NovelToon NovelToon
Tetangga Idaman

Tetangga Idaman

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Romansa / Bercocok tanam
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Zhy-Chan

Arif Pradipta, begitu Emak memberiku nama ketika aku terlahir ke dunia. Hidup ku baik-baik saja selama ini, sebelum akhirnya rumah kosong di samping rumah ku di beli dan di huni orang asing yang kini menjadi tetangga baruku.

kedatangan tetangga baru itu menodai pikiran perjakaku yang masih suci. Bisa-bisanya istri tetangga itu begitu mempesona dan membuatku mabuk kepayang.
Bagaimana tidak, jika kalian berusia sepertiku, mungkin hormon nafsu yang tidak bisa terbendung akan di keluarkan paksa melalui jari jemari sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

¹¹ Pingsan

"Mbak? Mbak Rif baik-baik aja, 'kan?" Suara isak menyambut pertanyaanku.

"Mbak, kenapa? Apa yang membuat, Mbak menangis?" Kekhawatiran memenuhi pikiran.

Gegas aku berdiri dari tempat duduk dan menghampiri motor. Baru juga menyalakan mesin, sebuah suara menghentikan.

"Rif... Arif... mau ke mana, lu?"

Halah kepo, batinku. Aku gak mengindahkan panggilannya, karena yang ada di pikiran ku sekarang adalah Mbak Rifani seorang.

"Bayar dulu kopinya, sebelum minggat." Suara itu semakin kencang. Yaelah, gak tahu orang lagi buru-buru, apa? Ada aja halangan nya.

Aku lupa kalau sedang nongkrong sambil menunggu orderan penumpang di warung kopi. Air hitam panas yang tadi ku pesan itu masih ku nikmati beberapa seruput. Masih tersisa separuh cangkir lebih dan aku memang belum membayarnya.

Aku menghampiri mpok penjual kopi, membayarnya, lalu gegas menghampiri kekasih hati.

Di sepanjang perjalanan, aku hanya memikirkan telepon yang masuk tadi. Kenapa perjalanannya jadi terasa semakin lama? Aku iyain segera sampai di tempat Mbak Rifani dan memastikan keadaan tetangga ku itu.

Sengaja gak mampir rumah, langsung memarkirkan motor di pinggir jalan depan rumah Mbak Rifani, semoga Emak gak melihatku menghampiri wanita itu.

Sesampainya di teras, aku mengetuk pintu perlahan. Namun, sama sekali gak ada respon dari dalam, dan itu membuatku sangat khawatir.

Ku ambil gawai dari saku celana dan menghubunginya lagi. Berdering, tapi gak di angkat. Aku pun menelepon Angga. Nihil, Angga sedang berada di kampus sejak pagi dan gak mengetahui kakak nya ada di mana.

Karena pikiran lagi buntu, aku memutuskan untuk pulang ke rumah sebentar. Siapa tahu setelah mencuci muka nanti, pikiran jadi fresh dan bisa segera menemukan Mbak Rifani.

Mendengar suara motor yang ku parkir di depan rumah, Emak segera menghampiri dengan langkah lebar.

Ah... modiar, apa Emak tadi melihat aku menghampiri rumah Mbak Rifani dan sekarang beliau ingin memarahiku? Nyali ku menciut.

"Rif, ayo ikut!"

Emak menarik pergelangan tangan ku begitu saja, ekspresi wajah nya sulit ku deskripsikan, tapi yang jelas, aku semakin takut. Emak menyeret langkah ku menuju kamar dan mataku langsung di buat melotot ketika pintu di buka.

Wanita yang sejak tadi aku cari-cari, rupanya berada di kamarku sendiri. Matanya merem, wajah nya sembab. Beberapa bulir air mata membekas di pipinya yang putih bersih.

Kelihatan sekali kalo dia sedang gak baik-baik saja. Hati ku serasa di remas-remas melihat pemandangan ini. Namun, aku jadi penasaran, apa yang sebenarnya terjadi?

Ku tatap wajah Emak, tanpa menyuarakan pertanyaan, seolah beliau sudah tahu dengan tatapan heran ku.

"Neng Rifani tadi ke warung Emak, entah mau beli apa. Belum juga mengatakan apa yang dia butuhkan, sudah limbung duluan. Untung ada pembeli lain tadi, dia membantu emak memapahnya ke sini. Emak ajak ke sini, karena kamar mu yang paling dekat dari depan."

"Udah di kasih minyak angin, Mak?"

"Sudah, tadi."

"Wedang panas?"

"Belum sempat, emak terlalu khawatir, jadi bingung apa yang harus di lakukan."

Aku bergegas menuju dapur, mengupas jahe dan menjadikannya wedang panas untuk Mbak Rifani. Belum selesai menyeduh, Emak udah memanggilku dengan suara keras.

"Arif, sini, Rif, Neng Rifani sudah siuman."

Ku percepat gerakan dan segera kembali ke kamar, lalu ku sodorkan gelas bertangkai yang sudah berisi wedang buatanku.

