NovelToon NovelToon
Lihat Aku Ayah

Lihat Aku Ayah

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari Saat Hamil / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Anak Yatim Piatu
Popularitas:814.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: Yutantia 10

Mendapati keponakannya yang bernama Sisi divonis leukemia dan butuh donor sumsum tulang, Vani membulatkan tekad membawanya ke Jakarta untuk mencari ayah kandungnya.
Rani, ibu Sisi itu meninggal karena depresi, tanpa memberitahu siapa ayah dari anak itu.
Vani bekerja di tempat mantan majikan Rani untuk menguak siapa ayah kandung Sisi.
Dilan, anak majikannya itu diduga Vani sebagai ayah kandung Sisi. Dia menemukan foto pria itu dibuku diary Rani. Benarkah Dilan adalah ayah kandung Sisi? Ataukah orang lain karena ada 3 pria yang tinggal dirumah itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

OPA

"Cilla sayang, mau maem apa? Mau maem sosis ya? Bentar ya, kakak beliin dulu." Sisi berbicara pada boneka teddy pemberian Dilan. Meletakkannya diatas sofa lalu berlari keluar rumah. Kemarin dia melihat banyak bunga kamboja yang berguguran dihalaman depan. Dia hendak mengambil untuk dijadikan mainan.

Sisi girang sekali melihat bunga berwarna kuning itu banyak berjatuhan ditanah, segera dia berjongkok dan memunguti bunga itu satu persatu. Menggunakan kaos bagian bawahnya yang ditarik kedepan sebagai wadah. Bertepatan dengan itu, Pak Salim baru pulang dari kantor. Pria paruh baya itu mengerutkan kening melihat anak kecil dihalaman rumahnya. Dihampirinya anak yang sedang mengumpulkan guguran bunga tersebut.

"Siapa kamu?"

Sisi yang sedang mumunguti bunga sambil jongkok, terkejut mendengar suara bariton seorang pria. Dia melihat sepasang kaki berdiri didepannnya.

"Kamu siapa, kenapa ada disini?" tanya Pak Salim lagi. Meski Sisi sudah hampir 2 minggu dirumah ini, sekalipun Pa Salim belum pernah melihatnya. Sisi memang tak pernah bermain didalam rumah. Dia hanya berada didapur dan halaman belakang, itupun saat rumah sepi. Kalau ada Pak Salim dan Bu Retno, Vani selalu menyuruhnya berada didalam kamar, tak mau Sisi dinilai mengganggu kerjanya. Selain itu, Pak Salim tak pernah libur kerja, hari minggupun, dia tetap kerja, seolah kerja adalah hidupnya.

Dengan posisi masih jongkok, Sisi mendongak dengan tubuh gemetaran. Dia sudah diperingatkan bibinya untuk tidak bermain didalam rumah apalagi halaman depan, tapi dia mengabaikan larangan tersebut.

Pak Salim menatap gadis kecil dengan wajah pucat dan mata berkaca-kaca tersebut. Dia lalu berjongkok dihadapannya, membuat Sisi ketakutan. Bocah itu reflek mundur hingga terjatuh, bokongnya menyentuh tanah dan bunga dikaosnya berhamburan.

"Sa-saya hanya mengambil bunga yang jatuh ditanah, tidak mengambil yang ada dipohon," ujar Sisi dengan suara bergetar. Bibinya selalu mengingatkan agar tak merusak apapun ditaman, terutama memetik bunga.

Pak Salim tersenyum, disentuhnya puncak kepala Sisi dengan lembut.

"Sisi tidak nakal, Tuan. Tolong jangan marahi Sisi, jangan pecat Bibinya Sisi." Sisi tahu jika Pak Salim adalah majikan dirumah ini, dia pernah mengintip saat mereka sedang sarapan atau makan malam.

"Jadi nama kamu Sisi?" Sisi mengangguk pelan. "Kamu keponakannya Vani?" Lagi-lagi, Sisi mengangguk. Pak Salim tahu jika Vani membawa keponakan, tapi tak pernah sekalipun bertemu.

