The Crazy Kultivator

Langit langit dan sekitarnya menjadi berwarna biru. Tanah, pohon, bunga, kecuali kereta kuda dan tiga orang termasuk kusir. Sepertinya kusir itu terkena obat bius, dia masih belum bangun meskipun keadaan di sekitarnya aneh.

"I ini, ini formasi blue moon!?" ujar Jiang Jimi mengetahui sesuatu.

"Apa itu?"

Jiang Jimi menatap heran Zhen yang tidak tahu formasi terkenal ini. "J jangan bilang kau juga tidak tahu formasi ini? Astaga, ini formasi terkenal!? Kau benar benar tidak tahu?"

"Katakan saja apa itu formasi blue moon!?" tanyanya menekan.

"I itu, formasi ini adalah formasi mematikan yang biasanya digunakan untuk membunuh seseorang. Kabarnya tidak ada yang selamat kalau kau terjebak didalam formasi. Jadi, kita akan mati disini?!" ujar Jiang Jimi langsung terlihat panik. "B b b bagaimana ini? A aku akan, akan mati disini!? Ak aku tidak mau mati!? Selamatkan aku!?" rengeknya sembari mengguncang guncang lengan Zhen.

"Tenanglah, setidaknya aku akan selamat dari sini." ujarnya santai.

"B bagaimana dengaku?" tanya Jiang Jimi menunjuk dirinya sendiri.

"Mati." menyebalkannya Zhen mengatakan itu sambil tersenyum polos.

Rasanya Jiang Jimi ingin meninju wajah itu. Enak saja orang gila itu bilang dirinya mati. Tidak sebelum dia jadi kultivator kelas Heaven and earth. "A aku tidak akan mati semudah itu!?"

Tiba tiba Zhen menarik bocah itu ke belakangnya.

Jleb jleb

Serangan dadakan dua pecahan kaca. "Apa itu?"

"Itu salah satu serangan formasi blue moon!? Blue Glass Rain dan serangan itu beracun!?"

Tidak lama setelah itu pecahan kaca lainnya datang. Kereta kuda yang kokoh langsung hancur lebur karena serangan Blue Glass Rain. Pak kusir bahkan sudah mati. Zhen langsung menangkis semua kaca kaca itu dengan dua belati yang ia kendalikan. Tidak hanya ia tapi juga Jiang Jimi ikut membantu. Siapa sangka ternyata bocah itu tangguh juga menangkis semua hujan kaca ini.

"Hei, kau tahu banyak tentang formasi kan? Bagaimana cara menghancurkannya?" tanya Zhen.

"Cara tercepat adalah mencari mata formasi dan menghancurkannya. Tapi untuk melakukannya kau harus mencapai ranah Spirit king!? Karena yang akan menemukannya adalah jiwamu. Tapi menemukan mata formasi didalam formasi itu sendiri lebih sulit daripada mencarinya di luar. Yang ada kau akan mati duluan dari pada keluar hidup hidup!?" jelas Jiang Jimi.

"Heh, itu tidak akan terjadi!? Lindungi aku!? Akan kubuat baj*ngan itu merasakan akibatnya!?" Zhen bersembunyi di belakang Jiang Jimi.

"A apa? Hei!? Tunggu!?" berkat Zhen, Jiang Jimi jadi semakin kewalahan menangkis serangannya.

Zhen duduk bersila untuk mengeluarkan Jiwanya mencari mata formasi. Jiwanya berhasil keluar, dilihatnya bocah bernama Jiang Jimi itu masih bertahan. Dia punya potensi.

Dari pada itu ia harus fokus mencari mata formasi. Qi Zhen menyebar untuk mencari mata formasi. Pandangannya menjadi hitam lekat, tapi terlihat cahaya biru pada beberapa pohon. Tepatnya ada lima mata formasi yang diletakkan di lima pohon sekitarnya. Dan ia juga melihat musuh yang mengaktifkan formasi ini bersembunyi dibalik formasi. "Kik kik kik kik, ketemu kau baj*ngan!?"

Setelah menemukan mata formasi Zhen langsung kembali ke tubuhnya. Ia langsung menyerang lima pohon yang ia lihat ada mata formasi.

PRANG

Suara pecahnya formasi membuat musuh yang menjebak mereka kaget. Dia langsung berlari melarikan diri. Tapi tidak semudah itu. Zhen menarik kaki orang itu dengan rantai hitam. Semakin dekat orang itu, Zhen mengikat tubuhnya juga dengan rantai.

"Ugh!? Ugh!?"

"Siapa kau?" tanya Zhen.

trak

Pria itu menggigit sesuatu. Ternyata itu racun. Dia meracuni diri sendiri demi tidak bocornya informasi.

"Apa apaan dia? Dasar aneh!?" Zhen melirik Jiang Jimi yang menatapnya dengan mata terbelalak kaget. "Apa?"

"K kau sudah, sampai di Spirit king?" tanya Jiang Jimi kikuk.

"Ya." sebenarnya lebih. Ranah itu ia capai sudah lama sekali. Sekarang ia sudah jauh melampai Spirit king. Tapi Zhen hanya berniat mengungkapkan sampai Spirit king saja. Dari pada ranahnya, Zhen lebih khawatir tentang bagaimana ia menuju Kota Luxiang.

...***...

Akhirnya Zhen sampai di Kota Luxiang. Ini semua berkat Jiang Jimi yang membantunya. Setelah sampai bocah itu masih melanjutkan perjalananya. Dia terlihat seperti bocah putus asa yang siap mati kapan saja. Tapi anehnya saat berhadapan dengan kematian dia malah ketakutan. Yah, dia cukup lucu.

