Bukan Menantu Idaman

Jaka yang merasa dipeluk oleh wanita asing langsung mendorong tubuh Aisyah dengan kuat, hingga membuat nya hampir terjungkal

'' Aakkhh...,, Aisyah hampir tersungkur jika tidak ditahan oleh seseorang

'' Al, kamu ini apa-apaan? kenapa mendorongnya? kamu tidak apa-apakan?'' tanya pria tersebut pada Aisyah, yang tak lain adalah Jimi, Aisyah hanya menjawab dengan gelengan kepala

'' Habisnya wanita ini main peluk sembarangan, tampangnya saja kelihatan alim, tapi kelakuan nya tidak bermoral,

'' Al, jaga ucapanmu!!" sentak Jimi

'' Bang Jimi kenapa membentak saya? jelas-jelas dia yang salah, mana ada wanita muslimah memeluk lelaki yang bukan mahram nya.'' ucap Jaka

Tiba-tiba air mata Aisyah mengalir begitu saja saat mendengar ucapan Jaka yang sangat menyakitkan hatinya, ia sungguh sangat tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi pada suaminya, kenapa Jaka seolah tak mengenalinya, apa yang terjadi?, itulah yang ada dipikiran nya saat ini,, dengan cepat ia langsung menghapus air matanya, lalu kembali menatap pria, yang tadi sempat berlaku kasar dengannya

'' Bang Jaka, apa Abang tidak mengenaliku?'' ucapnya, pandangannya tak lepas dari sosok Jaka, suami yang selama tiga tahun menghilang, suami yang selalu ada dihatinya, yang selalu dirindukannya.

'' Kalau aku mengenalmu, maka tidak mungkin aku bertanya padamu bukan? ini adalah kali pertama aku melihat dan bertemu denganmu.'' ucapnya lagi

'' Bang, aku istrimu, bagai mana mungkin kamu tidak mengenali ku?'' ucapnya lirih

'' Hah? istri? jangan ngaco kamu, bagai mana mung---,, aakkkhhh,, kepalaku sakit.'' teriaknya sambil memegangi kepalanya yang terasa amat sakit

'' Al kau tidak apa-apa? ayo kita masuk kedalam,'' ucap Jimi sambil membantu adiknya masuk kedalam rumah, namun sebelum itu, ia sempat meletakan sesuatu diatas kap mobil depannya, lalu mengisyaratkan Aisyah untuk mengambilnya, setelah keduanya masuk, Aisyah langsung mengambil sesuatu yang tadi sempat diletakan oleh Jimi diatas kap depan mobil tersebut,, yang ternyata adalah sebuah kartu nama, beserta nomor ponselnya.

Saat ini Aisyah sedang duduk sambil memangku putrinya Lala, wanita itu terlihat membelai rambut putri semata wayangnya, tatapannya sendu, banyak sekali pertanyaan dikepalanya saat ini, tentang suaminya yang sama sekali tak mengenalnya, tadinya ia sangat bahagia karna melihat Jaka masih hidup dan keadaannya sehat, namun ia bingung kenapa suaminya itu seolah tidak mengenalinya sama sekali, bahkan dalam pikirannya, Aisyah sempat berpikir, mungkin kah suaminya itu hanya pura-pura saja tidak mengenalnya, atau mungkin pria itu sudah tidak menginginkan dirinya lagi? begitulah yang ada dipikirannya saat ini.

'' Ais, kamu kenapa? wajahnya murung begitu?'' tanya Bu Uma wanita paruh baya itu mengambil posisi duduk disamping nya

'' Buk, tadi aku bertemu dengan bang Jaka.'' ucapnya

'' Hah? bertemu Jaka? kamu serius nak? suamimu ternyata masih hidup? lalu kalian bertemu dimana?'' tanya wanita paruh baya tersebut yang terlihat antusias

Aisyah pun menceritakan semua nyapada Bu Uma, bagai mana ia bisa bertemu dengan suaminya tersebut, Bu Uma yang mendengar cerita Aisyah, juga ikut merasa sedih, wanita paruh baya tersebut mengusap punggung Aisyah untuk memberi kuatan padanya." Kamu sabar ya nak? ibu yakin, jika kalian memang ditakdirkan bersama, maka akan ada jalan untuk itu semua." ucapnya

" Iya Bu, terimakasih Bu Uma selalu memberikan kekuatan padaku, aku sangat membutuhkannya sekarang" ucapnya dengan mata yang bekaca- kaca, Bu Uma pun langsung memeluk Aisyah untuk menenangkannya.