"Sisi tidak nakal." Sisi masih saja ketakutan.

"Sisi, Sisi." Terdengar suara Vani memanggil-mangil Sisi. Tak lama kemudian, wanita itu muncul dari dalam, dan langsung terkejut melihat Sisi bersama Pak Salim. Padahal ini masih siang, entah kenapa majikannya itu sudah ada dirumah.

"Ayo bangun." Pak Salim membantu Sisi bangun, dia juga membersihkan baju Sisi yang kotor dengan tanah dan rumput. Bocah itu hanya diam saja, baru saat Vani menghampiri, segera dia memeluk bibinya itu.

"Kenapa kamu ada disini? Bukankah Bibi sudah bilang, main dibelakang saja," ujar Vani.

"Jangan marahi dia, mungkin dia bosan dibelakang terus." Vani terkejut mendengar Pak Salim membela Sisi.

"Maaf jika keponakan saya mengganggu, Tuan?"

"Tidak, Sisi anak baik, tidak nakal. Benar gak, Sisi?" Pak Salim mengusap pelan puncak kepala Sisi. Dan Sisi hanya menanggapi dengan anggukan. "Umur berapa dia?"

"6 tahun."

Kening Pak Salim langsung mengkerut mendengar Sisi berusia 6 tahun. "6 tahun, kenapa kecil sekali?" Sisi memang terlihat lebih kecil dari usianya, masih seperti anak berusia 4 tahun. Sisi kurus sejak lahir, ditambah leukemia yang dia derita, tubuhnya makin kurus lagi.

"Sisi memang kurus," sahut Vani.

"Sisi sudah makan?" tanya Pak Salim sambil membungkuk.

"Sudah," sahut Sisi pelan.

"Mau makan lagi gak?" Mendengar pertanyaan itu, Sisi reflek melihat kearah bibinya. "Makan lagi yuk, temani saya." Hari ini Pak Salim pulang awal karena tak enak badan, tapi melihat Sisi, entah kenapa, dia jadi sedikit bersemangat. "Van, siapin makanan, saya mau makan bareng Sisi."

"Apa tidak apa-apa, Tuan? Takutnya Sisi mengganggu nanti."

"Tidak," Pak Salim menggeleng. "Sebenarnya saya tak selera makan, siapa tahu jadi selera kalau makannya ditemani Sisi."

Vani akhirnya mengangguk, segera kedapur untuk menyiapkan makanan. Sementara Sisi bersama Pak Salim menunggu dimeja makan. Disana, Pak Salim banyak sekali bertanya tengtang Sisi. Seperti ada magnet dalam diri bocah itu yang membuatnya tertarik.

Sambil mondar mandir membawa makanan dari dapur menunju meja makan, Vani memperhatikan interaksi antara Sisi dan Pak Salim. Dia bisa melihat binar dimata Pak Salim ketika menatap Sisi. Pria itu tampak sangat antusias mendengarkan semua celotehan Sisi. Sisi tak lagi takut seperti tadi, bocah itu bercerita panjang lebar, seperti pada orang yang sudah lama kenal.

"Nanti bolehkan, Tuan, Sisi mengambil bunga gugur dihalaman? Sisi mau membawanya ke makam ayah."

"Jangan," sahut Pak Salim.

"Gak boleh ya?" Sisi langsung tertunduk lesu.

"Gak boleh karena bunganya sudah jelek. Nanti saya belikan bunga yang bagus untuk dibawa ke makam ayah Sisi."

"Bunga yang bagus?" Pak Salim mengangguk. "Beneran, Tuan?"

"Iya."

"Makasih Tuan." Sisi turun dari kursi lalu memeluk Pak Salim yang sedang duduk. Pak Salim terperangah, tapi tak ada niatan untuk menguraikan pelukan Sisi. Dia justru balik memeluk Sisi dan mengusap kepalanya.

Vani yang kebetulan hendak membawa makanan kemeja, langsung berhenti. Memperhatikan sikap Pak Salim yang tampak menyayangi Sisi. Mungkinkah Pak Salim adalah ayah kandung Sisi?

