari zahra di lobby" ujar vivienne berbisik, gadis perancis itu duduk di sisi adiba yang terkejut dari lamunannya
"siapa?" tanya gadis tunisia itu mengernyitkan keningnya penasaran, menatap vivienne yang mengedikkan bahunya
"nggak tahu.., tapi seorang pria.." vivienne celingak-celinguk seperti ketakutan, suaranya berbisik.
"seperti seorang mafia, tapi tampan"
Adiba memicingkan matanya. Menatap vivienne lekat, gadis perancis itu menganggukkan kepalanya meyakinkan.
"mungkin penculik zahra"
Adiba terperanjat kaget mendengar bisikan gadis berambut coklat kemerahan itu, rasa takut menghampirinya.
Rasa cemas di hati adiba berkecamuk kuat, informasi dari vivienne cukup membuatnya gelisah. Apakah dia harus menemui pria itu atau memilih mengabaikan saja, namun jika ternyata pria yang mencari zahra itu adalah orang yang bisa memberikan informasi tentang gadis itu, bagaimana.
Sungguh adiba bingung karenanya, namun tanpa ia sadari, kakinya melangkah membawanya menuju lobby. Kini ia berdiri mengamati ke sekeliling, mencari-cari orang yang mencurigakan.
Gadis manis berhijab itu celingukan, tiba-tiba sebuah suara mengagetkan dari belakangnya.
"kamu mencariku..?"
Adiba tersentak, dan dengan reflek menoleh cepat. Denyutan jantungnya membuat wajah gadis itu memias, wajah pria dengan rambut terikat, memakai jas semi formal, bertubuh tinggi dengan kulit putih pucat, menatapnya tajam penuh selidik.
"ah..anu.." terbata adiba gugup, lidahnya mendadak kelu. Tatapan bola mata coklat terang pria itu, membuatnya gelisah. Walau pria itu cukup tampan, namun aura mafianya sangat terasa, adiba merasa terintimidasi.
"kamu mengenal zahra?" tanya pria itu menaikkan alisnya sebelah, ethan merasa gadis di depannya ini sedang ketakutan.
Adiba menggeleng cepat, namun terlihat ragu, mata besar wanita itu menatap ethan curiga. Adiba juga terlihat celingukan dan berdiri dengan sangat tak nyaman.
"kamu siapa?" akhirnya adiba mampu bertanya tanpa terbata lagi, kini mata gadis itu menatap penuh selidik, walau suara tanyanya masih setengah berbisik.
"aku tahu siapa kamu" tukas ethan tanpa menjawab, wajahnya berubah sedikit ramah.
"kamu adibakan?, roommate zahra?"
Mata adiba membelalak lebar, tangannya dengan cepat di letakkan di bibir, meminta ethan memelankan suaranya. Gadis itu kembali celingukan ketakutan, ia sangat takut jika ada yang tahu dan mendengar obrolan mereka.
"bagaimana kamu mengenal zahra?" suara adiba masih berbisik, ethan menyadari gadis tunisia di depannya ini masih gelisah. Sebab mata adiba masih celingukan dan bahasa tubuhnya terlihat gugup dan cemas,
"maukah kamu berbicara denganku, terserah di mana saja, yang penting kamu merasa nyaman!"
Adiba mengangguk cepat,
"datanglah ke konsulat general tunisia besok jam 9 pagi, maaf aku tak bisa lama di sini, banyak mata-mata yang harus kuhindari"
Ethan mengangguk, senyum ramahnya mengembang di wajah tampannya itu, ia mengamati adiba yang berjalan cepat meninggalkannya. Ethan tahu gadis itu pasti ketakutan, terlihat gerakan gadis itu yang bolak-balik celingukan.
Bersambung..
