Langit tak pernah ingkar janji
Dihina karena miskin, diremehkan karena tak berdaya. Elea hidup di antara tatapan sinis dan kata-kata kejam. Tapi di balik kesederhanaannya, ia menyimpan mimpi besar dan hati yang tak mudah patah.
Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran untuk melanjutkan sekolah di kota.
Apakah elea akan menerima tawaran tersebut? Apakah mimpi elea akan terwujud di kemudian hari?
Penuh teka teki di dalamnya, jangan lewatkan cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kegabutanku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
"Yaudah kalau gitu, ayo."
Mereka berdua pergi meninggalkan Cafe dan pulang ke kost masing- masing.
Sampai di kos Elea masih saja senyum- senyum sendiri.
Ya siapa lagi yang saat ini bisa membuat Elea tersenyum senang kalau bukan Candra.
"Good Nite El," isi pesan Candra malam itu berhasil membuat jantung Elea berdebar- debar.
"Nite kak," jawab Elea.
Baru kali ini, Elea merasa jantungnya berdegup kencang.
"Kok aku jadi gini ya? Kenapa hatiku selau berdegup kencang saat bersama kak Candra." Gumam Elea sambil memegang dadanya yang tak karuan.
Tok...tok...tok...
"Siapa ya?" Ucap Elea, lalu ia membuka pintunya.
"Ellll..." Teriak Vita sambil merentangkan tangannya.
"Vitaaaaa... Kok tumben banget sih malem- malem kesini? Ada apa?"
"Aku bawa makanan buat kamu, pasti kamu lupa makan."
"Hehehe... Sipaling tau. Yaudah ayok masuk dulu." mereka berdua berbincang- bincang selepas menikmati santap malamnya.
"Oh ya Vit, kamu pernah jatuh cinta nggak?" mendengar pertanyaan Elea membuat Vita mengernyitkan keningnya.
"Hmmm... Belum sih. Memangnya kenapa?"
"Hehehe... Aku cuma penasaran saja sih Vit. Jatuh cinta itu rasanya seperti apa."
"Kalau yang aku lihat- lihat di film dan juga ku baca di novel katanya berdegup kencang sih saat bersama orang yang kita sukai."
"Ohh yaaa?? Masak seperti itu?"
"Iya katanya." Elea hanya mengangguk mendengar penuturan dari Vita.
"Kenapa memangnya? Kamu sedang jatuh cinta?"
DEG....
"E-enggak..." Elea merasa gugup mendengar perkataan Elea.
"Hayooo ngaku..." goda Vita
"Enggak kok. Tidur yuk, sudah malam. Bisa- bisa besok kita telat ke kampusnya."
"Ihhh nggak seru banget, padahal aku ke sini mau ngobrol sama kamu."
"Mau ngobrolin apa, hmm?"
"Tau nggak, kemarin aku ketemu sama kak Jefri tau. Tambah ganteng." Ucap Vita dengan penuh semangat.
"Ohhh ya? Dimana? Gimana kabar dia? Udah lama ya kita nggak ketemu dia."
"Di mall sih, tapi sayangnya kemarin hanya sekelebat aja. Jadi, aku nggak bisa nyamperin dia." Jawab Vita dengan lemas.
"Suka ya sama kak Jefri?"
"Enggakk... Enggak mungkin, aku sama dia kan bagaikan langit dan bumi. Mana mungkin juga dia bisa suka sama aku?"
"Maksudnya?"
"Ya... Secara kan aku nggak secantik perempuan di luar sana. Bahkan, tipe- tipe kak Jefri kan harus cantik." Jawab Vita melemas.
Emang gitu ya readers, cewek itu memang suka insecure dengan dirinya sendiri.
"Emang darimana kamu tau type kak Jefri?"
"Nebak aja sih."Jawab Vita sambil garuk- garuk kepala.
"Jangan suka merendah, kamu cantik tau tetap jadi diri sendiri. Jangan suka nggak percaya diri gitu dong."
"Ya... Habisnya siapa juga yang suka sama anak se tomboi aku?"
"Ehh... Kok gitu sih? Kita cantik di mata orang yang tepat. Udah fokus kuliah dulu nanti kita pasti akan menemukan tambatan hati seiring berjalannya waktu."
Lama - lama suara mereka mulai memudar satu sama lain.
Mereka berdua pindah ke alam mimpi begitu saja saat mereka sudah lelah mengobrol.
"El... El... Itu bukannya kak Jefri ya?" Ucap Vita sambil menepuk bahu sahabatnya tersebut.
"Mana Vit?"
"Itu lho, yang jalan di lobby." Vita menunjuk ke mana arah perginya Jefri.
