Ayuna begitu mencintai suaminya, meskipun selama pernikahan ia tak pernah menikmati hasil kerja suaminya. Seiring berjalannya waktu, Ayuna akhirnya menggugat cerai suaminya. Mampukah Ayuna jauh dari pria yang sangat dicintainya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Kesebelas
Tubuh Romi mendadak kaku dan lidahnya terasa keluh, ia bingung untuk menjelaskan semuanya kepada istrinya.
"Jawab, Mas!!! Jangan diam saja!!" desak Ayuna dengan suara tinggi.
"Itu punya temanku, Yuna. Dia memintaku untuk mengisi pulsa," jelas Romi.
"Rajin sekali kamu membantu temanmu itu?" singgung Ayuna. "Apa dia tidak bisa mengisinya sendiri harus menyuruhmu untuk melakukannya?" lanjutnya bertanya.
"Ya, karena aku sering ke minimarket," jawab Romi beralasan.
"Lalu Rino?"
"Itu nomor teleponku yang aku isi pulsa."
"Jangan bohong, Mas!!" sergah Ayuna.
"Aku tidak berbohong, Yuna."
"Jadi, uangmu selama ini habis hanya untuk mengisi pulsa?" tanya Ayuna.
"Ya," jawab Romi dengan cepat.
"Aku tidak percaya!!" Ayuna meninggikan suaranya. "Memangnya sepenting apa dirimu di toko itu sampai mengisi pulsa menghabiskan uang separuh gajimu?" lanjutnya.
Romi sejenak terdiam.
"Apa kamu punya wanita lain?" tuding Ayuna.
"Ayuna, kamu bicara apa? Aku tidak punya wanita lain!!" Romi menyanggah tuduhan istrinya.
"Lalu kemana uang gajimu, Mas?" tanya Ayuna lagi.
"Ya, untuk kalian!" jawab Romi.
"Kamu tidak memberi utuh," ucap Ayuna.
"Karena aku harus membagi-baginya," jelas Romi membuat Ayuna menggelengkan kepalanya sebab tak percaya.
"Jika kamu berbohong, aku tidak akan segan meninggalkanmu!!" ancam Ayuna.
"Kamu tidak mungkin melakukan itu. Kamu takkan berani, aku yakin!" Romi begitu percaya diri.
"Selama ini aku sudah bersabar, Mas. Jika aku menemukan kebohongan besar darimu. Aku takkan segan berpisah darimu!" tegas Ayuna.
"Kamu ingin berpisah dariku?" Romi menatap wajah istrinya
"Ya!" tegas Ayuna lagi.
"Kamu itu sangat mencintaiku. Apa kamu yakin berpisah dariku? Aku tahu kamu hanya mengancam aku saja!" ujar Romi percaya diri.
"Aku serius, Mas. Aku akan menepati ucapanku jika kamu berani mengkhianati aku!!" tegas Ayuna.
Romi tertawa sinis, ia yakin istrinya tak seserius itu. Romi percaya bahwa Ayuna begitu tergila-gila padanya.
"Kamu menyepelekan aku?" Ayuna menatap wajah suaminya dengan amarah karena Romi memandangnya sinis.
"Ayuna, sudahlah. Jangan menambah masalah, hal begini saja kamu permasalahkan," ujar Romi.
"Tentunya aku permasalahkan karena semua gajimu tidak tahu kemana arahnya," kata Ayuna.
"Aku 'kan sudah jelaskan kepadamu," ucap Romi.
"Tapi, aku belum puas dengan alasan yang kamu berikan," ujar Ayuna.
"Terserah kamu saja," Romi pun melangkah ke kamar mandi.
Beberapa menit kemudian, Romi selesai membersihkan diri. Ayuna yang memang menunggu suaminya lantas beranjak dari tempat duduknya di ranjang.
"Malam ini aku akan menginap di rumah Rere," kata Ayuna.
"Ayuna, jangan seperti anak kecil," ucap Romi sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Aku ingin menenangkan diri dan berpikir," kata Ayuna.
"Kamu masih memikirkan kemana uang gajiku lari?" tanya Romi.
"Iya," jawab Ayuna.
Romi menghela napas.
"Aku ingin mencari bukti-bukti," kata Ayuna.
"Kamu tidak akan pernah menemukan bukti, aku tidak mengkhianatimu atau menyimpan rahasia apapun," ujar Romi.
"Jangan terlalu percaya diri, Mas!"
Romi tertawa sinis.
"Sebelum kamu menyesal, maka bicara jujur padaku," kata Ayuna.
"Aku menyesal? Apa yang harus aku sesali? Tak ada rahasia diantara kita," ucap Romi.
"Oh, jadi kamu tidak merasa menyesal jika aku pergi meninggalkanmu?"
"Aku tidak pernah menyesal, Ayuna. Kamu yang akan menyesal," ejek Romi.
"Baiklah, kita lihat saja nanti. Siapa yang akan menyesal diantara kita dan mengemis?" tegas Ayuna kemudian melangkah ke lemari pakaian mengeluarkan beberapa potong pakaian.
"Kamu serius menginap di rumah Rere?" tanya Romi.
