Kegaduhan dunia sihir membawa malapetaka di dunia manusia, petualangan seorang gadis yang bernama Erika Hesly dan teman temannya untuk menghentikan kekacauan keseimbangan dunia nyata dan sihir.
apakah yang akan dilakukan Erika untuk menyelamatkan keduannya? mampukah seorang gadis berusia 16 tahun menghentikan kekacauan keseimbangan alam semesta?
Novel ini terinspirasi dari novel dan film Harry Potter, jadi jika kalian menyukai dunia fantasi seperti Harry Potter maka kalian wajib baca yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elicia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5
"Aaaa!!!!!!! ERIKAAAA!!!!" Teriakan itu berasal dari bibir Etor yang tengah dikejar angsa, Aku menatap nya sambil terbahak bahak.
Saat ini kami sedang mencari telur angsa emas yang sebagai campuran ramuan herbal, tanganku mengambil dua telur dari sarang angsa yang sekarang mengejar Etor.
"ETOR AYOO KITA PERGI!!" Teriakku
Setelah mendapatkan apa yang kami butuhkan aku dan Etor pergi, aku menepuk bahu Etor pelan.
"Sudahlah, lagipula kita sudah mendapat telurnya kan" ucapku saat melihat bahu Etor yang merosot karena marah padaku.
"Aku tidak menyangka kau akan menjadikanku tumbal Erika, kau jahat sekali" Etor melipat kedua tangannya di depan dada
"Ayolah....jika tidak seperti itu kita tidak bisa mengambil telurnya kan?" Bujukku
"Tetap saja, aku hampir mengorbankan nyawaku hanya karena kedua telur bodoh itu" kesal Etor
Yup, angsa dengan telur emas sangat berbahaya, apabila kita di patuk oleh mereka maka kita bisa membeku di tempat dan tinggal menunggu waktu sampai tubuh kita akan mati karena menjadi batu. Sebenarnya ada cara yang bisa di lakukan untuk mengatasi hal itu, yaitu dengan menyemprotkan air kencing naga yang bisa di dapatkan dari peternak naga.
Aku memiliki cairannya satu jam yang lalu sebelum Etor meninggalkannya di loker kelas, dan yah mau tidak mau aku menyuruhnya berlari sekencang mungkin untuk menyelamatkan diri.
"Ya baiklah...maafkan aku, aku akan mentraktir makan saat kita sudah menyelesaikan tugas kita" ucapku masih membujuknya.
Etor menatap wajahku sepertinya menganalisis adanya kebohongan dalam perkataan ku.
"Baiklah, aku jika kau memaksa" ucapnya kemudian berjalan mendahuluiku
Aku menggelengkan kepala mendengar jawaban Etor, bocah itu sangat mudah dibujuk, meskipun begitu dia adalah bocah genius yang mendapat peringkat pertama dalam kelas Potion saat ujian masuk.
"Hey bukan kesana tapi kearah sini!" Ucapku melihat Etor yang salah arah
Etor berbalik dan menuju kearah yang benar sambil membenarkan kacamatanya, aku sempat melihat semburat merah dari pipinya saat dia melewatiku.
"Ayo...kau lambat sekali Erika" ucapnya membuatku menggelengkan kepala.
***
Aku berada di rumah kaca dengan berbagai tumbuhan langka, saat ini kami sedang mengamati apakah obat yang barusaja kami buat bekerja dengan baik atau tidak.
"Erika tolong teteskan cairan ini kedalam biji bunga penjaga" ucap seorang gadis yang menggulung rambutnya dengan pena
Namanya Kira dia salah satu temanku di Kelas Potion, julukannya adalah genius herbal, umurnya lebih muda satu tahun dariku tapi dia sudah masuk ke Akademi Gilforda, jadi jangan salah jika dia sangat cekatan saat mengerjakan tugas.
"Berapa tetes?" Tanyaku padanya
Dia terlihat berfikir sebentar sambil mengetuk dagunya, itu adalah ciri khasnya yang membuatku gemas.
"Emm...2, cukup teteskan 2 tetes, satu ke bijinya dan yang satunya ke tanahnya" jawabnya menjelaskan
Mendengar penjelasan nya, saat ini aku mengenakan kacamata lap yang sapu tangan sihir untuk melindungi adanya kecelakaan saat kami melakukan penelitian.
Dengan hati hati aku meneteskan cairan dengan pipet ke biji bunga penjaga dan tanah yang menjadi wadah biji itu.
Tiba tiba pot bergetar saat aku selesai meneteskan cairannya, satu kecambah muncul dari biji kemudian disusul menjadi daun dan biji itu berubah menjadi tanaman bunga yang berwarna merah, bunga itu sangat indah.
Aku terlena dengan keindahannya sampai bunga itu menyemburkan asap berwarna ungu ke wajahku, membuatku terbatuk dan menyingkir dari tanaman itu.
"Hey...Erika kau tidak apa?" Etor bertanya hawatir.
Sedangkan Kira langsung melepas sarung tangan sihirnya dan mengambil sapu tangan dan membekap mulut dan hidungku, disana aku mencium aroma buah kunyit dan kelapa menjadi satu, aku yakin Kiara meneteskan cairan itu sebelum membekap mulutku.
"Etor, kau lanjutkan tugasnya aku akan mengantar Erika ke ruang kesehatan" ucap Kira menuntunku keluar rumah kaca.
Mendengar ucapan Kira sepertinya keadaanku sangat parah, mengingat bunga penjaga menyemburkan asap tepat di depan wajahku.
