NovelToon NovelToon
Terjebak Psikopat

Terjebak Psikopat

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Mafia / CEO / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Masuk ke dalam novel / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:18.2k
Nilai: 5
Nama Author: AMisteri

Orang tua Mozayya memiliki hutang yang tidak bisa di lunasi dengan setahun kerja banting tulang. Hutang yang entah di gunakan untuk apa, tau-tau ada orang dengan perawakan tinggi, besar dan wajahnya sangat tidak ramah, masuk ke rumah Mozayya dengan melantangkan suaranya. Mozayya yang awalnya tidak tahu apa-apa mencoba melawan pria itu. Namun, pendiriannya runtuh ketika orang tuanya mengatakan bahwa mereka ikhlas menjadikan dirinya sebagai jaminan hutang-hutang mereka. Hutang itu di nyatakan lunas, kalo Mozayya mau mengikuti kesepakatan yang sudah di tentukan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMisteri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mabuk Berat

Brak!

Mozayya menutup pintu kamarnya rapat-rapat, detak jantungnya berpacu cepat, hembusan nafasnya, juga turun naik, tak karuan.

"Kenapa dengan jantung gue?! Arghh, gue mohon berhenti! Eh, kalo berhenti gue mat1, dong! Enggak, enggak, gitu. Aaaa! Artha, ini semua gara-gara, Lo!" Mozayya berjalan mondar-mandir, seraya mengusap-usap kedua pipinya.

Berhenti tepat di depan kaca riasnya. Mozayya berjalan mendekati kaca, itu. Menatap dirinya dari atas hingga bawah, pun sebaliknya.

"Astaga, apa yang gue liat, tadi?! Aduuh! Ini otak berdosa banget!" umpatnya, seraya memukul-mukul kepalanya, pelan.

Bruk!

Mozayya menghempaskan tubuhnya, mencoba mencari ketenangan dalam batinnya. Belum lama, itu ...

Brak!

Mozayya mengedarkan pandangannya, menatap kesumber suara, tersebut.

Gadis itu menghembuskan nafasnya perlahan, lalu mulai bangkit dari posisinya, "Butuh, bantuan?" tanyanya, tanpa berniat untuk bangkit dari duduknya.

Artha menutup pintunya terlebih dahulu, lalu berjalan perlahan ke arah Mozayya.

Sambil bersidekap d4da, Artha menatap Mozayya datar, "Beresin kamar, saya, tidak boleh ada debu yang tertinggal sedikitpun! Kamu, mengerti?!"

Mozayya hanya menganggukkan kepalanya, lalu mulai bangkit dari posisinya.

Ketika ingin melangkah, Artha dengan cepat mencekal pergelangannya.

Mozayya; "Apa, lagi?"

Artha; "Saya ada urusan di luar. Jadi, jangan berani macem-macem! Kamu paham?!"

Mozayya; "Apa yang bisa aku lakukan, tanpa ijin darimu?"

Artha; "Baguslah," gumamnya, seraya melangkahkan kakinya, dari kamar, itu.

Mozayya memutar bola matanya, malas. Berjalan gontai keluar dari kamarnya.

Basecamp Pschyo!

Brak!

"Astaghfirullah!"

"Dih! Sejak kapan, Lo belajar istighfar, Tonny?!" seru Farhan, menatap tak percaya kepada pria berbadan gemuk, itu.

Sedangkan yang mendapat ulasan, hanya menampilkan senyum Pepsodentnya, seraya berkata, "Gue mau insap," ujarnya, menatap kedua temannya, itu, bergantian.

"Insyaf beg0, bukan insap," sarkas Enkara.

Brak!

Lagi dan lagi, pintu itu kembali mendapatkan gebrakan yang cukup keras.

Tonny; "Allahu'Akbar!" Sontak semua orang, menatap pintu yang tak berdosa itu.

Farhan; "Elah! Kalian bedua ngapa, sih?! Itu, pintu dari dulu selalu aja, kena imbasnya." ujarnya, menatap dua pemuda yang baru saja datang, dan mendudukkan bokongnya, di tempat masing-masing.

