Perjalanan NusaNTara dan keluarga didunia spiritual. Dunia yang dipenuhi Wayang Kulit dan Hewan Buas yang menemani perjalanan. Mencari tempat-tempat yang indah dan menarik, demi mewujudkan impian masa kecil. Tapi, sebuah tali yang bernama takdir, menarik mereka untuk ikut dalam rangkaian peristiwa besar. Melewati perselisihan, kerusuhan, kelahiran, kehancuran dan pemusnahan. Sampai segolongan menjadi pemilik hak yang menulis sejarah. Apapun itu, pendahulu belum tentu pemilik.
"Yoo Wan, selamat membaca. Walau akan sedikit aneh."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Benua Tropes
"Suara ombak."
Ombak bergantian menabrak tebing di pinggir laut. Para kepiting menguatkan cengkeraman mereka pada tebing agar tidak terseret ombak. Beberapa burung menukik ke permukaan air untuk menangkap ikan. Matahari muncul sepenuhnya tanda sunrise berakhir. Beberapa kapal bergoyang pelan karena gelombang air laut.
Di sebuah kapal yang berlabuh di dermaga, terlihat orang-orang sibuk mengangkat barang keatas kapal. Kapal itu bermodel kapal layar yang ditengahnya terdapat layar besar yang menggantung di tiang tengah, seperti kapal abad pertengahan. Di sekitar kapal adajuga beberapa kapal kecil milik nelayan. Mereka menurunkan kotak yang berisi ikan hasil tangkapan mereka.
Dua orang pria berjalan beriringan di dermaga, melewati orang-orang yang sibuk mengemasi barang.
"Aaahhh, bau laut. Bau yang sangat jarang ku cium." ucap salah seorang pria yang berbadan besar berotot.
"Itulah, kau jangan hanya terus berada di hutan. Sesekali pergilah ke pesisir, mencari suasana yang berbeda." balas temannya yang bertubuh tinggi ramping.
"Memangnya kau sering pergi ke laut? Kau ka selalu bergelantungan di pohon." ucap pria besar.
"Jangan salah. Aku sering pergi kelaut untuk cari souvenir." balas pria ramping.
"Halah, paling kau menjarah kapal." ejek pria besar.
"Hei,hei. Bukan menjarah, hanya menyapa." ucap pria ramping terkekeh.
Mereka naik keatas sebuah kapal. Di sana ada seorang pria lain yang sedang berdiri bersandar di pagar kastil, bagian depan kapal. Wajahnya terlihat serius seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Oi, Tigris. Dimana Galdomes?" tanya pria besar.
Tigris isyarat keatas dengan telunjuknya. Pria besar memandang keatas, ke kokoh, sebuah lingkaran yang ada di atas tiang utama, sebagai tempat pengamatan. Dia melihat seorang pria sedang bermain gitar dan bersenandung.
"Ku pergi tinggalkan kau, oh, kasi~ih."
"Oi, Galdo." panggil pria besar.
Galdo segera memandang kebawah melihat siapa yang memanggilnya.
"Yoo, Maximus, Savas, kalian sudah datang." ucap Galdo dengan riang.
"Apa hanya kita yang akan pergi? Mana Bartelsi?" tanya Maximus si pria besar.
"Dia di tangkap para 'Pretos'." ucap Tigris menyela.
"Apa? Bagaimana bisa?" ucap Savas seakan tak percaya mendengar kabar itu. Dia tidak menyangka orang seperti Bartelsi bisa tertangkap.
Pretos (Preman Mitos) adalah sebutan untuk para petinggi organisasi kriminal bernama 'Terbiti'. Organisasi ini berisi 2 kelompok, Pretos yang beranggotakan makhluk mitos sebagai pemimpin dan minoritas, Siluman yang beranggotakan manusia yang bisa berbah menjadi hewan sebagai pasukan dan mayoritas. Mereka adalah kelompok kriminal terbesar dan penjahat utama dalam cerita.
