Bagaimana rasanya jika dicintai guru pembimbing sendiri? Ya, itulah yang di rasakan oleh pemilik nama Sefanya Arkhava. Seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA bertubuh mungil dan berparas cantik itu aktif dalam sebuah club musik yang dimana ia sangat menyukai irama lagu.
Sefa merupakan salah satu murid dengan berbagai bakat yang di milikinya dipertemukan dengan seorang guru pembimbing yang mengajarinya dalam bermain musik.
Kalandra Ghiffari pria yang berhasil sukses di usia muda kini menjadi guru pembimbing club' musik di salah satu sekolah bergengsi di kotanya. Parasnya yang tampan berhasil memikat para kaum wanita di luar sana.
Lantas seperti apa kisah pertemuan Sefa dan Kalandra? Yuk simak terus dalam kisah Love Melody
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Dalam sebuah rumah seorang pria paruh baya tidak hentinya terus mondar-mandir memikirkan putrinya yang masih belum juga pulang, jam pulang sekolah sudah lewat dari tadi namun Sefa masih belum juga sampai di rumah tentu saja hal itu menjadikan Aidan sebagai seorang ayah mencemaskan nya.
Biasanya jika pulang telat Sefa selalu memberi kabar terlebih dulu namun tidak untuk kali ini, Merry yang sedari tadi memperhatikan Aidan sudah cukup pusing di buatnya. Kedua orang ini memiliki sifat yang bertolak belakang, jika Aidan terlalu over protective lain hal nya dengan Merry yang selalu bersikap santai.
"Apa kau tidak bisa diam sebentar saja? Pusing aku melihatnya dari kau hanya bolak-balik terus."
"Bagaimana kau bisa diam sementara Sefa masih belum juga pulang, ini sudah hampir malam merry!" Sahut Aidan.
"Baru hampir balik malam lagian bukannya sudah biasa bagi Sefa?"
"Tapi biasanya dia memberi kabar, dan sekarang bahkan aku telfon pun ponselnya tidak aktif."
"Jangan berpikir aneh-aneh mungkin batere nya habis."
"Lihatlah, di luar bahkan sudah mendung kemungkinan malam ini akan turun hujan cukup lebat bagaimana jika Sefa terjebak hujan dan tidak bisa pulang? Pokoknya aku harus menjemputnya." Aidan hendak pergi keluar namun di tahan oleh Merry.
Bukan tanpa alasan Merry melarang suaminya pergi, melainkan ada sesuatu yang ia sembunyikan bersama dengan Sefa. Beberapa jam lalu, Sefa mengubungi mama nya untuk memberikan kabar mengenai festival musik yang di tawarkan oleh Alan, merasa ada kesempatan emas, Merry langsung menyetujui hal itu tanpa berbincang terlebih dulu dengan suaminya.
Disisi lain, Sefa sedang sibuk berlatih menggali bakat nya yang selama ini ia kembangkan, bukan di sekolah ataupun studio musik melainkan di rumah Alan yang kebetulan tidak ada orang lain disana jadi Sefa bisa dengan fokus melatih jari-jari nya.
Semakin hari kedekatan keduanya semakin akrab bukan seperti seorang guru dan murid melainkan mereka terlihat seperti layaknya seorang teman atau bahkan lebih dari itu. Di jam makan malam, Alan sengaja menyiapkan makan malam nya sendirian ia sibuk memasak di dapur sementara Sefa masih sibuk dengan piano nya.
Sampai tercium bau aroma masakan yang begitu lezat menusuk hidung Sefa dan membuatnya merasa lapar, penasaran dengan siapa yang memasak akhirnya Sefa meninggalkan tempat duduk nya dan berjalan menuju sumber aroma yang tercium.
Sesampainya di ambang pintu ia melihat Alan yang dengan lihai menyajikan sebuah hidangan makan malam untuk nya dan juga gadis yang di bawanya. Sudut bibir Sefa pun terangkat begitu saja hingga menampakkan senyuman nya, ia benar-benar kagum dengan kepribadian Alan yang multi.
Bukan hanya menguasai di dunia musik tetapi ia juga bisa melakukan hal lain diluar itu. Sefa menghampiri Alan dan dengan sengaja ia mengejutkannya beruntung air panas yang di pegangnya dalam gelas tidak tumpah mengenai Sefa.
"Ahh maaf, aku kira kamu tidak lagi pegang air panas."
"Gak papa, yang penting tidak mengenai kamu."
"Aku belum selesai menyiapkan semuanya tapi kami sudah datang lebih dulu." Sambung Alan.
"Lalu kenapa? Salah sendiri membuat masakan yang menggugah selera." Sahut Sefa.
