Love Melody

Love Melody

Bab 1

Gadis mungil yang memiliki kulit putih, dan berambut panjang itu terlihat sedang melakukan aktifitas pagi nya di hari libur. Sefanya Arkhava merupakan putri tunggal yang terlahir dari keluarga Arkhava kesukaannya di bidang musik membuat ia ingin menjadi seorang pianis profesional namun keinginannya selalu di tentang oleh papa nya yang merupakan seorang guru matematika.

Tapi Sefa tidak menyerah begitu saja, ia tetap melanjutkan hobi nya itu walau harus sembunyi-sembunyi dari papa nya. Lain hal nya dengan sang mama yang selalu mendukung apa yang menjadi cita-cita putrinya itu.

Selesai olahraga, Sefa duduk di kursi taman dengan memasang earphone di kedua telinganya, ia memejamkan mata dengan jemari yang bergerak mengikuti irama lagu yang di dengarnya. Di rasanya matahari mulai meninggi dan cukup panas Sefa kembali beranjak bergegas kembali ke rumah.

"Wangi banget, masak apa ma?" Tanya Sefa yang telah masuk kedalam rumah.

"Biasa, masak makanan favorit kamu." Sahut Merry sang ibu.

"Cepat bersihkan dirimu habis itu kita makan." Sahut Merry kembali.

Sefa hanya mengacungkan jempolnya dan melenggang masuk ke kamarnya. Setelah selesai membersihkan dirinya Sefa kembali keluar dan menuju ruang makan untuk menemui mama nya. "Tumben rapi banget, mau pergi keluar kah?" Tanya Merry yang melihat putri nya berdandan tak seperti biasanya.

"Iya ma, ada beberapa barang yang ingin aku beli untuk besok." Sahut Sefa seraya memasukkan sendok berisi makanan ke mulutnya.

"Ahh iya mama lupa besok kamu sudah kembali ke sekolah."

"Belajar yang rajin jangan belajar hal yang gak penting." Celetuk papa Sefa yang baru saja datang.

"Sefa anak yang rajin, apa maksud mu bicara seperti itu?"

"Kamu pikir aku gak tau dia selalu menghabiskan waktu nya dengan piano? Itu hanya buang-buang waktu!" Sahut Aidan.

"Apa menjadi seorang pianis begitu hina bagi papa? Sampai papa melarang ku untuk bermain musik?"

"Papa seorang guru Sefa! Harusnya kamu bisa mengikuti jejak papa mu!"

"Hm, akan ku pikirkan setelah lulus sekolah nanti. Sefa pergi dulu ma, pa." Ucap Sefa yang langsung pamit untuk pergi.

Gadis itu melangkahkan kakinya keluar rumah. Sefa tinggal di area perumahan dengan tetangga yang sangat ramah terhadapnya. Gadis yang terkenal ceria itu selalu menyapa setiap orang yang berpapasan dengan nya, tidak hanya itu ia juga selalu menyapa orang-orang yang sedang berada di luar rumah.

Senyum ceria yang selalu ia pancarkan bisa menyejukkan hati siapa pun yang melihatnya. Aura kecantikan natural yang di milikinya membuat semua orang sangat senang untuk melihatnya. Tak heran jika Sefa menjadi rebutan para cowok di sekolahnya.

Sampai di sebuah toko, gadis itu mengambil beberapa alat tulis untuk memulai sekolahnya esok hari, tak lupa juga ia mengambil satu buah buku panduan musik untuk mendalami bakat nya dalam bermusik. "Walau papa gak setuju, aku tetap gak akan menyerah." Gumam Sefa seraya memeluk buku itu sebelum ia membayarnya.

Sial nya setelah di depan kasir saat Sefa akan membayar semua belanjaannya, ia lupa dengan satu hal yaitu dompet yang tertinggal di dalam kamarnya. "Aishh.. bodoh! Kenapa aku bisa melupakannya?" Gumam Sefa. Ia tidak sadar akan hal itu karena Sefa pergi ke toko itu dengan berjalan kaki.

"Emm.. maaf kak, sepertinya aku tidak jadi membeli itu." Ucap Sefa seraya mengeluarkan senyum nya.

Dengan rasa malu Sefa mengucapkan itu, namun tidak ada pilihan lain selain ia membatalkan semua belanjaannya. Tapi tidak hanya sampai disitu, disaat Sefa telah selesai bicara dengan kasir, seorang pria dari belakang Sefa datang memberikan sebuah kartu pada kasir itu untuk membayar beberapa belanjaannya.

Gadis itu sedikit bergeser ke arah kanan dan melirik sekilas orang yang berdiri di sampingnya. Ia pun pergi meninggalkan toko itu dengan tangan yang kosong "Sefa.. Sefa... Kenapa bisa ceroboh sih sampai harus ketinggalan dompet." Gumamnya dengan langkah yang mulai menjauh dari toko tadi.

