NovelToon NovelToon
Salah Pilih

Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: yu odah

mengabdi pada imamnya dengan sepenuh hati tetapi Justru derai air mata dan darah yang Inara terima.
Suami yang sangat ia cintai ternyata menghianatinya, hancur hati Inara mengetahuinya dan semakin membuatnya terpuruk saat kehancuran rumah tangganya ternyata ada campur tangan ibu mertuanya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu odah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pergi

Dan di ruangan sempit itu pun terulang kembali perbuatan terlarang kedua orang tersebut.

Rusdi yang sudah tak bisa lagi menahan godaan Kesya pun akhirnya luruh, kini pria itu pun terus menghentakan tubuhnya di belakang Kesya, kesempatan yang hanya beberapa menit tak di sia-siakan keduanya dan permainan singkat itupun usai kala Rusdi mencabut juniornya dan menyemburkan larva putih ke dinding kamar mandi.

"Kenapa tidak di dalam Pak?" protes Kesya lirih.

Rusdi menggeleng cepat karena ia tak ingin kalau nantinya akan menimbulkan masalah baru.

"Tenang Pak Rus..saya masih rutin suntik pencegah hamil kok"

Rusdi hanya tersenyum masam lalu membasuh juniornya.

"Pak Rusdi lama banget" ucap Kelvin begitu Rusdi datang dari ruangan dalam rumah.

"Maaf Vin...Bapak harus cari test pen dulu."

Drrt drrt.

Dahi Rusdi mengerut lalu mengambil ponsel di saku celananya.

"Lain kali aku ingin di keluarin di dalam ya Pak" pesan Kesya di iringi notifikasi transferan yang membuat Rusdi tersenyum puas lalu ia pun membalas dengan cepat.

"Ya Bu ..."

Sore pukul lima seperti biasa, Rusdi sampai di rumah, senyum Inara menyambutnya.

"Ceria banget hari ini Mas?" tanya Inara.

"Ah ..biasa saja Na, kau sudah lama pulang?"

"Sudah satu jam yang lalu Mas, mau mandi? Aku ambilkan handukmu dulu."

Rusdi mengangguk lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh, sedang Inara menyiapkan makan di atas meja.

"Ibu di mana Na?"

"Ibu sedang bantu masak di rumah bu Rt, buat pengajian nanti malam Mas, sebelum berangkat ibu sudah makan kok."

Inara tersenyum melihat Rusdi makan dengan lahap.

"Mas...bu Lurah nawarin aku masak di kantin milik saudaranya, bayarannya lumayan Mas."

Rusdi menatap Inara heran" apa kau tak cape Na, sudah bantu bu Lurah, kini mau bantu di kantin."

"Kalau kegiatan bu Lurah kan nggak setiap hari, dan di rumah beliau juga sudah ada Sari, sedangkan di kantin sedang keteter karena koki satunya sedang sakit."

"Lalu jam berapa kau akan pulang ke rumah dan membereskan rumah kita Na?"

"Aku pulang seperti biasa Mas, soalnya itu kan kantin sekolah jadi kalau anak-anak pulang aku juga otomatis pulang."

"Terserah kau saja lah Na."

"Jadi aku boleh kan kerja di kantin Mas?"

Rusdi mengangguk setuju, membuat Inara tersenyum lega.

Inara mencuci peralatan makan dengan semangat, hari ini Bu lurah memberi gajih selama satu minggu, dan ia sudah membeli sepasang sepatu pantofel untuk suaminya sebagai hadiah dari gajih pertamanya.

"Mas ...."

"Heum.."

"Aku ada sesuatu untukmu" Inara berjalan memasuki kamar dengan dua tangan ia sembunyikan ke belakang tubuhnya, Rusdi hanya melihat sekilas tanpa semangat karena ia tetap fokus pada ponselnya.

"Mas...lihat ini" cicit Inara.

"Apa Na"

Rusdi menjawab tanpa mengalihkan matanya dari ponsel.

"Aku beli sepatu kerja untukmu, agar kau tak harus memakai sepatu itu setiap hari."

Rusdi memandang bungkusan si tangan Inara lalu mengambilnya tanpa semangat.

"Gimana Mas?" tanya Inara antusias.

"Hmm cukup pas ukurannya si kakiku, terima kasih Na" ucap Rusdi datar lalu menaruh kembali sepatu ke dalam plastik bungkusannya dan menggeletakkan begitu saja di lantai.

Inara memungut kembali sepatu tersebut lalu dengan hati-hati menaruhnya di belakang pintu agar besok pagi Rusdi bisa langsung memakainya.

"Aku ngantuk Na...ayo kita tidur."

