3 tahun menikah, Yusuf selalu bersikap dingin terhadap Hazel.
namun saat Hazel memutuskan untuk pergi, Yusuf seperti orang gila mengejar cinta sang istri mati-matian.
Ikuti kisahnya hingga akhir ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sudah lelah
Melihat Yusuf dan Hazel bertengkar, Tyo yang semula akan membawakan kue ulang tahun untuk Hazel jadi tidak berani mendekat.
"Kau sudah mulai berani berbicara dengan nada tinggi padaku rupanya!" pekik Yusuf.
"Selama 3 tahun ini aku selalu menjadi istri yang penurut dan sabar menghadapimu mas, menunggumu bisa menerima dan mencintaiku. Tapi sekarang aku sadar kalau perasaan itu tidak bisa dipaksakan." netra Hazel berkaca-kaca.
"Apa maksudmu Hazel? Kau tidak tahu betapa besar pengorbananku untukmu. Aku rela meninggalkan Syifa hanya demi menerimamu sebagai istriku? Kenapa kau bersikap seolah-olah hanya kau yang menjadi korban di sini?" Yusuf tak terima mendengar perkataan Hazel.
"Kalau begitu ayo kita cerai saja mas, dengan begitu kau bisa kembali bersama mbak Syifamu itu!" Hazel menyarankan.
"Kau anggap aku apa Hazel! Kau pikir bisa datang dan pergi dari hidupku sesuka hatimu?! Kau tidak akan bisa semudah itu bercerai denganku!" Yusuf mengguncang kedua bahu Hazel dengan kuat.
"Kenapa kau tidak mau bercerai denganku mas? Apa kau sudah mulai mencintaiku?" tanya Hazel penuh harap. Andai saja Yusuf berkata iya, Hazel akan menerima seperti apapun Yusuf memperlakukannya selama ini.
"Jangan terlalu percaya diri, aku hanya tidak mau membuat keluarga besar kita kecewa dengan perceraian kita." kilah Yusuf.
"Dasar naif!" Hazel tertawa sinis mendengar jawaban sang suami.
"Kau tidak usah memikirkan perasaan orang lain mas, lebih baik pikirkan saja perasaan kita dulu." peringati Hazel.
"Kau sangat ingin bercerai denganku ya? Sampai-sampai kau tidak mau memikirkan perasaan orang lain. Egois!" pekik Yusuf.
"Ya aku memang egois karna telah memaksakan hubungan ini. Sekarang aku sudah lelah mas, aku ingin kita bercerai." Hazel tak bisa membendung air matanya lagi.
"Baiklah kalau itu maumu, kita bercerai saja. Aku harap kau tidak akan menyesali keputusanmu!" Yusuf sudah mulai terbakar emosinya.
"Ternyata kamu benar-benar tidak mencintai aku mas, sampai-sampai kamu tidak mau mempertahankan aku dan semudah itu menceraikan aku." hati Hazel berdenyut nyeri.
"Kita sudah bukan suami istri lagi sekarang, aku tidak bisa tinggal di atap yang sama denganmu lagi mas. Aku akan pergi." lirih Hazel.
"Ya pergilah sana! Aku tidak akan menahanmu lagi!" balas Yusuf. Wajahnya sudah memerah karna amarah.
"Baik, aku pergi. Jaga dirimu baik-baik mas." pamit Hazel.
Baru beberapa langkah berjalan Hazel menghentikan langkahnya di hadapan Tyo yang sedari tadi bersikap seolah tidak mendengar apapun.
"Kenapa berhenti? Apa kau berubah pikiran?" tanya Yusuf yang sedari tadi pandangannya tidak pernah luput dari Hazel.
"Tyo, sebelum tuanmu menikah lagi dengan mantan tunangannya, ada baiknya kau ajak dulu dia periksa ke dokter. Kami sudah 3 tahun menikah tapi hanya melakukan hal itu beberapa kali, itupun tidak pernah sampai tuntas." Beritahu Hazel.
Wajah Yusuf semakin memerah mendengar ucapan Hazel. Sedangkan Tyo hanya bisa menahan tawanya saja, Tyo tidak menyangka tuannya memiliki masalah dengan hal itu.