Saat sampai ruang kesehatan aku sempat melihat pantulan diriku di cermin, wajahku dipenuhi ruang ungu seperti jamur, dan tiba tiba mataku buram dan gelap.
Aku tidak mengingat apapun lagi setelah itu, yang terakhir bisa kudengar adalah suara Kira yang memanggil Nona Helti dengan panik.
Satu jam...
Dua jam...
Tiga jam...
Aku merasa cahaya masuk ke mataku, aku mengernyit sedikit demi sedikit, saat aku membuka mataku dengan sepenuhnya aku melihat langit-langit ruang kesehatan yang putih
Tubuhku terbaring lemah diatas kasur, aku melihat cahaya redup dari batu sihir menerangi ruangan, otakku kembali menghidupkan memori siang tadi, di mana aku sedang melakukan beberapa eksperimen dengan kedua temanku.
"Apa putri tidur sudah bangun" suara berat dari samping tempat tidur menyadarkan ku dari lamunan.
Kelapaku menoleh kesamping ke sumber suara, aku menemukan Azler yang tengah berbaring di ranjang sebelah dengan bertumpu pada tangannya.
"Hai" sapanya dengan wajah menyebalkan bagiku
tubuhku yang lemah membuatku tidak bisa duduk dan menendang wajah menyebalkan itu, sehingga aku hanya terbaring dan mengabaikannya.
"lagi-lagi kau mengabaikanku" ucapnya berpindah posisi menjadi duduk di sisi ranjangku
aku melirik kearah tangannya yang sedang memainkan sihir, disana terdapat pesawat kertas kecil yang melayang layang di tangannya.
"oh..apa kau tertarik?" tanyanya membuatku mengalihkan tatapanku
"apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku dengan sedikit kekesalan.
Dia menghilangkan pesawat kecil ditangannya sebelum memasukan tangannya di saku celana.
"aku sedang bersantai" jawabnya menatapku
"tapi tiba-tiba kau datang dan merusak rencanaku" lanjutnya membuatku menatapnya
"apa maksudmu merusak?" tanyaku
"yah...sebelumnya aku hanya berencana tidur disini sampai jam satu, tapi kau malah datang dengan segala kerusuhan yang ada, itu membuatku tidak bisa meninggalkan ruangan ini" ucapnya sambil melayangkan jari-jarinya di depan wajahku.
aku menepis tangannya, aku menatapnya dengan tajam, aku melihat reaksinya sedikit kesal saat aku melakukannya.
"kau harusnya berterimakasih karena aku menemanimu saat kau tidak sadarkan diri selama 3 jam" ucapnya menatapku.
"wah terimakasihhh untuk hal yang tidak perlu itu" sarkas ku.
Dia tertawa saat aku mengatakan itu, jarinya menyentuh ujung rambut di kepangku, matanya menyusuri wajahku menimbulkan perasaan tidak nyaman untukku
"kenapa kau menatapku seperti itu?" tanyaku kesal
"karena kau..." dia mendekatkan wajahnya membuatku menahan nafas saat wajahnya memperhatikan wajahku dari jarak yang cukup dekat.
"..seperti tupai berbulu merah" lanjutnya menarik diri.
aku menatapnya dengan tatapan tidak percaya, rasanya ingin sekali aku menendang kakinya seperti terakhir kali kami bertemu, tapi karena terhalang kondisi tubuhku yang lemah aku menahannya.
"oh...lihat...kau memerah..." ucapnya menunjuk wajahku.
Aku sangat ingin menampar tangannya seperti tadi tapi sebelum itu terjadi dia bangkit dari sisi kasurku dan berjalan kearah jendela, dia membuka jendela itu membiarkan cahaya bulan masuk kedalam ruangan.
"wah...ternyata sudah malam" ucapnya duduk membelakangi jendela
Beberapa saat setelah itu terdengar langkah kaki dari arah lorong, aku menatap kearah pintu, dan melihat Kira datang dengan membawa nampan makanan.
"kau sudah bangun Erika? Bagaimana keadaanmu?" tanya Kira berjalan mendekat
"yah cukup baik, tapi kenapa kau meninggalkanku dengan orang ini.." ucap ku kesal sambil menunjuk jendela yang...kosong.
Aku mencari cari kemana perginya Azler yang tadi berdiri di ujung jendela.
"siapa? Apa ada orang?" tanya Kira
"tadi ada orang di sini..." ucapku.
Kira terkekeh tidak percaya dia menempatkan nampan makanan di pangkuanku setelah membantuku duduk.
"hey semua orang sedang sibuk menghadiri kelas malam Nyonya Seti, jadi pasti kau berhayal" ucapnya sambil memasukan makanan ke mulutku.
"tidak...dia dari kelas lain kok, bukan kelas kita" ucapku sambil mengunyah makanan.
Kira menghentikan gerakan menyuapiku, dan menatap aneh.
"ini ruang kesehatan Kelas Potion, tidak ada yang bisa kemari selain kelas kita, jadi jangan berhayal" balasnya.
aku kembali memakan makanan yang disupkan Kira ke mulutku, sambil berfikir apakah aku berhayal atau tidak.
"tapi kupikir ruam di wajahmu akan lama hilangnya...tapi sekarang sudah hilang..." guman Kira saat menyadari ruam ungu di wajahku telah sepenuhnya menghilang.
Malam itu aku ditemani Kira untuk bermalam di ruang kesehatan, pikiranku masih berfikir tentang apa yang telah terjadi bukanlah imajinasi atau hayalanku saja, melainkan benar adanya.