"Genderuwo yang menangkapnya. Kami berdua tidak sengaja bertemu dengannya ketika perjalanan kesini. Kami sempat bertarung, tapi dia menggunakan 'Mantra Teleportasi' dan membawa Bartelsi pergi." ucap Tigris geram mengingat kejadian itu.
"Tidak mungkin kalian kebetulan bertemu. Mengingat Genderuwo mahluk yang licik." ungkap Savas.
"Lalu sekarang bagaimana?" sambung Maximus.
"Kita tinggalkan urusan Bartelsi. Kita lanjut ke misi kita sekarang. Tenang saja, aku punya kenalan di Terbiti." ucap Galdo meringankan ketegangan.
"Ya sudah. Kita lanjut saja ke misi. Aku percaya Bartelsi tidak akan semudah itu di kalahkan." ucap Savas berfikir positif.
"Oke. Sudah diputuskan. Apa semua barang sudah dibawa?" tanya Tigris bersikap sebagai pemimpin. Dia juga tidak boleh hilang fokus sebagai pemimpin karena masalah lain.
"Aman." balas Maximus sambil menunjuk tas di punggungnya. Galdo juga mengacungkan jari jempolnya.
"Savas, kau yang pegang kemudi. Maxim, kau angkat jangkar. Galdo, awasi dari atas, kau bawa teropongkan?" atur Tigris.
"Kapal yang mengirim teropongku di bajak. Jadi, ya...hilang." jelas Galdo pasrah.
"Nih, pakai punyaku." Tigris melemparkan teropong berbentuk kepala elang.
"Wooow, mantap. Aku bisa memantau loli dari kejauhan dengan ini." Galdo terlihat senang mendapat teropong itu. Dia langsung mencoba memakainya.
"Wuuuu, ada loli sedang pergi sekolah." ucap Galdo.
Tigris menghiraukan tingkah Galdo dan pergi ke butiran kapal. Maxim sedang menarik tali jangkar. Savas bersiap di kemudi yang ada di buritan kapal. Tigris pergi ke pinggiran buritan. Dia memanggil seseorang dan melempar beberapa koin. Dia isyarat untuk melepaskan tali yang mengikat kapal dengan pasak di dermaga. Orang itu membalas dengan jempolnya. Merekapun berlabuh meninggalkan dermaga.
"Sampai jumpa loli sayang." teriak Galdo ke arah perkotaan yang ada di dekat dermaga.
...****************...
"Tuan Bares, kita harus menaklukkan Pulau Kawung kalau kita ingin menguasai seluruh Benua tropis." ucap laki-laki yang lebih muda.
"Begitu kah?" sahut Tuan Bares.
"Iya, karena pulau itu adalah pulau yang paling kuat dari pada kelima pulau lainnya. Kalau kita bisa menaklukkannya, pulau yang lain akan menjadi mudah untuk di taklukkan." jelas laki-laki muda itu.
"Hmmm, masuk akal. Dari mana kau tau?" tanya Tuan Bares.
"Aku mendapat beberapa jarahan setelah membajak sebuah kapal di laut Katulistiwa. Ada buku yang menggambarkan keseluruhan Benua Tropis." ungkap laki-laki muda dengan bangga.
Laut Katulistiwa adalah laut yang memisahkan antara bagian atas dan bawah Planet Gestro. Bagian atas planet adalah daratan hijau yang disebut Tropis dan bagian bawah adalah daratan es yang disebut Tropes. Itu adalah jalur pelayaran utama di dunia ini.
"Kau sepertinya masih suka membajak. Apa kau tidak takut mereka akan memburumu?" ucap Tuan Bares.
"Tenang saja. Kelompokku semuanya orang kuat. Kalau mereka berani memburuku, mereka akan kami tenggelamkan." ucap laki-laki dengan sombong. Tuan Bares hanya mengangguk sebagai tanggapan.