Enkara; "Sepertinya bakalan ada percakapan antara wartawan dan narasumber dadakan, nih." serunya, menatap Artha dan Arka bergantian.

Farhan; "Kamera, mana kamera?" ujarnya, heboh sendiri, seraya mengobrak-abrik, sebuah tas yang berada di sampingnya.

"BERISIK ANJ1NG!" bentak Artha, membuat ketiga pemuda itu diam membisu.

Ketiganya saling melempar pandang bergantian, setelahnya kompak menggelengkan kepalanya masing-masing.

Terdengar hembusan halus dari hidung Arka, "Sedekat ini, belum ada kemajuan apa-apa. Lo ngerti, kan? Lagian baru sehari, mana mungkin secepat, itu." tuturnya, menatap Artha sekilas, lalu kembali menatap TEF (Tonny, Enkara, Farhan) bergantian.

Tonny; "Baru denger ada kalimat, sedekat ini, biasanya sejauh ini." celetuknya, seraya menahan tawa dib1birnya.

Arka menatap tajam Tonny, spontan Tonny membekap mulutnya dengan kedua tangan tembemnya.

Artha; "Gapapa, santai aja. Perlahan tapi pasti. Kita liat aja endingnya. Yang pasti, perempuan itu harus bener-bener menderita." ucapannya, menatap tajam TEF bergantian.

Enkara; "Kenapa, sih kalian bedua natap kita kaya, gitu? Biasa aja kali, itu, mata udah kaya mau lompat aja dari cangkangnya." ucapnya, menatap Artha dan Arka bergantian.

Artha; "Kalian bertiga gak kuliah? Dasar! Mahasiswa pemalas. Gimana, mau mengembangkan tingkat Basecamp ini, kalo sekolahnya aja malas-malasan." ledeknya, menatap TEF dengan senyuman meremehkan.

Arka; "Gue kejar juga kalian bertiga!"

Farhan; "Ya gimana, yah. Kalo udah diserang mager, aja. Udah, gue mah gak bisa nolak, lagi."

Tonny; "Gue sih rencananya mau berhenti kuliah," ujarnya, yang langsung dapat tatapan dari keempat pemuda, itu.

Enkara; "Dih, kenapa? Kok, Lo gak bilang ama, gue?

Tak ada jawaban dari pemuda, itu. Setelahnya ia menggelengkan kepalanya cepat, "Gapapa! Males, aja. Hheee ..."

Farhan; "Dibilang males, mah, gue juga males, kali. Tapi, apalah dayaku, yang dipaksa kuliah sama emak gue, biar bisa nerusin perusahaan bapak, gue." ucapannya, sambil mendramatis.

Artha; "Walaupun kita dari kalangan pemuda nakal, tapi kita gak ada salahnya jadi pemuda sukses."

Farhan; "Dih! Lo, aja kali yang nakal, gue anak sholeh, tidak suka marah-marah. Gak kaya kalian bedua, datang marah, pergi marah, banting pintu, pula."

Sontak Farhan mendapatkan tatapan tajam dari Arka dan Artha bersamaan.

Farhan menelan salivanya susah payah, menggeserkan tubuhnya, mencoba menyembunyikan wajahnya, di belakang tubuh besar Tonny.

Farhan; "Ton, bantuin gue ..." lirihnya, yang masih terdengar jelas oleh keempat pemuda di sana.

Artha memalingkan wajahnya, lalu menatap pemuda di sampingnya, "Ka, gue akan bener-bener berterima kasih sama Lo, kalo Lo berhasil nyakitin perasaan Mozayya."

Arka juga menatap Artha datar, dan sekarang pandangan mereka bertabrakan saat itu juga.

Sama-sama tatapan menyeramkan, dengan penuh kemisteriusan.

Arka; "Kenapa gak Lo aja sih, yang nyakitinnya langsung? Kenapa, harus lewat gue, gitu. Sebenarnya gue males banget, jujur."

Artha; "Gue mau penderitaannya double full." Wajahnya, menyereringai menatap nyalang, teman-temannya satu persatu.