DITEMPAT LAIN

Terlihat Jimi sedang membantu Jaka duduk diatas sofa, Jaka terus memegangi kepalanya yang terasa berdenyut,

" Loh, Al kenapa Jim? kepalanya sakit lagi?" tanya Bu Lidya sambil duduk disamping Jaka

" Iya mah, tadi saat diluar, Al bertemu---,,

" Tadi Al bertemu dengan teman lamanya mah, hanya saja dia tidak mengenalinya, dan pada saat Al ingin mencoba mengingat temannya itu, tiba-tiba sakit kepalanya kambuh." potong Jimi dengan cepat, ia tidak ingin jika sampai Jaka mengatakan yang sebenarnya, bisa- bisa masalah akan semangkin besar. Sedangkan Jaka sendiri tak tau kenapa abangnya tersebut harus berbohong pada ibu mereka, ia juga tak ingin ambil pusing, karna memikirkannya akan membuat kepalanya bertambah sakit.

Saat ini Jaka sedang beristirahat dikamarnya, setelah sebelumnya ia sempat minum obat yang selalu ia konsumsi setiap kepalanya kembali kambuh. Dua jam kemudian terlihat Jaka mulai membuka matanya, saat ia membuka mata wajah pertama yang ia lihat adalah wajah wanita yang ia temui tadi siang

Siapa sebenarnya wanita itu? kenapa dia mengaku sebagai istriku? jika benar, tapi kenapa aku sama sekali tak bisa mengingat dan mengenalinya? atau jangan-jangan itu hanya akal-akalan wanita itu saja?

Batinnya

Sedangkan dibawah terlihat Bu Lidya sedang kedatangan tamu, dan mereka tak lain adalah keluarga Intan, sekaligus teman dan rekan bisnisnya

'' Maaf ya karna Al gk bisa nemani kita, soalnya kepalanya tadi tiba-tiba sakit lagi, makanya saya suruh dia istirahat dikamarnya.'' ucap Lidya merasa tidak enak

'' Tidak apa-apa Bu Lidya, biarkan saja dia istirahat.'' ucap ibu dari intan tersebut

'' Ayo silahkan diicip kuenya.'' ucap Lidya yang langsung diangguki oleh calon besannya

'' Wah ini enak sekali kue nya, kamu beli dimana ini?'' ucap nya sambil menikmati kue yang ada ditangannya

'' Oh ini tadi kebetulan ada yang buat,'' jawab Lidya

'' Kalau seenak ini kue nya, nanti saat lamaran, ini saja kue nya Bu Lidya sambung bapak dari Intan

'' Begitu ya? boleh-boleh, itu bisa diatur.'' jawabnya sambil memaksakan senyumnya

Sedangkan pak Kevin terlihat lebih banyak diam, ia hanya bicara sesekali saja, itu pun jika ditanya oleh tamunya tersebut.

'' Oya, kalau Jimi kemarin kenapa tidak jadi menikah dengan tunangannya?'' tanya ibunya Intan yang bernama Bu Sari

'' Oh, itu karna tunangannya itu ketahuan selingkuh, padahal seminggu lagi mereka mau nikah, untung saja Jimi tau, dan langsung membatalkan pernikahan saat itu juga.'' jelas Lidya berapi-api

'' Bukankah mama bilang jika Mega itu gadis yang baik dan terpelajar? dan mama dulu juga selalu membangga-banggakannya, nyatanya terlahir dari keluarga terpandang tidak menjamin apapun, bahkan banyak orang yang biasa-biasa saja lebih baik dari orang terpandang sekali pun.'' sindir pak Kevin, membuat Bu Lidya tak bisa berkutik lagi.

'' Yang dikatakan pak Kevin ada benarnya, tidak semua orang dari kalangan bawah sifatnya buruk, begitu pula sebaliknya, bahkan banyak orang-orang terpelajar sekarang malah bersikap jauh lebih buruk dari pada orang yang tidak sekolah.'' sambung ayah dari Intan, calon besan mereka.

Bersambung