Bukan bacaan untuk bocil.
Setiap manusia terlahir sebagai pemeran utama dalam hidupnya.
Namun tidak dengan seorang gadis cantik bernama Vania Sarasvati. Sejak kecil ia selalu hidup dalam bayang-bayang sang kakak.
"Lihat kakakmu, dia bisa kuliah di universitas ternama dan mendapatkan beasiswa. kau harus bisa seperti dia!"
"Contoh kakakmu, dia memiliki suami tampan, kaya dan berasal keluarga ternama. kau tidak boleh kalah darinya!"
Vania terbiasa menirukan apa yang sang kakak lakukan. Hingga dalam urusan asmarapun Vania jatuh cinta pada mantan kekasih kakaknya sendiri.
Akankah Vania menemukan jati diri dalam hidupnya? Atau ia akan menjadi bayangan sang kakak selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Berapa yang mama butuhkan?" Tanya Albian dengan wajah datarnya.
"Tidak banyak kok nak, cuma 3 Milyar." Jawab Sarah.
"Whatt!!! 3 Milyar?!" Mata Albian, Khanza dan Vania membelalak tajam mendengar ucapan sang mama. Khanza meresa terkejut dengan nominal yang begitu fantastis yang di minta sang mama, Vania terkejut karna sang mama melebihkan jumlah nominal dari yang seharusnya. Sedangkan Albian hanya terkejut sesaat setelah itu ia kembali memasang wajah datarnya.
"Baiklah, aku akan mentransfer uang itu pada mama besok pagi." Balas Albian dengan santainya. Uang 3 Milyar memang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan harta kekayaan yang ia miliki sekarang.
"Benarkah?" Tanya Sarah dengan mata berbinarnya.
"Terima kasih nak. Kau memang menantu kesayangan mama." Sarah memeluk Albian dengan sangat erat.
"Ya sama-sama mah." Albian berusaha melepaskan diri dari pelukan sang mama mertua.
"Ayo sayang kita kembali ke kamar." Albian menarik lengan sang istri tercinta setelah berhasil lepas dari pelukan mama Sarah.
"Ini sudah larut malam, kalian menginap di sini saja untuk malam ini." Ucap Khanza sebelum berlalu meninggalkan mama Sarah dan Vania.
"Tidak usah sayang, kami akan langsung pulang saja. Terima kasih atas segalanya." Teriak Sarah sebelum Vania dan Albian masuk ke dalam lift yang akan membawa mereka kembali ke lantai lima.
"Mah, kenapa mama meminta uang sebesar 3 Milyar? Bukannya kita hanya butuh 2 Milyar saja." Tanya Vania setelah mereka hanya tinggal berdua saja.
"Diam kau! Dasar anak bod*h!" Umpat Sarah sembari menatap wajah Vania dengan tajam.
"Uang 1 Milyarnya, akan mama gunakan untuk menyelesaikan pembangunan cabang restoran sea food milik mama!" Beritahu Sarah dibarengi dengan senyum simpul yang menyungging di atas bibir merahnya.
"Oh." Vania hanya bisa ber oh ria saja. Vania tak terlalu terkejut karna sudah hafal dengan watak sang mama.
***
***
Seperti yang Sarah katakan sebelumnya, setelah urusan mereka di rumah Khanza dan Albian selesai mereka berdua langsung pulang.
Padahal Vania sangat ingin menginap di rumah sang kakak, karna tubuhnya sudah terasa sangat lelah dan tak kuat untuk menyetir mobil lagi. Tapi apalah daya karna ucapan sang mama adalah perintah bagi Vania.
"Turunkan mama di sini!" Titah Sarah setelah mereka sampai di kawasan perumahan elit tempat Sarah dan keluarganya tinggal.
"Tapi mah, rumah kita masih beberapa ratus meter lagi. Aku antar mama sampai rumah saja ya." Ucap Vania sembari terus melajukan mobilnya.
"Mama bilang turunkan mama di sini!" Titah Sarah lagi dengan nada yang semakin meninggi. Dengan terpaksa akhirnya Vania menepikan mobilnya di tepi jalan.
"Mah ini sudah jam satu dini hari, aku khawatir kalau mama pulang sendirian dengan berjalan kaki." Cemas Vania.