"Ya, aku serius. Sampai aku membuktikan bahwa semua tuduhan aku tidak benar," jawab Ayuna.
"Baiklah, jika kamu memang maunya begitu," Romi tampak pasrah, ia tak dapat mencegah kepergian istrinya.
Ayuna sudah selesai berkemas, ia lalu keluar kamar sembari menyeret koper kecilnya. Semua mata penghuni rumah tertuju kepada Ayuna.
"Mau ke mana?" tanya Mida.
"Dia mau menginap di rumah temannya, Bu." Jawab Romi yang menyusul langkah kaki istrinya.
"Memangnya di rumah temannya ada acara?" tanya Mida lagi.
"Dia ingin menenangkan pikiran, Bu. Dia menganggap aku membohonginya," jawab Romi.
"Romi anak yang baik dan jujur, bagaimana mungkin dia berbohong. Pasti pikiran kamu itu yang selalu buruk memandang putraku," ujar Mida.
"Mas Romi adalah anak Ibu, tentunya baik buruknya pasti Ibu akan membelanya. Jadi, percuma aku menjelaskan mulai dari mana bicara. Ibu juga takkan percaya," kata Ayuna.
"Ya, karena Ibu yang mengandungnya dan merawatnya," ucap Mida.
"Jadi, hari ini Ibu urus semua keperluan Mas Romi," kata Ayuna lagi.
"Kamu 'kan istrinya, kenapa jadi Ibu yang harus mengurus Romi?" tanya Mida.
"Romi sepertinya lebih tunduk, patuh dan sayang kepada Ibu. Jadi, sementara ini biar Ibu saja yang menggantikan posisiku sebagai seorang istri. Lagian uang gaji bulanan Mas Romi, Ibu juga menikmatinya," jawab Ayuna.
"Wajar dong seorang anak laki-laki memberikan uang belanja kepada ibunya, Mas Romi anak pertama di keluarga ini. Jadi, dia harus memenuhi kebutuhan kami," sahut Rani.
Pandangan Ayuna berpindah ke Rani, ia lalu berkata, "Aku berharap semoga kelak ketika kamu menikah, suamimu tidak seperti kakakmu."
Rani terdiam.
"Aku pamit dulu!" Ayuna pun berlalu dengan menggunakan sepeda motor miliknya, ia melesat ke rumah sahabatnya.
Setelah Ayuna pergi dari rumah, Mida lantas mendekati putranya. "Berapa lama dia kabur dari rumah?"
"Paling cuma semalam, Bu."
"Yakin, hanya semalam?" tanya Mida.
"Iya, Bu. Dia itu tak bisa jauh dariku," jawab Romi dengan terlalu percaya diri.
Mida pun mengangguk percaya.
Kurang lebih 10 detik kemudian, Mida kembali bertanya kepada Romi, "Apa sebenarnya yang dituduhkan dia?"
"Dia menuduhku berselingkuh," jawab Romi.
"Dia memang pantas diselingkuhi, kamu itu tampan. Seharusnya bisa mendapatkan wanita yang lebih cantik dan kaya," ucap Mida.
"Itu masalah gampang, Bu. Aku hanya kasihan saja dengan dia yang terlalu tergila-gila padaku," kata Romi bangga.
"Lepaskan saja dia kalau begitu!" sahut Rani lagi.
"Kalian yakin menyuruh Kak Romi berpisah dengan istrinya?" Mayang dengan cepat memotong pembicaraan anggota keluarga lainnya.
"Ya, dia memang tidak berguna di rumah ini," kata Rani.
"Jika Romi dan Ayuna berpisah, Ayah tak ada uang pemasukan!" sahut Anton.
"Aku akan memberikan uang kepada Ayah!" kata Rani melirik Mayang.
"Kak Rani 'kan belum bekerja, uang dari mana?" celetuk Rino.
"Nanti kalau aku kerja seluruh kebutuhan Ayah dan Ibu aku yang tanggung!" ucap Rani.
"Banyak cakap!!" gerutu Mayang.
"Mayang, kamu kenapa selalu iri saja dengan adikmu?" Mida ternyata mendengar suara mengedumel putrinya.
"Jelas aku iri, karena Ibu selalu membelanya," cetus Mayang.
"Kamu harusnya sadar diri, Rani lebih unggul darimu!" kata Mida membuat hati Mayang terasa perih.
"Lebih baik aku mengikuti cara Kak Ayuna juga!" kata Mayang yang air matanya ditahan.
"Mau kabur juga? Memangnya ada teman yang menampung?" ledek Rani.
"Sok-sok mau kabur juga, makan saja masih Ibu yang nanggung!" sahut Mida berceletuk.
"Kamu pikir enak tinggal di jalanan sana?" Anton menatap putrinya.
"Selama membuatku tenang dan bahagia, kenapa tidak!" kata Mayang.
jangan-jangan ibu mertua nya temannya Ayuna.. kalau gak salah ibunya Diki atau siapa dehh di bab sebelumnya 😂
Wahh.. main belakang mereka!! 🤨
lanjutttt terus Mam 🤩💪💪