"Jangan panggil tuan," ujar Pak Salim.

"Lalu panggil apa? Om?" tanya Sisi sembari melepas pelukannya, menatap Pak Salim yang duduk dikursi.

Pak Salim langsung tergelak. Om, masihkah dia pantas dipanggil om? "Panggil Kakek saja, rasanya lebih cocok."

"Kakek?" Sisi mengerutkan kening.

"Kenapa, gak mau manggil kakek?"

"Kakek biasanya orang tua," sahut Sisi. Karena banyak uang dan style berpakaiannya, Pak Salim terlihat lebih muda dari usianya yang sudah kepala 5. "Gimana kalau Opa. Opa lebih keren, kayak opa Korea. Bibi sering nonton film Korea. Sisi penah lihat, cowok ganteng difilm itu, dipanggil opa. Lucu ya, padahal di Indonesia opa itu kan kakek. Disana yang ganteng dipanggil opa." Sisi tertawa cekikikan.

"Bahasa kita berbeda," terang Pak Salim. Disini, opa itu kakek, tapi di Korea, opa itu abang, atau kakak laki-laki."

"Oh...." Sisi manggut-manggut. "Jadi, Sisi gak boleh manggil Opa?"

"Boleh dong, kan disini opa artinya kakek. Jadi mulai sekarang, Sisi manggilnya opa, ok?"

"Ok, Opa!" Keduanya lalu melakukan tos.

Vani yang melihat dari jauh, tak kuasa menahan air matanya. Sisi tampak sangat dekat dengan Pak Salim, begitupun Pak Salim yang tampak menyukai Sisi meski baru pertama bertemu. Mungkinkah Sisi memang darah daging Pak Salim?

Vani menyeka air matanya lalu melanjutkan membawa makanan menuju meja makan. Karena semua makanan sudah terhidang, dia mempersilakan Pak Salim makan. Kembali kedapur, lalu mengintip dari sana.

Pak Salim mengambilkan makanan untuk Sisi, pria itu juga membantu Sisi memisahkan tulang ikan dari dagingnya. Beberapa kali pria paruh baya itu tertawa terbahak saat Sisi menceritakan hal lucu. Siapapun yang melihat pasti langsung mengira jika mekara adalah kakek dan cucunya.

1
🌹Nabila Putri🌹
💯buat bapak nya Rani
Mahda Lina
Alur cerita yang cukup menguras air mata,,,tidak berbelit-belit untuk menemukan titik terang permasalahan...gaya penulisan mampu membuat pembaca ketarik emosinya 👍👍👍👍
Sri Darmayanti
sebelum ke us sdh.......
Sri Darmayanti
waduh teka teki silang


cucu nih
Sri Darmayanti
bpknya... tuan Salim... deuhhhh
vie gumi
terima kasih Thor ceritanya bkin termehek mehek😘🥰
vie gumi
😭😭😭😭😭 kasian sisi,,,
vie gumi
dilan lah papa sisi
vie gumi
Thor pinter banget bkin penasaran pembaca,,kita kn jadi nebak2 sendiri siapa ayah sisi,, harusnya ada kuisnya nih ,tebak ayah sisi,, yg menang dapat foto author😂
vie gumi
Luar biasa
vie gumi
mungkin aja sisi mmg anak dilan, tapi sebelum dilan tau rani hamil, Rani sudah di usir dari rumah majikannya.
himawatidewi satyawira
waahh mak gendeng ini
himawatidewi satyawira
saat tantrum & gila melanda buret
himawatidewi satyawira
wkwkwk..takut dicari rani ya buret?
himawatidewi satyawira
banting sekalian van..
himawatidewi satyawira
🤣🤣🤣
himawatidewi satyawira
biang kerok ini mah
himawatidewi satyawira
semoga sisi cpt sembuh yaa..kasihan sisi
Ety Nadhif
baca cuma sehari lubas habis
Ety Nadhif
yah tmt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!