"Kita tidak perlu repot-repot melakukan penaklukan. Cukup hanya mencari "Batu Sunma" untuk menghancurkan daratan seberang. Sekarang tim ekspedisi khusus sedang mencarinya. Tapi masalahnya, lokasinya batu yang lain belum ditemukan. Kita punya satu pecahannya yang disegel di kerajaan." jelas Tuan Bares.
"Memangnya batu itu sangat kuat, ya? Sampai bisa menghancurkan seluruh Benua Tropis?" tanya laki-laki penasaran.
"Sepertinya kau tidak dapat buku yang membahasnya. Dan kau jangan menyebut Benua Tropis ketika di depan orang kerajaan, itu adalah hal tabu. Kau bisa di hukum." ucap Tuan Bares memberi peringatan.
"Oh, aku belum tau hal itu. Lihat, aku juga dapat helm aneh. Ini bisa melihat benda yang jauh." Laki-laki itu menunjukkan sebuah helm yang terdapat kacamata seperti lensa teropong. Dia kemudian memakainya.
"Cukup unik." pendapat Tuan Bares.
"Hmm, aku melihat ada kapal. Sepertinya menuju ke sini." ungkap laki-laki muda.
"Hah? Kotes, coba berikan padaku." Tuan Bares meminta helmnya Kotes.
Kotes memberikan helmnya dan langsung dipakai Tuan Bares. Tuan Bares melihat sebuah kapal berlayar ke arah mereka. Dia mencoba memeriksa awak kapal. Dia terkejut ketika melihat seekor harimau bertaring panjang duduk di ujung haluan kapal. Dia melepas helmnya dengan ekspresi panik. Kemudian dia langsung bangkit dan melempar pancingannya.
"Kotes, cepat kembali dan panggil orang kerajaan. Bahaya sedang mendekat." desak Tuan Bares.
"Hmm, kapal apa memangnya itu?" tanya Kotes bingung.
"Bilang pada penjaga gerbang, bahaya merah, kode: Hendispur. Cepat, tidak ada waktu bertanya." desak Tuan Bares memberitahu hal yang perlu Kotes lakukan.
Kotes mengganguk dan bergegas pergi. Dia menaiki kereta luncur yang ditarik beberapa rusa kutub. Kotes langsung melesat kencang di atas salju. Tuan Bares melihat kotes telah pergi dan kembali mengawasi kapal.
"Sial, pasti seluruh Benua Tropes akan ricuh."umpat Tuan Bares.
...****************...
"Daratan terlihat." ucap Galdo yang sedang meneropong.
"Bersiap semua." perintah Tigris.
Setelah mengucapkan itu, Tigris melangkah ke ujung haluan kapal. Tubuhnya bertranformasi menjadi harimau bertaring panjang. Kemudian dia duduk di ujung haluan kapal. Maximus juga ikut bertranformasi menjadi gajah berbulu bergading besar dan melengkung ke dalam. Penampilannya seperti Mahmut. Savas juga ikut bertranformasi.Tubuhnya bertranformasi menjadi monyet Bekantan dengan hidung besar. Suasana berubah menjadi sangat tegang. Mereka menunjukkan ekspresi serius.
"Hooooo, ternyata dia yang mencuri barangku."
Galdo melihat seorang pria sedang menggunakan helm miliknya. Pria itu juga sedang mengawasi mereka.
"Kau melihat seseorang, Galdo?" tanya Savas.
"Ya, dan dia adalah orang yang mencuri teropongku." balas Galdo dengan seringai tipis. Sepertinya dia memikirkan sesuatu yang gila.
"Itu bagianmu." ucap Savas sembari menyetir.
Galdo menurunkan teropongnya dan berkata "Tentu saja." Dia tersenyum lebar. Dia memancarkan energi hitam pekat, bersemangat ingin segera bertarung.
"Akhirnya. Semoga kau sehat, Tigres" ucap Tigris.
...****************...
NusaNTara sudah berada di luar rumah. Tara sudah hilang kesedihannya.
"Tara, ajari aku bagaimana cara menggunakan Aji." pinta Nusa dengan sungguh.