Tatapannya berhenti tepat menatap Arka, "Lo, pikir dengan Lo udah nyakitin Mozayya, gue langsung pu4s, gitu? Ya, nggak lah! Gue masih punya rencana kedua, ketiga dan seterusnya. Sampai Mozayya bener-bener gak berdaya. Untuk sekarang, gue cuma nunggu kabar baiknya dari Lo, Arka!" tegasnya, menatap Arka dengan tatapan penuh penekanan.

Arka menghembuskan nafasnya, "Karena, ini menyangkut Om Mantha, gue gak akan tinggal, diam. Jadi, Lo tenang aja Artha, gue akan kerjain sesuai dengan apa yang Lo minta." ujarnya, seraya menepuk pundak Artha kuat.

Artha hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, seraya tersenyum tipis.

Brak!

Farhan; "Mending minum!" sentaknya, seraya meletakkan empat botol minuman beralkoh0l, "Daripada ngobrolin yang kita gak diajak," lanjutnya, menatap Tonny dan Enkara bergantian,

***

Mozayya; "Hufh, akhirnya beres juga." ucapnya, seraya mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kamar Artha, "Waktunya mandi," serunya, seraya berjalan menuju pintu keluar.

Ceklek!

"Habis ngapain?!" ucap seseorang, yang terdengar tepat di belakang Mozayya.

Mozayya membalikan tubuhnya, dan menatap datar, ketika tahu, siapa orang itu. Siapa lagi kalo bukan Maid Ling.

Mozayya menghembuskan nafasnya, seraya berkata, "Habis ngelonin Tuan muda Artha," balasnya, menatap sinis pembantu, itu.

Terlihat kedua bola matanya, terbuka lebar, "Jangan macem-macem kamu, Mozayya!" sentaknya, menatap tajam Mozayya.

Mozayya mengerutkan keningnya, "Loh, memangnya kenapa?" tanyanya, dengan sebelah alisnya yang terangkat sempurna.

Maid Ling mengeraskan rahangnya, tatapannya semakin menajam, "Kamu, gak pantes kerja di sini, Moza! Kamu udah ngehan—," Tak melanjutkan kata-katanya, alih-alih mengalihkan pandangannya kesembarang arah.

Mozayya mengerutkan keningnya, seraya menatap Maid Ling penuh selidik, "Maksudnya?"

Maid Ling menelan salivanya perlahan, dan tanpa menjawab pertanyaan Mozayya, Maid Ling berlalu begitu saja.

Mozayya; "Dih, gak jelas banget, sumpah." gumamnya, sambil mengangkatkan bahunya singkat.

***

Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 21.30 WIB.

Kamar Mozayya!

"Gue langsung tidur aja kali, ya. Orang gak ada kerjaan, lagi." monolognya, sambil menatap plafon kamarnya.

Ketika matanya mulai tertutup, tiba-tiba ...

Brak! Brak!

Terdengar gebrakan yang cukup keras, sehingga bunyinya masuk ke kamar Mozayya. Tentunya Mozayya yang masih terjaga, dapat mendengar suara, itu.

"Ck! Apaansih?! Ribut banget, perasaan!" monolonya, namun ia enggan untuk bangun dari tempat tidurnya.

Brak! Brak!

"Ya Allah ya Robbi! Apaansih?!" umpatnya, yang mulai memiliki rasa kesal yang menyeruak di dalam dirinya.

Dengan emosi tingkat tertinggi, Mozayya bangkit dari ranjangnya, berjalan gontai menuju pintu kamarnya.

Ceklek!

Pintu terbuka, namun tak ada menampakan apapun.

Mozayya mengangkat bahunya singkat, berniat menutup kembali pintunya, namun ...

Brak! Brak!

Suara itu kembali terdengar, dan sepertinya itu berasal dari pintu utama.

Mozayya melangkahkan kakinya, berdiri tepat dirailing tangga, tatapannya fokus menatap pintu utama.

Brak! Brak!

Mozayya terlonjak kaget, ada rasa takut yang menyeruak keseluruh tubuhnya, namun rasa penasarannya lebih dulu menyerangnya.

Dengan perlahan Mozayya menuruni anak tangga, pandangannya terus berkeliaran keseluruh penjuru.