Zhen berjalan menuju alun alun kota Luxiang. Seperti yang pejalan kaki katakan kalau seleksi perburuan di adakan di alun alun. Sesampainya disana Zhen melihat ada banyak penonton yang datang. Begitu ramai orang sampai tidak bisa melihat pertandingan.

"Perhatian semuanya!? Pertandingan akan berakhir sore ini!? Pastikan untuk selesai mendaftar!?" ujar seorang pria berbaju kultivator putih berdiri di tengah lapangan pertarungan.

Zhen melihat di sisi lain pertandingan ada banyak orang yang mengantri di suatu meja. "Apa disana?"

"Ayo kita coba kesana!?" ajak Qiu.

"Ya!?"

Setelah ke tempat yang mengantri Zhen berada di paling akhir. Ia belum yakin ini tempat untuk mendaftar, karena itu ia mencoba bertanya pada seseorang didepannya. Zhen mencolek bahu pria besar didepannya. Tapi pria itu tidak juga menengok ke belakang. Tidak adanya respon pria itu bukan berarti meruntuhkan semangatnya untuk bertanya. Justru ia semakin mengganggu pria itu.

Sampai terlihat urat marah pria itu, "Si**an!? Ada apa kau terus menggangguku?!" pria itu akhirnya merespon.

Zhen tersenyum ramah bertanya sembari menunjuk meja pendaftaran, "Apa ini tempat untuk mendaftar?!" tanya Zhen.

"Ya!?" jawab pria itu agak ketus.

"Oh, terima kasih." ujarnya selesai.

Tidak lama Zhen kembali mengganggu pria itu.

"Apa lagi?!" tanyanya agak berteriak.

"Bisakah aku duluan?" tanya Zhen membuat pria didepannya semakin marah.

"Apa kau bilang?!"

"Ha ha ha ha, aku hanya bercanda!?" serunya dengan tawa kecil.

Greb

Tiba tiba pria itu menarik kerah depan Zhen, "Apa kau bermain main denganku?" tanya pria itu.

"Pfft, kau lucu."

"Hyaa!?" pria besar itu mengepal erat tangannya meninju wajah Zhen.

Sebelum itu terjadi Zhen menangkap tangan pria itu dan membantingnya keras.

Segera setelah membuka mata sebuah pisau tepat ada di lehernya. "Ugh…" keringat dingin mengalir melewati pelipisnya.

"Sudah kubilang, aku bercanda, kan? Kenapa kau tidak mengerti ucapanku paman?!" ujar Zhen yang sekarang terlihat kesal.

"B baiklah, aku mengerti. Kau hanya bercanda, bercanda!?" ujar pria itu mulai ketakutan.

Karena keributan itu mereka mengundang banyak mata. Zhen hanya melirik mereka, seketika semuanya membuang muka. Ia berdiri menyimpan kembali pisaunya.

Hingga waktu gilirannya tiba. Wanita didepannya menyodorkan sebuah kertas dan pena.

"Tolong isi nama, dan identitas tuan." ujar wanita yang menjadi panitia pendaftaran.

Menulis? Apa wanita ini sedang bercanda padanya? Ia bahkan tidak bisa membaca, apalagi menulis. Kenapa tidak bisa? Tentu saja karena tidak ada yang mengajari Zhen. Siapa yang akan sukarela mengajari seseorang yang dibenci satu klan. "Bisakah kau menulis untukku? Tanganku sakit!?" ujarnya dengan senyum yang canggung. Alhasil ia mendapat tatapan kurang percaya dari wanita di depannya.

Meskipun tidak percaya, tapi wanita itu tetap berbaik hati membantu Zhen. "Baiklah, siapa nama tuan?"

"Namaku Zhen!?"

"Umur?"

"303 tahun!?"

"3…hah? Apa kau bercanda?" tanya wanita itu kaget.

"Tidak, tapi kau bisa menulisnya 15 tahun!?"

Wanita itu masih menatap dengan tidak percaya. 'Tentu saja aku lebih percaya umurnya 15 tahun. Dasar bocah, kau ingin menggoda kakak ini ya? Maaf, ya. Tapi kau bukan tipe ku.' pikirnya terlalu percaya diri.

"Apa tipe elemen, mu?"

"Api dan kegelapan."

Mata wanita itu terbelalak mendengar elemen kegelapan. "Apa sekarang kau sedang membual?" tanya nya.

"Aku tidak membual~ kau bisa menulisnya api saja." ujarnya.

'Sudah kuduga, dia sedang membual!?'

Setelah selesai dengan pendaftaran dirinya, ia harus menyerahkan kertas itu pada wasit pertandingan. Sebelum menyerahkan kertasnya Zhen berpikir mungkin ia juga harus belajar menulis. Setidaknya untuk menulis namanya sendiri.

"Wanita itu mencorat coret kertas, tapi coretan ini ada maknanya? Ini menarik kan Qiu?"

"Jadi kau ingin seperti itu juga?"

"Tentu saja, aku akan terlihat cerdas kalau bisa menulis."

"Zhen lawan Du Gongjun!?" teriak wasit memanggil nama Zhen.

Zhen berjalan menaiki tangga, "Namaku dipanggil, siapa lawanku?" ia melihat pria yang menggunakan dua pedang sekaligus. 'Ranah Zhuji tingkat 7, kurasa aku bisa mengalahkannya…?'

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...