"Ayo kita duduk dulu." Tara mengajak Nusa duduk di kursi panjang. Mereka duduk dengan posisi lotus.
"Sebelum kau mulai latihan, kau harus tau beberapa kekuatan yang sering digunakan sekarang, agar kau bisa menilai lawanmu. Kau siap?" tanya Tara.
"Ya." jawab Nusa serius.
"Di dunia ini, ada tiga konsep energi. Pertama, Energi Aji. Energi Aji adalah energi yang dihasilkan di dalam tubuh. Dengan merubah testosteron menjadi Energi Aji. Itulah mengapa hanya laki-laki yang bisa menguasai Energi Aji, karena kita menghasilkan testosteron dalam jumlah yang banyak. Berbeda dengan perempuan yang hanya mengahasilkan sedikit testosteron." jelas Tara.
"Terus, Ibu kita?" sela Nusa karena bingung ibu mereka bisa menggunakan kekuatan.
"Mereka berbeda. Sebut saja mereka agak lain." balas Tara seakan menghina ibu mereka.
"Energi Aji bisa menguatkan tulang, otot dan organ kita. Energi ini mengalir di seluruh tubuh seperti darah. Jadi hanya bisa di gunakan di dalam tubuh. Kalau ada orang yang bisa mengeluarkan Energi Aji dari dalam tubuh mereka dan melapisi tubuh mereka dengan Energi Aji, berarti mereka menguasai teknik tingkat lanjut, yaitu Aura. Seperti ini."
Tara menunjukkan bagaimana wujud Aura. Sebuah energi transparan mengalir menutupi tangannya. Energi itu melapisi area yang diinginkan Tara. Kemudian Energi itu hanya menutupi telunjuk Tara. Nusa memperhatikan dengan seksama.
"Setelah kau bisa mengeluarkan Aura, kau harus belajar mengontrolnya, seperti ini. Kau juga bisa memusatkan Auramu untuk meningkatkan fungsi anggota tubuh yang kau inginkan, contohnya mata."
"Apa kau juga menggunakan Aura untuk mengintip?" sarkas Nusa. Tara tiba-tiba memasang kepalan tangan yang berlapis Aura di bawah dagu Nusa. Dia menatap tajam ke Nusa dan mendengus.
"Bercanda, woi." ucap Nusa sedikit takut. Tara menarik tangannya.
"Aku tidak memakai Aura. Itu kemampuan mataku." balas Tara menanggapi sarkas Nusa.
"Paham?" tanya Tara. Nusa mengangguk polos.
"Kedua, Energi Spiritual. Energi Spiritual konsepnya mirip seperti Energi Aji, tapi adanya di alam terbuka. Perlu bantuan alat untuk bisa mengontrol dan menggunakannya. Cara kerjanya sama dengan Aura, yang membedakan adalah Energi Spiritual bisa di ubah wujudnya. Api, Air, Angin, Tanah dan lainnya sesuai penguasaan individu. Energi Spiritual juga bisa dilepaskan, seperti di lemparkan dan di tembakkan. Orang yang menguasai teknik tingkat lanjut bisa melapisi senjata mereka dengan Energi Spiritual, bahkan orang yang sudah ahli bisa melepaskan energi menggunakan senjata mereka. Begini prakteknya."
Tara menarik keris miliknya. Dia mengalirkan Energi Spiritual pada kerisnya dan kerisnya menjadi berapi. Tara mengayunkan kerisnya dan melakukan sebuah tebasan, api itu melesat sesuai arah tebasan Tara dan menghilang. Nusa takjub melihatnya.
"Kalau eneginya sedikit, akan hilang di tengah jalan. Biasanya para ahli bela diri menggunakan tambahan sumber kekuatan berupa batu spiritual atau mengukir Aksara di alat bantu itu. Ada juga beberapa orang gila yang mengukir Aksara di tubuh mereka, yang disebut Tatto. Ada yang berupa tulisan, dan yang lebih ekstrim Aksara itu di buat menjadi gambar. Bisa juga Aksara di ukir di senjata."