"Eh iya ya, lagi apa dia kesini?" Jawab Elea dengan penuh rasa heran.
"Samperin yuk."
"Tapi Vit, kita kan harus ke kelas sebentar lagi pelajaran di mulai loh."
"Yahhh... Padahal aku seneng banget mau ketemu sama dia."
"Cieee sukaaa yaaa..."
"Ihh apaan sih El." Ucap Vita sambil malu- malu namun tak dapat dipungkiri jika pipi Vita sudah memerah bak tomat direbus.
"Cieee pipinya merah." Elea terua saja menggoda sang sahabat.
"Udah ayo masuk, keburu dosennya datang."
"Aduh- aduh, udang rebus nya mulai keluar deh."
Vita menggeplak tangan Elea karena ia sangat malu di ceng- ceng in.
Sepulang dari kuliah, Elea tengah buru- buru untuk langsung pergi ke cafe.
BRUKKKK....
"Maaf... Maaf saya nggak sengaja." Ucap Elea sambil merapikan buku yang berserakan.
"Elea... Kamu Elea kan?" Sapa lelaki tersebut. Mendengar suara lelaki yang sudah tidak asing lagi tersebut Elea pun mendongakkan wajahnya.
"Kak Jefri, ngapain disini?" Ucap Elea yang tengah keheranan.
"Aku pindah kuliah disini. Kamu apa kabar El?"
"Ba-baik kak, kenapa kakak pindah? Bukannya kakak harusnya masih di luar negeri ya?"
"Panjang banget ceritanya, next kita ngobrol lebih panjang lagi ya."
"Bo- boleh. Tapi, maaf ya kak aku harus buru- buru ke cafe dulu. Permisi..." Elea segera berlalu menuju ke tempat parkiran. Ia tidak mau dimarai bos nya karena telat masuk.
"E...ellll.... Tung..." Belum selesai ia berbicara Elea sudah berlalu pergi meninggalkan dia.
"Yahh... Belum sempat aku meminta nomor ponselnya." Ucap Jefri frustasi.
"Kenapa ya, dia seperti menghindari aku?" Gumam jefri sendirian kala itu.
"Itu bukannya kak Jefri ya? Aku samperin aja deh. Barang kali dia masih ingat aku."
"Kak Jefri kan?" Sapa Vita
"I-iya. Kamu siapa?" Tanya Jefri bingung.
"Astaga kak, masa kamu lupa sih? Aku Vita temen nya Elea."
"Aaa... Iya, Vita. Aku baru ingat sorry...sorry... Gimana kabar kamu? Kuliah disini juga?"
"Baik kak, iya aku kuliah disini bareng El. Kalau kamu?" Ucap Vita menggantung.
"Ohh...ini, aku pindah kuliah disini juga sih." Jawab Jefri yang terlihat kurang fokus.
"Kakak ada masalah ya?"
"Masalah? hmmm... Enggak kok. Memangnya kenapa?"
"Soalnya aku ajak bicara sejak tadi nggak banyak responnya."
"Ee... Itu, mungkin aku lagi kepikiran mau mencari ruang perpustakaan sih."
"Oow gitu, yaudah ayo aku antar."
"Enggak usah nggak apa- apa kok. Aku bisa sendiri."
"Udah jangan nolak, ayo aku antar kamu sepertinya masih baru disini."
"Hehehe iya juga sih." Jawab Jefri sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ayoo... Aku harap nggak ada penolakan." Elea pun menggeret tangan Jefri begitu saja.
Akhirnya jefri hanya mengikuti kemauan Vita yang mengajaknya pergi.
"Nahh... Disini kak, kakak bisa mencari buku apa saja disini. Ohh ya, kalau kakak perlu apa- apa bisa hubungi wa aku aja." Jawab Vita.
"Okee..."
"Ini simpan aja nomorku." Vita sambil menyerahkan ponselnya agar Jefri bisa mencatat nomornya.
"Oh ya, kamu ada nomor Elea juga nggak?" jefri pun malah bertanya hal demikian. Seketika raut wajah Vita berubah.
Disisi lain, Elea yang tengah mengendarai sepedanya ia sambil ngedumel.
"Hufttt... Untung saja tadi Vita nggak lihat. Coba aja kalau lihat, pasti dia salah paham sama aku."
"Ell... Tungguin." Ucap Candra yang membututinya dengan motor.
Namun, Elea tidak menghiraukannya justru ia melajukan sepedanya.
Hingga akhirnya ia sampai di tempat kerjanya dan ia juga masih di buntuti oleh Candra.
"El..."
.
.
Visual jefri, tungguin bab selanjutnya gaiss ..🥰