"Baiklah, ini sebentar lagi juga selesai kau duduk disini dan bersiaplah untuk menilai hasil masakan ku." Alan menarik satu kursi untuk di duduki oleh Sefa.
Setelah selesai dengan semuanya ia menarik satu kursi lainnya yang berada di depan Sefa dan segera duduk disana. Satu suapan berhasil lolos masuk ke mulut gadis itu, rasa yang luar biasa yang ia rasakan saat mengunyah makanan tersebut tidak kalah dari masakan Merry sang mama.
Selesai makan Alan membiarkan Sefa untuk tetap diam di tempat, lain hal nya dengan dirinya yang mencuci piring dan membereskan semuanya.
"Sebenarnya mana sifat mu yang asli?" Pertanyaan Sefa yang seperti itu dan di ajukan secara tiba-tiba membuat Alan menghentikan aktivitasnya sejenak.
Ia menoleh ke arah Sefa sebentar dan kembali melanjutkan mencuci piring nya sampai semuanya benar-benar bersih dan rapi kembali.
"Hey, kenapa kau tidak menjawab pertanyaan ku?"
Alan menaruh gelas berisi air putih yang di genggamnya dan duduk di samping Sefa. Ia menopang dagu nya dan menatap ke arah Sefa dengan balik bertanya.
"Apa aku terlihat sedang membohongi mu?"
Sefa melirik dan mendapati kedua mata Alan yang kini tengah menatapnya.
"Tidak, hanya saja yang ku ingat dari pertama kita bertemu sampai saat ini sifat mu berubah-ubah."
"Pertama bertemu sifat mu sungguh dingin namun peduli dengan orang lain, tapi sekarang kau bahkan seolah terus mendukung ku dalam mengejar mimpi ku sungguh sulit untuk di tebak." Sambung Sefa menjelaskan semuanya.
Alih-alih menjawab pertanyaan Sefa, Alan malah mengalihkan pembicaraan nya, ia melihat jam yang terpasang di dinding waktu menunjukkan pukul 9 malam dan itu artinya sudah hampir larut. Alan mengajak Sefa untuk segera pulang karena khawatir dengan orangtua yang akan mencemaskan nya.
Walau ia telah memberitahu Merry namun tidak dengan Aidan, bisa kena sanksi berat jika Sefa pulang lebih malam lagi. Menyadari akan hal itu Sefa pun mengiyakan ajakan Alan, kedua nya bergegas keluar dan masuk kedalam mobil.
Sesampainya di depan rumah, Sefa langsung pamitan pada Alan yang masih terdiam di dalam mobil. Sebelum gadis itu turun keluar entah hal apa yang membuat Alan mengusap pucuk kepala Sefa seraya tersenyum dan menyemangati gadis itu.
Sefa yang di buatnya kaku itu langsung keluar dengan terburu-buru dan masuk kedalam rumah. Benar saja, baru membuka pintu Sefa langsung di sambut oleh tatapan tajam yang ayah. Beberapa pertanyaan di lontarkan Aidan namun dengan santai dan bercanda gadis itu menjawab semuanya.
"Kau... Apa kau benar-benar ingin membuat ku...." Ucapan Aidan terhenti ketika ia merasakan sakit di dada sebelah kiri nya.
"Pa.. sudah aku bilang papa jangan marah." Sefa menuntun Aidan untuk duduk di sofa.
"Ku bilang juga apa? Jangan keseringan mengomeli putri mu itu ini akibatnya." Sahut Merry yang mengambilkan obat untuk Aidan.
Sefa mengambil air putih untuk papa nya dan duduk di sampingnya sambil memijat pelan kedua pundak papa nya. "Pa, apa kau lupa gadis mu ini sudah tumbuh dewasa?" Sefa mencoba membujuk papa nya namun hasil nya selalu tetap sama.
"Bagi papa kau masih anak bayi yang perlu di rawat dan di jaga, jadi jangan harap kau bisa lepas dari pantauan papa.",
"Ma..." Ucap Sefa manja meminta pembelaan.
"Sudahlah jangan dengarkan pak tua ini, kau masuk kamar dan istirahatlah suatu saat nanti juga kau akan menikah dan lepas dari tekanannya."
"Baiklah." Sahut Sefa yang beranjak dan pergi masuk ke kamarnya.
"Bagaimanapun juga kau tetap putri kecil ku Sefanya!! Tidak akan ada yang bisa merubah itu." Teriak Aidan.
"Sudah! Kau ini pikirkan saja kesehatan mu." Sahut Merry yang menepuk pundak suami nya.
***