"Mbak, minum ini dulu, Mbak. Biar perut nya hangat."

"Sini, biar, emak bantu."

Emak mengambil alih gelas yang ada di tangan ku, kemudian membantu meminumkannya pada Mbak Rifani.

Perempuan itu menurut, menyeruput minuman yang di sodorkan Emak perlahan, tapi kemudian wajah nya mengkerut-kerut. Sepertinya dia gak suka rempah-rempah. Meski begitu, dia tetap menyeruputnya sedikit demi sedikit, wanita yang pintar.

"Mbak udah baikan?" tanyaku ketika minumannya tinggal setengah gelas dan dia sudah menggelengkan kepala tanda ingin menyudahi kegiatan minum.

"Iya, Rif. Saya sudah mendingan."

"Neng tadi mau beli apa? Kok tiba-tiba jatuh pingsan di teras warung emak? Beli obat? Neng emang lagi sakit kah?"

Seperti gak mau menunda-nunda keingintahuannya, Emak memberondong Mbak Rifani dengan pertanyaan.

"Bukan, Bulek. Rifani tadi ke sini mau mencari Arif. Mau minta tolong mengantarkan ke suatu tempat. Namun, tiba-tiba rasanya pusing sekali. Setelah itu, Rifani sudah lupa apa yang terjadi, bangun-bangun sudah berada di sini."

"Oalah... pasti, Neng belum sarapan 'kan? Biar emak ambilin makan bentar ya?" Perempuan itu gak menolak, enggak pula mengiyakan.

"Ndak papa, sementara makan di kamar Arif dulu, Neng 'kan masih lemes," ujar Emak dari kejauhan, beliau sudah pergi meninggalkan aku dan Mbak Rifani berdua di kamar ini.

"Ini kamar nya, Arif?" tanya Mbak Rifani.

"Ehe, iya, Mbak."

Aku bergegas menuju dapur, mengupas jahe dan menjadikannya wedang panas untuk Mbak Rifani. Belum selesai menyeduh, Emak udah memanggilku dengan suara keras.

"Arif, sini, Rif, Neng Rifani sudah siuman."

Ku percepat gerakan dan segera kembali ke kamar, lalu ku sodorkan gelas bertangkai yang sudah berisi wedang buatanku.

"Mbak, minum ini dulu, Mbak. Biar perutnya hangat."

"Sini, biar, emak bantu."

Emak mengambil alih gelas yang ada di tanganku, kemudian membantu meminumkannya pada Mbak Rifani.

Perempuan itu menurut, menyeruput minuman yang di sodorkan Emak perlahan, tapi kemudian wajahnya mengkerut-kerut. Sepertinya dia gak suka rempah-rempah. Meski begitu, dia tetap menyeruputnya sedikit demi sedikit, wanita yang pintar.

"Mbak udah baikan?" tanyaku ketika minumannya tinggal setengah gelas dan dia sudah menggelengkan kepala tanda ingin menyudahi kegiatan minum.

"Iya, Rif. Saya sudah mendingan."

"Neng tadi mau beli apa? Kok tiba-tiba jatuh pingsan di teras warung emak? Beli obat? Neng emang lagi sakit kah?"

Seperti gak mau menunda-nunda keingintahuannya, Emak memberondong Mbak Rifani dengan pertanyaan.

"Bukan, Bulek. Rifani tadi ke sini mau mencari Arif. Mau minta tolong mengantarkan ke suatu tempat. Namun, tiba-tiba rasanya pusing sekali. Setelah itu, Rifani sudah lupa apa yang terjadi, bangun-bangun sudah berada di sini."

"Oalah... pasti, Neng belum sarapan 'kan? Biar emak ambilin makan bentar ya?" Perempuan itu gak menolak, enggak pula mengiyakan.

"Ndak papa, sementara makan di kamar Arif dulu, Neng 'kan masih lemes," ujar Emak dari kejauhan, beliau sudah pergi meninggalkan aku dan Mbak Rifani berdua di kamar ini.

"Ini kamarnya, Arif?" tanya Mbak Rifani.

"Ehe, iya, Mbak."

Aku baru menyadari jika belum membereskan kamar ini untuk menyambut kekasih hati. Yaelah, orang kejadian ini juga gak di rencanakan. Mbak, ku mohon jangan melihat ke mana-mana, fokus saja padaku yang tampan ini. Haish.

1
Tutian Gandi
apakah anak itu bukan Benih mu nata..melainkan benih nya Alex
dnr
jangan" rifani hamil anaknya si arif lagi pas mkan mlam itu
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
bagus sekali ❤️❤️❤️
kalea rizuky
lanjut
kalea rizuky
nata belok
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
astaga...alex n Nata ternyata terong malam terong
Tutian Gandi
kan...bener kah dugaan q..kalo mereka itu belok kanan dan belok kiri ..🤔🤔
dnr
kyknya nata sma pa alex ada serong dah
Tutian Gandi
kok q curiga sama bos nya ya...jgn2 si nata ada belok nya kali y....
Ardiawan
mantap
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!