"Andai aku mempunyai kesempatan kedua, aku ingin menjadi orang baik. Aku ingin meminta maaf, dan aku ingin melindungi Vittoria," batin Paolo sebelum jantungnya berhenti berdetak.
Paolo Sorgia adalah ketua mafia yang paling ditakuti di Italia. Diakhir hidupnya dia memohon pengampunan kepada Tuhan agar diberikan kesempatan hidup lagi untuk memperbaiki semua kesalahannya. Siapa sangka permohonannya terkabul, namun dia bertransmigrasi ke tubuh pemuda gendut.
"Kenapa tubuhku penuh lemak? Dimana perut sixpack-ku?" Paolo meraba perutnya yang dipenuhi lemak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Paolo menatap kedua tangannya dengan perasaan heran. Bagaimana bisa dia mendapatkan kekuatan seperti itu?Padahal dia hanya mendorong dada Raoul tidak terlalu kuat, tapi kenapa pemuda itu sampai terhempas dan membentur dinding?
"Hajar dia!" titah Rauol kepada teman-temannya sambil menunjuk Paolo.
Flavio dan Nils yang berada di hadapan Paolo maju mundur. Mereka takut kalau bernasib sama seperti Rauol. Pasalnya Daniel yang dulunya penakut, lemah, dan penurut kini terlihat berbeda, apalagi saat melihat sorot mata Daniel yang begitu tajam membuat mereka semakin ketakutan.
"Mengapa kalian mundur!" sentak Rauol pada dua temannya yang malah menjauhi Paolo.
Kring!!!
Suara Bel berbunyi keras dan panjang menandakan kalau kelas sebentar lagi akan dimulai. Black Devil dengan terpaksa membubarkan diri, lari ke kelas masing-masing. Tapi sebelum itu Rauol balik badan, seraya mengacungkan jari tengah pada Paolo.
Paolo menatap ke-empat pemuda itu sambil tersenyum bengis dan geleng-geleng kepala. "Dasar bocah ingusan! Mereka tidak tahu kalau sedang berhadapan dengan orang tua!" ucap Paolo sambil berjalan menuju kelasnya, namun dia sendiri tidak tahu di mana letak kelasnya.
"Aku harus pergi ke mana?" Paolo menoleh ke kiri dan ke kanan ketika sampai di perempatan lorong sekolah. Suasana di sana terlihat sepi karena para murid sudah memasuki kelas masing-masing. Tadi pagi dia lupa bertanya kepada ibunya mengenai kelas Daniel.
Paolo mengambil tasnya, dia melihat buku mata pelajaran. "Fisika? Astaga, kenapa bocah gendut ini harus mengambil kelas yang paling aku benci?!" gerutu Paolo sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat menatap buku yang baru saja dia ambil dari tas, lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas Daniel.
Langkah Paolo terhenti ketika sampai di depan pintu kelas Fisika. Sebelum memasuki kelas tersebut dia mengetuk pintu beberapa kali.
Paolo memasuki ruangan tersebut dengan perasaan tidak percaya diri, karena dia harus kembali sekolah dan berbaur dengan para anak remaja seusia Daniel.
"Dan, selamat datang kembali di sekolah ini." Miss Sophia menyambut Daniel, tapi tidak dengan teman-temannya. Semua murid di dalam kelas tersebut menatap aneh dan terkesan tidak suka. Dalam kelas tersebut ada 20 murid yang duduk di kursi dan meja tunggal.
Dobel shiit! Paolo memaki di dalam hati ketika melihat Black Devil duduk di bangku paling belakang. Lebih parahnya dia bisa mendengar suara hati seluruh murid dan guru di dalam kelas tersebut.
Kata-kata ejekan, makian, terdengar bersahut-sahut membuat kepala Paolo tiba-tiba terasa berat. Dan di saat yang bersamaan dia dapat mengingat memori Daniel ketika di bully habis-habisan dilingkungan sekolah tersebut.
"Dan, kau baik-baik saja? Silahkan duduk di bangku yang kosong," ucap Miss Sophia kepada Paolo yang mempunyai raga Daniel.
Paolo mengangguk, mengucapkan terima kasih kepada Miss Sophia yang dia kira baik ternyata lebih jahat dari iblis. Dia tadi mendengar suara hati Miss Sophia yang memaki dan mencaci Daniel di dalam hati.
"Tuhan telah membuka mata hatiku, ternyata di dunia ini banyak orang yang berhati busuk dan kejam. Wajah mereka tampak tulus tapi tidak dengan hati mereka," ucap Paolo di dalam hati sambil berjalan menuju bangku kosong di barisan ke tiga. Dia menatap sekitar, di mana semua murid di dalam kelas tersebut menatapnya penuh mengintimidasi. Tapi, Paolo tetap tenang sama sekali tidak takut kepada mereka yang membenci Daniel.
Materi pelajaran kembali dimulai setelah Paolo sudah duduk di kursinya. Paolo mendapatkan gangguan dari teman-temannya di saat pelajaran berlangsung. Ada yang memukul kepalanya, ada yang menendang kakinya, ada yang melemparinya dengan bulatan kertas, dan masih banyak lagi yang dia alami.
Paolo mencoba tenang dan bersabar. Kedua tangannya terkepal kuat dan rahangnya berkedut, giginya bergemelutuk rasanya ingin menghajar semua mereka semua yang sudah menganggunya.
"Daniel, bagaimana kau bisa melawati semua ini? Bagaimana kau bertahan sejauh ini. Apakah ini yang membuatmu bunuh diri?" Paolo tidak bisa membayangkan betapa sakit dan tertekannya Daniel selama ini karena di perlakukan seperti ini oleh teman-temannya, bahkan guru yang seharusnya melindungi muridnya terlihat biasa saja, seolah pemandangan pembullyan ini sudah biasa dan menjadi hal lumrah.
Paolo yang baru duduk 1 jam di dalam kelas itu saja tidak tahan dengan sikap mereka. Namun Paolo masih bisa menahan kesabarannya sejauh ini sampai bel sekolah berbunyi menandakan kalau kelas telah usai.
Paolo segera membereskan bukunya dan memasukkan ke dalam tas. Dia beranjak berdiri akan tetapi tiba-tiba ada orang yang menahan pundaknya dan menekannya ke bawah seolah tidak memperbolehkannya keluar dari kelas.
"Urusan kita belum selesai!" ucap Rauol kepada Paolo.
Paolo tersenyum devil, dan melayangkan tatapan tajam pada Rauol.
"Kau ingin berduel?" tanya Paolo.
"Kau menantang kami?!"
"Bukan kami tapi kau! Hanya kau, pecundang!" maki Paolo, mengibarkan bendera perang kepada Rauol yang beraninya main keroyokan.
Rauol mengeraskan rahangnya, "ke lapangan sekolah, sekarang juga!" balas Rauol tanpa takut sedikit pun.
Reinkarnasi, bukan transmigrasi.
Berubah 180 derajat, bukan 360 derajat