Mozayya; "Ck, siapa sih?!" gumamnya, masih dengan berjalan perlahan.

Tepat di depan pintu besar, itu. Mozayya menarik nafasnya susah payah. Setelah mendapatkan keberanian setengah jadi, perlahan tangannya terulur untuk menekan tombol hijau, tersebut.

Tlik!

Braaak!

Pintu terbuka lebar, dan mendapati ...

Mozayya; "A--artha ..." gumamnya, menatap Artha penuh dengan pertanyaan dibenaknya.

Pasalnya, pria itu seperti kehilangan keseimbangan atau gimana? Tubuhnya yang selalu kelihatan gagah berwibawa, tegak sempurna seperti, keadilan. Kali ini bertolak belakang. Tubuhnya kelihatan terkulai lemas, berdirinyapun tidak sempurna.

Sebelah tangannya terkepal erat memegang kepalanya, dan satu lagi yang paling penting ...

Mozayya; "Emhh, bau alkohol," gumamnya, seraya menutup hidungnya dengan sebelah tangannya.

Menepis banyaknya rasa takut di dalam dirinya. Mozayya memberanikan diri, mendekati Artha yang sepertinya memang sedang membutuhkan pertolongannya.

Mozayya; "Artha, kamu minum?" tanyanya, menatap Artha hati-hati.

Tak ada jawaban, pria itu terus menundukan kepalanya.

Dengan tangan bergemetar, Mozayya menyeka wajah tampan Artha, perlahan.

Pandangan mereka bertabrakan detik itu juga. Tatapan datar, nyalang, tajam, sinis, dan tatapan menyeramkan lainnya. Tak ada lagi yang tersirat dibola mata pria, itu.

Yang ada, hanya tatapan sendu, dan kedua bola matanyapun terlihat berwarna merah.

Mozayya mengerutkan keningnya. Percuma juga berbicara dengan orang yang sedang mabvk. Mozayya memutuskan untuk membawanya ke kamar pria, itu.

Dengan perlahan Mozayya meraih sebelah tangan Artha, dan mengalungkannya dipundak miliknya. Berjalan sambil sempoyongan. Karena, memang wajar saja. Melihat tubuh Artha yang kekar tinggi, sedangkan yang membantunya ... Ah sudahlah, tak perlu diperjelas.

Mozayya menelan salivanya susah payah, ketika berdiri tepat di bawah tangga yang jumlahnya ada dua puluh biji.

1
Rahayu Nuniek
Artha bener2 jahat ya, ga mau kenal org tua kandungnya, semoga mozayya baik2 aja yaa thor
Rahayu Nuniek
duuhh kasian, jangan kejam2 thor perlakuan artha ke mozaya,
noname
lanjut thor
Rahayu Nuniek
sepertinya moza hamil deh
Gunasri K
lanjut kak
List: siap kaka
total 1 replies
Gunasri K
bagus alurnya
List: makasih ka
total 1 replies
Gunasri K
/Shame/
List: /Hey//Hey/
total 1 replies
Nrh 👠👄💥💫
jangan percaya cewe jahat nih, apakah artha mulai mencintai moza atau lagi sakit hati!!
Nrh 👠👄💥💫
menyimak dulu sepertinya menarik
List: /Pray/
total 1 replies
Nrh 👠👄💥💫
alurnya bikin penasaran
mega
Bagus Ceritanya
mega
/Kiss/
Rahayu Nuniek
nti juga pindah artha ke kursinyg dekat moza 😍😍
List: /Chuckle/
total 1 replies
Rahayu Nuniek
bagus
List: makasih ka/Kiss/
total 1 replies
Anonymous
hallo kk
Selviana
Aku mampir nih kak.Jangan lupa mampir juga di karya aku yang berjudul (Terpaksa Menikah Dengan Kakak Ipar)
List: iya kak trimakasih
total 1 replies
fitt
ceritanya bagus kak. semangat
Anonymous
/Awkward/
kang mager
aku mampir nih KK semangat ya, karyanya bagus 🥰
List: terimakasih kk
total 1 replies
Anonymous
/Whimper/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!