Tara menunjukkan kerisnya yang terukir Aksara di tengah bilahnya.
"Yang ketiga, yang paling kuat dan yang paling sangat sedikit orang yang menguasainya, karena syarat menguasainya yang mudah tapi sangat susah. Mantra. Ini bukan energi, tapi teknik kontrol dan perwujudan imajinasi. Teknik ini di temukan oleh sembilan orang yang dijuluki "Wali Songo". Mereka bermeditasi dan mendapat pencerahan, bahwa ada entitas yang sangat tinggi yang mengatur seluruh semesta. Akhirnya mereka menyembah dan memuja entitas itu dan mendapat kemampuan, membuat setiap kata yang di ucapkannya bisa menciptakan sesuatu di luar nalar. Memindahkan gunung, membelah lautan, menguras danau, bisa mereka lakukan. Mereka mengandalkan keyakinan sebagai sumber kekuatan mereka, yang mana terdengar mudah, tapi nyatanya sangat sulit. Hanya keyakinan murni yang bisa melakukan hal tadi."
"Berarti sangat sulit untuk di kuasai?" tanya Nusa.
"Sebenarnya mudah. Hanya perlu yakin. Tapi yang aku maksut 'menguasai' di sini adalah sampai bisa memindahkan gunung, tidak ada yang bisa melakukannya sekarang. Karena ya...meyakini sesuatu yang tidak terlihat itu sangat sulit. Apalagi orang yang realistis seperti kau, yang perlu bukti fisik untuk percaya."
"Dan untuk kedua ibu kita..." Tara berhenti sejenak menghela nafas. Nusa memperhatikan, menunggu Tara melanjutkan dengan ekspresi serius.
"Mereka punya tubuh Spiritual. Mereka bisa mengendalikan Energi Spiritual sesuka hati, batasannya sesuai kapasitas Aji yang dimiliki. Untuk ibu kita, mereka bisa melayangkan atau merubah bentuk benda tanpa menyentuhnya. Untuk alasan kenapa mereka seperti itu belum di ketahui pasti. Yang pasti, mereka bisa menghasilkan testosteron dalam jumlah besar seperti pria. Bukan berarti mereka laki-laki, hanya saja sistem kerja testosteron mereka kemungkinan sama, sehingga bisa menghasilkan Energi Aji. Wanita yang punya tubuh Spiritual kehidupan mereka sangat menderita, karena mereka sangat di benci orang."
"Kenapa? Bukannya bagus kalau perempuan punya kekuatan?" ucap Nusa tidak setuju.
"Namanya juga minoritas. Juga, banyak buku yang menjelaskan kebencian pada wanita yang punya tubuh Spiritual. Seperti tidak bisa punya anak, nanti suaminya di hisap energi Ajinya ketika berhubungan, dan lainnya."
"Terus, kita ini apa? Apa kita bukan anak kandung ibu kita?" tanya Nusa mempertanyakan asal mereka.
"Bukankah sudah kubilang, ibu kita itu agak lain." ucap Tara sedikit jengkel karena Nusa tidak faham-faham.
"Berarti kita agak lain juga?" canda Nusa terkekeh.
"Iya, makannya kita cacat." sarkas Tara.
"Hahahaha." mereka tertawa lepas membicarakan kondisi mereka.
"Brak." pintu rumah Nusa terbuka dengan keras. Ternyata Ibu Tara mendobrak pintu dan melangkah keluar. Sebuah gulungan benang melayang mengenai kepalanya dari belakang.
"Aduh." respon Ibu Tara.
"Pelan-pelan bukanya." ucap Ibu Nusa geram melihat tingkah adiknya.
"Maaf, kak." Ibu Tara berbalik memandang NusaNTara.
"Nusa, Tara, kalian harus pergi mencari Pisang Raja dan cari Barni, suruh Barni pulang. Ini misi kalian berdua. Kerjakan sekarang." perintah Ibu Tara dengan berdecak pinggang.