"Hey kau!!" Teriak seseorang memanggil Sefa.

Gadis itu menoleh ke belakangnya dan melihat siapa yang memanggilnya atau ia hanya salah mendengar. Terlihat seorang pria yang berdiri tepat di belakang Sefa dengan dua tentengan yang berisi beberapa buku di tangan kanan dan kirinya. Sefa melirik kesamping kanan kiri namun ia tidak mendapati satu orang pun yang berada disana.

"Aku?" Tanya nya sambil menunjuk dirinya.

"Ya, kamu." Sahut pria itu seraya menganggukkan kepalanya.

Gadis itu kembali melangkah untuk menghampiri pria yang memangilnya tadi.

"Apa kita saling mengenal?" Tanya Sefa begitu saja.

"Tidak." Sahut pria itu.

"Lalu untuk apa kau memanggilku?"

"Ohh ini punya mu." Pria itu menyodorkan satu tentengan di tangan kanan nya.

Sefa yang tak mengerti mengerutkan kening nya sambil melihat tentengan yang di berikan pria asing itu. "Bukankah tadi kau ingin membeli ini?" Tanya pria itu. Seketika Sefa teringat dengan pria yang berdiri di sampingnya tadi. Ya, dia adalah pria itu yang mungkin membayarkan semua belanjaan Sefa. Ohh tidak, mereka tidak saling kenal jadi untuk apa pria itu membayar semuanya?

"Ini memang barang yang ingin ku beli tadi, tapi kenapa kamu membawanya?" Tanya Sefa setelah melihat beberapa barang di dalam tote bag.

"Ambil saja, aku lihat kau sangat menyukai semua itu." Pria itu pun pergi melewati Sefa yang masih berdiam diri di tempat.

Sementara dengan gadis itu hanya memutar tubuhnya dan menatap punggung pria yang telah membayarkan semua belanjaannya itu. "Siapa orang itu? Sepertinya dia bukan siswa di sekolah ku, anehnya kenapa dia mau membayarkan semua belanjaan ini? Padahal kenal aja enggak." Gumam Sefa yang masih dengan tatapan sama meski orang itu telah hilang dari pandangan nya.

Tanpa pikir panjang lagi Sefa bergegas kembali ke rumah karena awan mulai gelap menandakan akan segera turun hujan. Belum juga sampai ke rumah, hujan pun mulai turun dengan cukup deras, akhirnya Sefa memutuskan untuk berteduh di sebuah halte bus yang kebetulan kosong.

Entah ini kebetulan atau sebuah takdir, lagi-lagi Sefa bertemu kembali dengan pria tadi dia ikut berteduh di tempat yang sama dengan nya. "Loh dia lagi? Bukankah tadi dia telah pergi?" Batin Sefa sambil diam-diam melirik cowok di sampingnya.

Berbeda hal nya dengan pria itu yang anteng menatap tetes demi tetes air hujan. Dia duduk di halte tersebut dan mengambil buku serta pulpen dari dalam tas nya. Sefa yang masih berdiri agak depan mencoba menghiraukan pria itu sejenak tapi tidak dengan pikirannya yang begitu kepo mengenai orang yang kini telah duduk di belakang nya.

Akhirnya Sefa mundur beberapa langkah dan duduk di samping pria asing itu dengan mata yang melihat ke arah buku yang di pegang pria tersebut.

"Bagaimana kamu..."

"Mampir minimarket."

"Apa yang kau...."

"Sebuah lirik."

"Belum sempat aku menyelesaikan pertanyaan ku kenapa sudah dia jawab? Sungguh tidak sopan." Batin Sefa.

Di rasa hujan sudah mulai berhenti, Sefa kembali beranjak dan menadahkan tangannya. Hanya gerimis kecil yang tersisa akhir nya gadis itu kembali melangkah setelah pamit oada pria itu. Oops... Ada yang lupa, Sefa lupa menanyakan naman dan meminta alamat pria itu untuk mengambilkan uang yang telah di habiskan nya untuk membeli beberapa barang.

Gadis itu berniat untuk kembali namun ketika ia berbalik, pria yang ingin di temui nya kembali telah berada tepat satu langkah di belakang Sefa hingga membuat gadis itu tidak sengaja menabrak si pria dan hampir terjatuh, untung nya dengan sigap pria itu menahan Sefa hingga terjadi kontak mata yang secara langsung dari keduanya.

***

Terpopuler

Comments

🍾⃝ͩɴᷞᴀͧɴᷠᴀͣ 𝐃𝐋𝐔𝐍𝐀

🍾⃝ͩɴᷞᴀͧɴᷠᴀͣ 𝐃𝐋𝐔𝐍𝐀

💜

2024-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!