tentang Gueen, wanita 18 tahun yang terpaksa harus tinggal dengan kakak tirinya karena sebuah alasan.
hidup Gueen di penuhi dengan lika-liku yang menyakitkan. Dia berpikir tinggal dengan Kalindra yang tak lain Kakak tirinya akan membuat hidupnya jauh lebih baik, tapi ternyata tidak.
Kalindra malah membencinya. Setiap hari dilalui Gueen dengan makian-makian dan makian. Karena KaIindra sangat membenci Gueen, karena dulu Ibu Gueen merebut ayahnya hingga sekarang dia melampiaskan amarah dan kekesalannya pada adik tirinya.
Berbeda dengan Kalindra yang membenci Gueen, Gueen malah mempunyai perasaan yang aneh pada kakanya sendiri. Bukan perasaan semacam sayang adik pada kakanya tapi perasaan yang lain, seperti perasaan Cinta pada lawan jenis. Tapi, di sisi lain Gueen pun sadar Kalindra adalah kakanya.
Tanpa mereka duga ada rahasia di balik kisah keluarga mereka. Mampukan Gueen bertahan bersama adik Kalindra di tengah kebencian Kalindra padanya. Ataukan Gueen akan pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
“Sayang, langkah apa yang akan kita ambil?” tanya Nino ketika mereka sudah berada di mobil. Saat ini mereka baru saja keluar dari apartemen Gueen dan sebelum mereka pulang ke Rusia, mereka memutuskan untuk pergi ke apartemen Kalindra.
Salsa menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, ”Aku merasa bersalah, mungkin sifat Kalindra pada Gueen karena dendamku. Seandainya saat itu aku langsung melepaskan Kevin, Kalindra tidak akan seperti ini." Bulir bening langsung terjatuh dari pelupuk mata Salsa, wanita itu berpikir anaknya berubah menjadi monster mungkin itu karena ulahnya, begitulah pikir Salsa.
Nino merangkul pundak Salsa, kemudian menenangkan istrinya. “Ini bukan salahmu, semua sudah terjadi. Tidak ada yang harus disalahkan,” jawab Nino, hingga tak lama terdengar suara isakan dari Salsa, dia sungguh merasa gagal menjadi seorang ibu.
Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, akhirnya mobil yang dikendarai oleh supir sampai di apartemen Kalindra, kedua pasang suami istri itu langsung turun dari mobil kemudian berjalan ke arah lift untuk naik ke apartemen Putra mereka.
Dan sekarang, di sinilah mereka berada di ruang tamu. Tadi, setelah sampai Nino langsung membuka pintu apartemen dan ternyata Kalindab sedang menonton televisi, hingga tanpa basa-basi Salsa mengajak Kalindra untuk berbicara.
Suasana ruang tamu dipenuhi dengan ketegangan, sedari tadi, kalindra tidak berani mengangkat kepalanya. Dia sangat menyayangi dan menghormati Salsa, jika saat kemarin Kalindra berani untuk protes pada ayahnya. Tapi dia tidak berani menjawab apapun yang dikatakan oleh ibunya, dan sekarang ketika ibunya ada di depannya Kalindra hanya bisa menunduk.
Salsa menghela nafas kemudian menghembuskannya, dia berusaha untuk tidak menangis di hadapan Kalindra. “Mommy tidak tahu ternyata apa yang dilakukan Mommy di masa lalu membuatmu jadi seperti ini. Maafkan Mommy Kalindra." Setelah mendengar itu, Kalindra langsung mengangkat kepalanya hatinya terasa remuk ketika melihat mata ibunya berkaca-kaca Tapi walau begitu, dia tidak merasa menyesal tentang apa yang dilakukan pada Gueen.
“Mommy mohon, tolong jangan ganggu Gueen lagi, anggap saja apa yang kau lakukan pada Gueen adalah impas, tolong Jangan melakukan itu lagi, Jangan biarkan Alona menanggung karma atas apa yang kau lakukan, bisa saja apa yang terjadi pada Gueen akan terjadi pada Alona juga. Mommy hanya ingin mengatakan itu, jaga dirimu baik-baik." Salsa bangkit dari duduknya, disusul dengan Nino
“Jaga dirimu baik-baik, Kalindra," kata Nino, hingga pada akhirnya kedua pasangan suami istri itu keluar dari apartemen Putra mereka.
Setelah Salsa dan Nino pergi, Kalindra menyadarkan tubuhnya ke belakang, lidahnya seolah kelu untuk digerakkan. Padahal dia sudah rindu sekali pada kedua orang tuanya, apalagi dia sudah tidak lama pulang ke Rusia. Tapi, sekarang ketika orang tuanya ada di dekatnya, dia bahkan tidak berani berbicara. “Ah, sial semua gara-gara wanita itu, lihat saja akan kubuat kau hancur!” teriak kalidera yang lagi-lagi menyalahkan Gueen.
***
“Kumohon hentikan, kumohon jangan." Gueen berteriak dengan kencang. Lalu tak lama, nafasnya terengah, keringat dingin sudah membasahi tubuh wanita itu.
Rupanya, Gueen bermimpi tentang penyiksaan Kalindra, sepertinya apa yang dilakukan oleh Kalindra meninggalkan bekas trauma yang sangat dalam, hingga dia bermimpi seperti tadi.
Sebenarnya selama di Rumah Sakit pun, dia sering bermimpi Kalindra menyiksanya, tapi dia tidak pernah jujur pada Salsa satu maupun Nino, karena dia takut membebani keduanya dan sekarang mimpi itu kembali datang.
