NovelToon NovelToon
I am a Virgin

I am a Virgin

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:24.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: Emma Shu

Elena

"Pria itu unik. Suka menyalahkan tapi menerima saat disalahkan."

Elena menemukan sosok pria pingsan dan membawanya pulang ke rumah. Salahkah dia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emma Shu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Miris

Tiba-tiba seorang perempuan paruh baya muncul. Tak lain Bu Diana, pemilik klinik yang juga berprofesi sebagai bidan. Ia berdiri diantara mereka yang berkumpul di depan pintu kamar yang dihuni Dava. Sudah tua namun wajahnya masih bening karena selalu tersentuh perawatan. Tatapannya kurang bersahabat. Dia tau betul siapa Elena. Seorang gadis melarat yang hidup di tepi sungai, tak punya apa-apa. Selalu berpakaian lusuh. Wajahnya cantik, hanya itu kelebihan yang dimilikinya. Sehari-harinya memulung, untuk makan pun kesulitan. Lalu apa yang akan dia bayarkan jika klinik itu melayaninya?

“Adikmu si Dava kemari lagi?” tanya Bu Diana sengak.

“Ya. Dia kritis,” jawab Elena tegas.

Bu Diana masuk ke kamar dimana Dava terbaring. Memeriksa dengan stetoskop.

Elena ikut masuk.

Bu Diana menoleh Elena, dengan tenang dia berkata, “Dava cuma demam biasa. Boleh dibawa pulang.”

Elena tidak bisa berkata apa-apa lagi. Wajahnya yang beku menunjukkan kepasrahan. Dia mengerti Dava kritis. Tapi apa yang bisa ia lakukan jika tenaga medis mengatakan bahwa Dava baik-baik saja? Ia tidak punya ilmu di bidang itu untuk melawan pendapat para bidan.

“Gue minta tolong, beri waktu sebentar untuk Dava tetap istirahat disini menjelang hujan reda,” lirih Elena sambil menggenggam tangan Dava yang telapaknya terasa dingin.

“Kamarnya mau dipakai untuk pasien lain. Bawalah dia pergi!” ketus Bu Diana mulai kehilangan kesabaran.

Elena sadar tidak bisa membayar uang nginap bila memakai kamar. Sebenarnya ia ingin marah. Kenapa orang-orang yang bergelimangan harta itu tidak mau menyingkirkan ketamakan sedikit saja untuk menolongnya? Bukankah diantara banyaknya kekayaan mereka ada sebagian haknya di sana? Tapi apalah daya, ia merasa tidak punya hak untuk marah.

Elena mengangkat tubuh Dava yang terbelit selimut dan menggendongnya dengan dekapan erat.

“Akan kukembalikan selimutmu ini,” tukasnya dengan intonasi kesal. Tak mungkin ia memasang kembali pakaian Dava yang sudah basah. Bisa bertambah parah demamnya.

Bu Diana diam saja.

Elena berjalan keluar. Dava masih terpejam erat dalam gendongannya. Sejurus mata memandang kearahnya begitu ia meniti lorong panjang.

Ajaib! Sampai di teras, hujan mendadak berhenti. Elena berdiri di tepi teras. Menatap langit gelap. Menatap hujan yang tiba-tiba reda. Apakah Tuhan memberinya kemudahan?

Bidan berjilbab ungu keluar, menghampirinya. Memberikan sebuah plastik berisi obat-obatan. Lama Elena memandang wajah bidan itu.

“Ambillah! Untukmu,” ujar bidan itu.

“Tapi gue nggak punya uang un…”

“Ini udah gue bayar, kok,” potong bidan berjilbab ungu.

Elena menerimanya dengan senang hati. Ternyata Tuhan menyelipkan satu manusia yang baik untuknya.

“Hati-hati!” pesan bidan ketika selangkah Elena telah menuruni teras.

Elena mengangguk. Berlari meninggalkan klinik besar itu bersama rasa syukur telah mendapatkan obat dari seseorang yang dermawan.

***

Salva termenung sendiri di rumah. Menunggu kakaknya pulang. Sudah lama dia duduk di pojok ruangan dengan kaki terlipat dan lutut menjadi penopang dagu. Kedua tangan memeluk kaki yang terlipat. Di tengah rasa takut, dia terus berdoa semoga Dava, bungsunya baik-baik saja. Hanya pelita kecil yang sedikit mengusir ketakutannya. Pelita kecil yang sudah tak ada penggantungnya. Diletakkan di atas rantang, rantang diletakkan di atas meja kecil agar tidak terguling.

Meski ketakutan, ia bersyukur karena perutnya sudah kenyang setelah diisi ubi rebus. Ada malam-malam yang lebih menyakitkan dari pada itu, sering kali tidak ada makan, tidak ada api bila korek sudah habis. Malam-malam terasa lebih panjang. Harus dilalui dengan penderitaan. Tidur dalam keadaan kelaparan dan menggigil kedinginan. Miris. Sangat miris.

***

To be continued

Author Note : jangan lupa baca karyaku berjudul PCARKU DOSEN, kalian bakalan ketawa ngakak, baper, dan menemukan banyak pengalaman di sana. Itu cerita yang paling kuandalkan dan menguras energi banget.

So, jangan sampe ketinggalan baca.

Love,

Emma Shu

1
Nur Syamsi
caranya, jgn temui dia dan stop komunikasi....dg Dinda ..
Nur Syamsi
sekuat"nya hati Wanita, maka tetap akan rapuh jga bila dapat masalah ..
Nur Syamsi
El jgn marah dulu tunggu penjelasan dr Revan....
Nur Syamsi
suka sama keluarga Tante Vira, Tdk memandang status.... Bijaksana dalam bertindak...
Nur Syamsi
waduh ada tantanganni buat El
Nur Syamsi
😭😭😭 Alhamdulillah masih ada orang kaya yg hatinya mulia
Nur Syamsi
hubungi yg ada di kartu nmanya Elena ....pasti yg kehilangan dompet merasa panik ....kayak yg kamu rasakan skrang
Nur Syamsi
bilang sja nti sy minjam, siapa tau ada orang baik ...yg bisa minjemin ...
Nur Syamsi
mmang Uda dirampok Krn dompetnya sdah tdk ada mungkin ATM lain yg mmang dipegang nyuk bik Nur
Nur Syamsi
mudah" an orang tua Revan
Kustri
jualan soto libur dl
Kustri
lha atm revan apa dibawa bik nur?
kan revan hampir dirampok crita'a
Kustri
ngomong" ikat pimggang revan apa adh dijual, klu blm jual aja Van, buat biaya oprasi hehee
Nur Syamsi
😭😭😭 kasian anak yatim piatu, dan mirisnya org kaya tetangganya Tdk Maw menolong 😭😭
Nur Syamsi
😭😭😭
Kustri
bahasa'a lbh sopan napa thor, bidan krudung ungu pasti lbh tua & sdh membantu lho
Yanni Santoso
g sanggup bacanya y Allah tega bbgt tetangga nya
Yanni Santoso
sesek banget baca part ini elena begitu berat beban hidupnya
Yeni Wahyu Widiasih
Luar biasa
Gauri Utama
Yaah.. kok main pergi aja. ga pamitan sama Tante Vira. kasian loh nanti beliau bingung
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!