"Pantas nyonya minta cerai, ternyata tuan tidak mampu memuaskan nyonya ketika di atas ranjang." batin Tyo.
"Sialan kau! Kau pikir aku tidak mampu!" murka Yusuf.
Yusuf sangat tahu betapa Zayn mencintai Hazel, karna itu Yusuf selalu merasa bersalah pada Zayn setiap kali akan menyentuh Hazel. Bukan karna tidak mampu seperti yang dikatakan Hazel.
"Kau pikirkan saja sendiri!" Hazel tertawa mengejek seraya berlalu pergi, meninggalkan Yusuf hanya dengan asistennya saja.
"Shit!" Yusuf akan memberi pelajaran pada Hazel andai tidak ada Tyo bersama mereka. Yusuf akan membuktikan pada Hazel kalau dia sangat mampu memberi kepuasan pada wanita itu.
"Tuan, kenapa anda membiarkan nyonya pergi?" tanya Tyo dengan dahi mengkerut.
"Biarkan saja dia pergi! kalau amarahnya sudah mereda pasti dia akan kembali." balas Yusuf dengan wajahnya yang ditekuk.
"Lalu bagaimana dengan kue ulang tahun ini tuan?" tanya Tyo lagi.
"Untukmu saja!" balas Yusuf seraya berlalu ke dalam rumah.
"Andai aku tahu tuan punya masalah dengan alat reproduksinya, aku akan memberikan tuan obat China yang terbaik." Tyo menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
***
***
"Kau yakin dengan keputusanmu Hazel, akhirnya kau akan bercerai dengan suami dinginmu itu?" tanya Ara sahabat baik Hazel.
"Hem, keputusanku sudah bulat! Aku tidak mau menyia-nyiakan hidupku yang berharga dengan mencintai orang yang salah lagi." balas Hazel lantang.
"Bagus! Akhirnya kau sadar juga!" Ara menepuk pundak Hazel dengan bangga. Akhirnya Hazel membuat keputusan yang tepat.
Selama ini Ara gemas sendiri melihat sahabatnya selalu bertahan meskipun diperlakukan sewenang-wenang oleh Yusuf.
"Kau harus meminta harta gono-gini yang besar pada Yusuf, uang itu bisa kau gunakan untuk berkencan dengan pria yang berbeda setiap harinya! Biar tahu rasa si Yusuf itu!" Ara menyarankan.
"Idemu bagus juga. Akan aku lakukan!" disetujui oleh Hazel.
"Kalian semua bersenang-senanglah, malam ini semuanya aku yang traktir!" teriak Hazel yang sudah naik ke atas meja. Semua orang bersorak gembira menyambut perkataan Hazel.
"Hazel, sepertinya kau sudah mulai mabuk. Ayo cepat turun!" Ara membantu Hazel untuk turun dari meja.
"Hey, aku ini kuat minum tahu! Aku tidak akan mabuk hanya dengan meminum beberapa gelas saja." racau Hazel.
"Ayo kita bersenang-senang!" Hazel mengangkat gelasnya tinggi-tinggi, kemudian meminum minuman beralkohol itu lagi entah untuk keberapa kalinya.
"Sudah cukup! Jangan minum lagi!" Yusuf merebut paksa gelas itu dari Hazel.
"Kau! Kenapa wajahmu sangat mirip dengan pria kejam dan dingin itu!" Hazel menepuk-nepuk pipi Yusuf.
"Mulutmu itu bau alkohol tahu!" pekik Yusuf. Yusuf benar-benar tidak tega membiarkan Hazel pergi dari rumah larut malam seperti ini, karna itu Yusuf mengikuti Hazel.
"Bukan cuma wajah, tapi suara dan cara bicaramu juga sangat mirip dengan pria impoten itu!" Hazel tertawa mengejek.
"Impoten katamu!" wajah Yusuf memerah karna malu bercampur amarah.
Ara yang sedari tadi mendengar percakapan sepasang suami istri itu hanya bisa menundukan wajahnya saja.
"Eh, kau mau membawaku kemana?" pekik Hazel saat Yusuf tiba-tiba menggendongnya ala bridal.
"Membuktikan padamu kalau aku tidak seperti yang kau katakan!" Yusuf tersenyum smirk.
Bersambung.