"Siapa bilang mama pulang sendirian, Rizky akan menjemput mama sebentar lagi. Nah itu dia." Sarah menunjuk seorang pria remaja yang tak lain adalah Rizky adik Vania yang sedang melaju menuju mereka dengan motor maticnya.
"Tapi aku sangat lelah mah, apa boleh aku tidur di rumah mama malam ini?" Vania berkata apa adanya, tulang-tulangnya terasa remuk akibat dipukul sang mama seharian.
"Dengarkan mama baik-baik Vania! Karna mama tidak akan mengulanginya lagi!" Ucap Sarah dengan rahangnya yang mengeras.
"Mulai saat ini, kau tidak boleh menginjakan kakimu di rumah mama lagi sebelum kau mengenalkan calon suamimu pada mama!"
Deg!
Mendengar ucapan sang mama, jantung Vania jadi merasa tidak aman. Baru juga Vania membatalkan lamarannya dengan Keanu, sekarang mama Sarah sudah menuntutnya untuk segera menikah.
Huhf!
Vania hanya bisa menghela napas berat.
"Kak, kenapa kakak nganterin mama sampai sini sih! Kenapa gak sampai rumah aja!" Kesal Rizky yang merasa tidurnya terganggu karna harus menjemput mama Sarah.
"Sudah jangan bicara dengan dia! Mulai sekarang anggap saja dia bukan kakakmu!" Kata Sarah pada sang putra.
"Benarkah? Apa aku boleh menjitak kepala wanita itu sekarang mah? Karna dulu dia sering melakukannya kepada aku dan Rendy." Ucap Rizky dengan nada yang meledek.
"Hust! Mama tidak pernah mengajarkanmu untuk berbuat kasar pada perempuan!" Sarah mengingatkan.
"Kau! Berani kau padaku!" Kesal Vania dengan suara beratnya.
"Tentu saja berani, Karna kau bukan kakakku lagi sekarang." Tantang Rizky disertai senyum smirknya.
Selama ini Vania selalu bersikap semena-mena terhadap kedua adiknya, terutama Rizky. Sangat berbeda dengan kak Khanza yang selalu memperlakukan adik-adiknya dengan baik.
"Ini saatnya untuk balas dendam." Batin Rizky.
"Kalau begitu aku tidak akan menutupi kesalahanmu lagi karna aku bukan kakakmu." Vania tersenyum licik, melihat senyum sang kakak wajah Rizky kini berubah menjadi pucat.
"Kau jangan coba-coba kak---" Ucapan Rizky menggantung di udara karna Vania memotong ucapannya.
"Asal mama tahu ya, Rizky pernah membawa seorang perempuan menginap di rumah saat mama dan papa pergi kondangan ke rumah bude Darmi di Solo." Beritahu Vania dengan lantang.
"Apa!!! Berani kau mengotori rumahku dengan membawa seorang perempuan hah!" Pekik Sarah sembari memukul Rizky dengan tas tangan yang ia bawa.
"Aw! Ampun mah." Rizky meringis kesakitan.
"Kau itu baru kelas 3 SMP tapi sudah berani main perempuan!" Kemarahan Sarah semakin tak terkendali, ia menyerang Rizky dengan membabi buta.
"Ampun mah, ini tidak seperti yang mama pikirkan. Dia itu sahabatku dan kami tidak melakukan apapun." Rizky membela diri, tapi Sarah yang sudah diselimuti kabut amarah tak mendengarkan penjelasan Rizky.
"Rasain! Siapa suruh mencari gara-gara denganku!"
Vania tertawa puas melihat keributan diantara mama dan adik kandungnya. Setelah puas tertawa, Wanita cantik itu masuk ke dalam mobilnya. Meninggalkan mama Sarah dan Rizky begitu saja.
Tapi saat mobil Vania keluar dari komplek perumahan mama Sarah dan mulai memasuki jalan raya, tawa Vania berubah jadi tangis pilu.
"Huhf. Kenapa hidupku jadi begini? Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Tanya Vania entah pada siapa.
Mobil SUV berwarna merah itu melaju tak tentu arah dengan begitu kencangnya, membelah heningnya jalanan ibu kota yang masih beristirahat dari para penguasa jalanan.
Bersambung.
gitu amat sikapnya 😡😡