Inara pun menurut dan ikut merebahkan tubuhnya di sisi Rusdi, bayangan akan mendapat perlakuan mesra setelah memberi hadiah ternyata sia-sia, bahkan Rusdi tampak biasa saja menerima pemberian hadiah darinya.

Pagi hari seperti biasa Inara memasak dengan lauk yang cukup enak karena ada uang tambahan dari gajihnya, setelah sarapan keduanya berangkat beriringan setelah Rusdi memintanya untuk memasukan baju ganti agar tidak bau keringat saat mengajar Kelvin les.

"Mungkin aku pulang agak telat Na, ada satu mata pelajaran Kelvin yang susah ia mengerti jadi harus ekstra waktu."

"Ya Mas..hati-hati di jalan Mas"pesan Inara antusias sambil melambaikan tangan pada Rusdi.

Inara datang di sambut dengan senyum Endah yang sudah menunggunya di teras halaman.

"Bagaimana Na...apa suamimu mengijinkanmu kerja di kantin, tadinya Ibu yang akan minta ijin pada Rusdi."

"Nggak usah Bu ..Mas Rusdi sudah setuju kok kalau Ina jaga kantin."

"Bagus, kalau begitu kita langsung berangkat In, hari ini kita survei dulu ...kira-kira kau betah nggak kerja di sana nanti" jelas Endah lembut.

Inara mengangguk setuju.

"Ayo Gi ..kita berangkat."

Inara duduk di samping Egi yang memegang kemudi, pria tampan berbibir merah itu hanya melirik sekilas tanpa membalas anggukan Inara.

"Cih..sombong banget ponakan Bu Endah, mungkin anak pulung kali, nggak ada bau-bau sopannya sama sekali" batin Inara kesal.

"Ina...nanti tugasmu hanya memasak saja, masalah belanja dan cuci perabotan biar yang lain, pokoknya tugasmu hanya satu, ingat itu" terang Endah dan Inara hanya mengangguk mengerti.

Endah sudah mewanti pemilik kantin untuk tidak membuat Inara cape, dan ia sudah memperingatkan dengan tegas dan memberi sanksi pada pemilik kantin tersebut agar anak angkat kesayangannya itu tidak mendapat intimidasi.

Bangunan kantin yang terletak di belakang sekolahan itu cukup luas, tempatnya pun rapi dan nyaman karena memang kantin tersebut merupakan bagian dari sekolah yang terdiri dari anak tingkat dasar sampai menengah atas.

"Bagaimana Na? Kamu suka?" tanya Endah dan Inara pun mengangguk senang.

"Iya bU..enak tempatnya bersih dan luas" jawab Inara.

"Kalau begitu ayo kita ke dalam sekalian berkenalan dengan karyawan lain."

Inara mengekor Endah masuk ke dalam kantin di mana ada empat karyawan lain yang sedang bersiap dan mereka kebanyakan berumur sepantaran dengan Inara.

Setelah saling memperkenalkan diri, mereka pun kembali pulang.

"Na tolong kau ajari Sari untuk memasak, setidaknya meski tak seenak masakanmu tapi rasanya bisa masuk di lidah kami, dan masaknya pun mononton, kurang kreatif, ibu terpaksa turun tangan kalau dia masak."

"Memangnya masakan Sari kenapa Bu?"

"Entahlah Na..setiap dia yang masak pasti anak-anak juga Bapak makannya tidak banyak, beda kalau kamu yang masak, pasti laris bahkan nambah, ya kan Gi?"

"Hah ..e..iya Tan" jawab Egi gugup karena ia pun merasakan hal tersebut, sarapan yang di masak Sari sangatlah asin dan berbau bumbu yang aneh.

Inara keluar dan berpapasan dengan Elic.

"Gimana Bu ..jadi Ina ..kerja di kantin?"tanya Elic.

"Jadi Lic...mulai besok."

"Yaa... makan kita jadi seperti dulu lagi dong Bu" rengek Elic sedih, sebenarnya Endah pun berat melepas Inara tapi karena permintaan pemilik kantin ia tak bisa menolaknya.

Inara diam-diam ke dapur di mana Sari tengah meracik bahan yang akan di masak.

Sementara di ruang keluarga Elic beberapa kali menghentakan kakinya kesal.

"Ah ..gara-gara bang Ibnu ..Inara jadi pergi dari sini" ujar Elic ketus.

"Sudahlah Lic, apa kau tak kasihan, kakakmu selalu tidur dan rela menginap di rumah sahabatnya agar ia tak bertrmu tatap dengan Inara di rumah ini, kakakmu masih sedih kalau harus bertemu Inara setiap hari Lic, apa kau tidak kasihan pada kakakmu satu-satunya itu heum?."

1
Holipah
Inara tolol suami penyakit masih mau aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!