Gueen bangkit dari berbaringnya, kemudian dia mengambil tongkat lalu berjalan dengan satu kakinya. Lalu setelah itu dia mendudukkan diri di sofa kemudian mengambil minum.
Setelah minum, Gueen kembali melamun dia mulai bingung dengan apa yang harus dia lakukan besok dan seterusnya, terlebih lagi dia tidak punya kegiatan apapun. Tak lama, Gueen langsung melihat ke arah tangannya yang terpasang oleh gips, dia juga melihat ke arah kakinya yang masih memar.
Tiba-tiba Gueen memejamkan matanya ketika mengingat lagi apa yang Kalindra lakukan di mana saat itu dia mengingat jelas Kalindra menginjak-nginjak kakinya dan juga membuat tangannya terkilir. nafas Gueen langsung terengah ketika mengingat itu, dia berusaha untuk menenangkan dirinya hingga pada akhirnya Gueen kembali berjalan ke arah ranjang dia berencana untuk membaringkan tubuhnya.
Dua bulan kemudian
Tidak terasa Ini sudah dua bulan berlalu semenjak Gueen keluar dari rumah sakit. Selama 2 bulan ini, Gueen juga tidak pernah pergi ke manapun, kondisi kaki Gueen dan tangan Gueen masih tetap sama, hingga Gueen harus berjalan memakai tongkat. Sedangkan tangannya sudah tidak memakai gips. Namun, Gueen masih belum bisa menggerakan tangannya karena setiap tangannya bergerak, Gueen selalu kesakitan.
Selama 2 bulan ini, aktivitas Gueen terasa terbatas, dan hari ini Gueen merasakan bosan yang luar biasa. Hingga m, Dia memutuskan untuk pergi berbelanja.
“Nona anda mau pergi ke mana?” tanya pelayan ketika Gueen keluar dari kamar. Selama 2 bulan ini, pelayan benar-benar melayani Gueen dengan baik dan mereka bingung kenapa sekarang Gueen malah sudah rapih dah seperti akan pergi.
“Bibi, Aku ingin pergi berbelanja. Aku ingin membeli beberapa buku.”
“Tapi, Nona. Kenapa anda tidak memakai kursi roda saja," ucap pelayan. “Atau tidak tunggu saja sopir, kami akan menelpon supir untuk anda.”
Gueen menggeleng. “Tidak apa-apa, aku akan menaiki taksi,” jawab Gueen, karena memang Salsa dan Nino sudah menyediakan sopir hanya saja sopir itu dipanggil jika dibutuhkan.
“Tidak apa-apa, tidak usah jangan bilang pada Bibi Salsa aku keluar.”
Dan sekarang di sinilah Gueen berada, di depan sebuah toko buku, dia pun langsung masuk ke dalam. Beberapa kali Gueen hampir terjatuh namun dia berusaha untuk tetap tenang. Tak lama, tatapan Gueen langsung tertuju pada sebuah buku hingga Gueen pun langsung mengambilnya. Namun, baru saja Gueen akan mengambil itu ternyata buku itu direbut dari belakang
“Itu buku milikku," ucap Gueen.
“Aku yang duluan mengambilnya” kata Soraya. Ya, ternyata sorayalah yang mengambil buku yang akan diambil oleh Gueen.
“Tidak, kemarikan Itu milikku.” Baru saja Gueen akan merebut buku itu, tiba-tiba Soraya langsung berteriak memanggil ibunya.
“Ada apa ini?” tiba-tiba terdengar suara Helmia yang menghampiri mereka. Saat melihat Helmia, Gueen merasakan perasaan yang aneh. Jantungnya berdebar tak karuan.
“Kenapa Soraya?” tanya Helmia.
“Mom, dia ingin mengambil bukuku,” ucap Soraya hingga helmia langsung menoleh, dia langsung menatap galak pada Gueen, anehnya Gueen merasakan nyeri ketika di tatap seperti itu oleh orang yang tidak dia kenal.
“Masih banyak buku yang lain, apakah kau kekurangan uang?” tanya helmia, belum Helmia mengeluarkan dompet untuk memberikan uang pada Gueen, Josep sudah terlebih dahulu mengambil buku dari tangan Soraya.
“Ambillah ini untukmu, Kau yang dulu melihat buku ini," ucap Joseph sambil menyodorkan buku itu ke balasan Gueen, membuat Soraya dan juga Helmia menoleh.
“Joseph, pa-apaan kau!" helmia berbicara dengan tidak terima, seperti biasa dia akan terus membela Putri bungsunya.
“ Kakak kenapa Kakak membela dia. Aku yang mengambil buku ini," ucap Soraya dengan kesal karena kakaknya malah membela orang lain.
“Buku ini miliknya, jadi tutup mulutmu.” Hardik Joseph.
Mata Soraya mata Helmia membulat ketika Joseph mengatakan itu, mereka tidak percaya kata-kata itu keluar dari mulut Joseph. Sedangkan Soraya Sm yang ditatap intens oleh Josep menjadi gugup, apalagi dia juga sudah mengetahui bahwa dia bukan anak kandung helmia, Karena tanpa sengaja dia melihat kertas hasil tes DNA di kamar Josep. Tapi dia masih berpura-pura tidak tahu.
ranjang adlh tmpt penyelesaian masalah suami istri 🤭