Anisa menerima kabar pahit dari dokter bahwa dirinya mengidap kanker paru-paru stadium empat, menandakan betapa rapuhnya kehidupan yang selama ini ia jalani.
Malamnya, ketika Haris pulang dari dinas luar kota, suasana di rumah semakin terasa hampa. Alih-alih menghibur Anisa yang tengah terpuruk, Haris justru membawa berita yang lebih mengejutkan. Dengan tangan gemetar, Anisa membaca surat yang disodorkan Haris kepadanya. Surat yang menyatakan perceraian antara mereka berdua setelah 15 tahun membina rumah tangga.
Ternyata, memiliki kehidupan yang harmonis ekonomi yang bagus, serta anak-anak yang lucu tak bisa mempertahankan sebuah hubungan Anisa dan Haris.
Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Yuk, simak di Bunda Jangan Pergi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bunda 11
Malam itu, jam menunjukkan pukul 09.00. Haris baru saja mengantar Salsa dan Alvin pulang ke rumah setelah menghabiskan waktu bersama di tempat permainan. Anisa, yang menunggu kepulangan anak-anaknya, bergegas membuka pintu depan.
Namun, begitu melihat sosok wanita yang dia kenal bergabung dengan mantan suami dan kedua anaknya, perasaan Anisa langsung campur aduk. Tania, pacar baru Haris, berjalan di belakang mereka dengan senyum lebar di wajahnya. Dia mencoba mendekati Salsa dan Alvin, mengajak mereka berbicara dan tertawa bersama.
Anisa merasa cemburu dan kesal melihat wanita itu berusaha merebut perhatian anak-anaknya. Tania lantas mengeluarkan beberapa kantong plastik berisi mainan yang dia belanja tadi. Dia memberikannya pada Salsa dan Alvin sambil berkata.
"Ini untuk kalian, semoga kalian suka ya." Anak-anak Anisa tampak senang menerima hadiah tersebut, namun Anisa merasa hatinya bergetar. Anisa menahan rasa cemburu dan amarahnya. Dia menatap Haris dengan pandangan tajam, mencoba menyampaikan rasa ketidaknyamanannya tanpa berkata apa pun.
Namun, Haris tidak menyadari perasaan mantan istrinya itu. Dia malah tersenyum pada Tania, seolah mengapresiasi usaha wanita itu untuk akrab dengan anak-anak mereka. Anisa merasa terpukul dan tersinggung oleh sikap mantan suaminya. Dia ingin menarik anak-anaknya masuk ke dalam rumah dan mengusir Tania dari hidup mereka. Namun, dia tahu bahwa itu bukanlah cara yang baik untuk menangani situasi ini. Anisa berusaha menenangkan diri dan mencari cara untuk melindungi anak-anaknya dari wanita yang dia anggap sebagai ancaman tersebut. Alvin yang semula tak senang dengan kedekatan Haris dan Tania, kini terlihat lebih baik dan Alvin nampak menerima mainan itu. Kedua anak Anisa masuk ke dalam rumah setelah menyapa ibu mereka yang berdiri di depan teras rumah.
"Hai, Anisa."sapa Tania. Anisa tersenyum kecut melihat Tania wanita yang berdebat dengannya tadi pagi.
"Haris, kita perlu berbicara."Anisa berkata dengah tegas dan Haris meminta Tania untuk menunggu di mobil. lalu, Haris dan Anisa nampak mengobrol dengan serius. Tania, dapat melihat ketegangan dari wajah dua orang itu.
"Mas, kamu apa-apaan sih membawa mereka jalan-jalan bersama dengan pacarmu?"
"Tania, itu akan menjadi istriku. Tentu saja, perlu dekat dengan anak-anak. Anisa, kamu salah paham. Tania, sangat menyukai anak-anak,"ungkap Haris dengan begitu bangga.
"Dia akan menjadi ibu tiri yang baik untuk mereka semua,"lanjut Haris. Anisa mengepalkan tangannya. lalu, berusaha menahan sesak dari dalam dadanya. Awalnya, Haris pergi dari kehidupannya, kini Haris juga ingin membawa ketiga anaknya? Anisa tak bisa bayangkan jika dia ditinggalkan oleh ketiga anaknya.
"Tidak, Haris. Kau tak bisa merebut mereka!"tegas Anisa. Haris menghela napasnya.
"Anisa, aku tahu kamu mencintai anak-anak. Tetapi, bagaimana kamu bisa menghidupi mereka sedangkan hidupmu saja hanya bisa mengandalkan penghasilan dari kafe,"ujar Haris. Anisa mencoba menahan amarah untuk tak memaki pria itu.
"Kamu tahu, aku hanya memiliki mereka. Jika kamu merebut mereka dengan siapa aku akan hidup? Kamu bisa menikah dengan Tania dan memiliki anak kalian. Tetapi, kenapa harus merebut hak ku juga? Sudah cukup dia merebut mu dari ku Mas Haris,"Anisa berkata pelan, sembari menahan isak tangisnya. Melihat hal itu, Haris pun pergi meninggalkan Anisa tanpa mengucap sepatah kata lagi. Anisa menatap punggung mobil mantan suaminya yang pergi meninggalkan kediamannya.
Anisa membuka pintu kamar Salsa pelan-pelan, menemukan putrinya yang sedang asyik bermain dengan mainan baru yang dibelikan oleh Tania, pacar mantan suaminya. Rasa iri dan cemburu muncul di hati Anisa, namun ia berusaha menahannya demi kebahagiaan Salsa. Salsa, yang menyadari kehadiran ibunya, segera menghampiri Anisa dengan wajah ceria.
"Bunda, lihat deh mainan baru yang aku dapet dari Tante Tania!" kata Salsa sambil menunjukkan mainannya. Anisa tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan perasaan tidak suka.
"Oh, bagus sekali, Sayang. Kamu senang ya?" Salsa mengangguk antusias, lalu mulai bercerita tentang petualangannya hari ini bersama Tania, Alvin kakaknya, dan Haris, ayahnya. Anisa mendengarkan dengan perasaan berkecamuk, antara senang melihat putrinya bahagia dan kesal karena Haris begitu perhatian pada Tania.
"Bunda, tadi kita pergi ke taman bermain, lho. Tante Tania juga belikan kita makanan yang enak banget!" cerita Salsa semakin bersemangat.
"Papa juga baik banget sama Tante Tania, kayak waktu dulu sama Mama." Ungkapan itu seperti pisau yang mengiris hati Anisa. Ia menelan ludah, berusaha tetap tersenyum.
"Ya, yang penting kamu senang, Sayang. Bunda, juga senang melihat kamu bahagia," ucap Anisa dengan suara yang bergetar. Mendengar jawaban ibunya, Salsa pun memeluk Anisa erat.
"Bunda, aku sayang Bunda," bisik Salsa lembut. Anisa merasakan air matanya menetes pelan, merasa bersyukur masih memiliki cinta putrinya meski harus berbagi perhatian dengan wanita lain yang kini menjadi kekasih mantan suaminya.
Malam itu, Anisa menemani tidur Salsa hingga bocah itu terlelap. Mainan yang dia dapat hari ini juga dipeluk begitu erat oleh Salsa seakan tak mau kehilangan mainan itu.
_____
Baca nya jangan di skip-skip ya. author berusaha up tiap hari dan double bab..
akhirnya km akan meninggal dgn perasaan sakit hatimu ketika anak2mu yg tidak membutuhkan kamu
kurang suka dgn sosok Anisa yg menyerah sebelum berjuang
dasar bapak lucnut dpt daun muda uang sekolah anak2 di abaikan
semoga Anisa sembuh thor