NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Duda / CEO / Cinta Paksa / Beda Usia
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

KISAH PERJUANGAN SEORANG LAKI-LAKI MENGEJAR CINTA GADIS BERCADAR YANG BELUM MOVEON SAMA PRIA MASA LALUNYA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13

"Kamu memiliki banyak kesempatan loh disitu. Kalau kamu berpikir aja, bisa kamu kejar, ikuti dia. Bukan hanya diam ditempat!" Bella bangkit dari duduknya, wajahnya merah padam. Tatapannya tajam mengarah tepat ke Mata lucky. "Kamu sangat mengecawakan, lucky. Menyia-nyiakan kesempatan yang tidak akan datang dua kali!" Setelah mengucapkan itu, Bella pergi meninggalkan ruangan dengan perasaan kecewa dan marah.

"Bang! Sabar bang!" Ucap Revan menenangkannya.

"Dia kenapa sih marah-marah Mulu sama gue?" Tanya lucky menyesap minum, mencengkram botolnya erat, sembari menunjuk-nunjuk Bella yang sudah hilang dengan dagunya.

Sabrina, Eva dan livy mengedikkan bahunya, menjawab 'nggak tahu' secara tak langsung.

"Tadi dia lembut-lembut aja sama kita-kita, bang. gak ada tuh marah-marah. Tapi semenjak Lo Dateng kesini, dia jadi gitu bang! Aneh banget!" Ucap Revan membuat lucky berpikir sejenak.

"Keknya gara-gara Lo sering bikin dia kesel kali bang! Misalnya nyentuh dia, dan coba Lo ingat-ingat dah.

hal apa yang Lo perbuat sampe ngebuat dia gitu!" Titah Revan, berusaha membuka pikiran lucky.

Dikamar mandi, Bella bersandar pada pintu yang terkunci rapat. Tubuhnya perlahan merosot ke lantai. Ia membeku, tak bisa lagi berpikir jernih. Sepasang Matanya berkaca-kaca, dadanya terasa sangat sesak. Bukan karena lucky, tapi karena kerinduannya pada sosok arhan lewat cerita lucky barusan.

"Arhan..... Aku rindu..... Rindu banget....." Suara Bella parau. "Aku rindu semua tentang kamu..... Aku pengen lihat kamu, lihat senyum kamu, lihat wajah kamu, lihat tatapan kamu yang selalu bikin aku merasa nyaman. " Air mata Bella jatuh satu persatu, membasahi pipinya.

"Aku tahu… aku cuma cinta sendirian. Kamu nggak pernah janji apa-apa… kamu nggak pernah kasih harapan. Tapi hati ini tetep milih kamu, Habibi (sayang). bodohnya aku, ya?" Tanpa sadar Bella menyematkan panggilan itu, sebuah panggilan khusus yang diberikannya untuk arhan. Namun, hanya dipendam seorang diri selama ini.

Ia tersenyum getir, pahit. isaknya pecah tanpa suara.

"Kalau pun kamu denger ini, kamu pasti cuma bakal diem, gak peduli.... karena buat kamu, aku mungkin nggak pernah ada, nggak berharga, nggak penting… tapi buat aku, kamu selalu ada, selalu berharga, selalu penting. Bahkan disaat kamu nggak ngelihat aku sama sekali"

Bella memejamkan matanya, ia meremas dadanya yang terasa sangat sesak. Ingatannya tiba-tiba memicu pada momen kelam nyaris membuat hidupnya hancur.

Malam itu—malam 10 hari yang lalu. dia berjalan-jalan seorang diri disunyinya malam, mencari angin, menenangkan hati serta ingin menikmati indahnya suasana ditengah kegelapan. Namun, diperjalanan ia tersesat ditempat sepi. Tiba-tiba 4 preman datang menghampirinya dengan seringai licik, Bella berteriak ketakutan dan mundur beberapa langkah hingga naik ke pos ronda. Ia mencari pertolongan, naasnya preman itu mendekatinya dengan mata liar, menghadangnya, mengunci pergerakannya. Bella menjerit namun suaranya tertahan, dibekap. Hanya air mata yang tumpah, berharap pertolongan pada Allah. Ia tak mau hidupnya rusak. Tak rela kesuciannya diambil sama mereka. Ia pasrah dalam keheningan, tak sanggup lagi. Tenaganya mulai lelah, kewalahan menghadapi 4 laki-laki itu. Air mata terus tumpah, menyerah secara fisik. Namun hatinya tak menyerah. Meski tubuhnya lemah, hatinya tanpa sadar, berteriak-teriak memanggil nama arhan. Sosok yang tak pernah lepas dari pikirannya, satu nama yang mengisi ruang dihatinya.

'Arhan tolong..... Aku butuh kamu' bisiknya dalam hati, mengharapkan kehadiran pria itu.

Tak lama dari itu, mobil berhenti didepan pos dan keluarlah sosok pria. Mata Bella yang basah langsung terbelalak, antara terkejut dan tak percaya melihat sosok itu nyata, beneran hadir depan matanya.

"Lepaskan dia!" Teriak arhan kala itu saat melihat cadar yang dikenakan bella dilepas paksa sama preman.

'dia? Apa ini harapan darinya?' batin Bella terharu, sebelum akhirnya tengkuknya dipukul oleh salah satu preman.

"Sialan! Mat1 Lo semua!" Arhan berteriak, mengeluarkan p1st0lnya.

Tubuh bella merosot lemas, pandangannya sayup-sayup. Matanya Menangkap jelas kemarahan, penuh kegelisahan dan juga rasa ketidak terimaan dari wajah arhan.

'makasih sudah datang, Arhan..... A-aku sayang kamu....' bisik Bella terakhir kalinya, melempar senyum tipis sebelum akhirnya pingsan.

Bella sadar kembali, matanya terbuka, langsung terbelalak kala melihat wajah arhan yang menatap lurus kedepan. Bibirnya terbuka, nyaris berteriak. Namun tertahan saat matanya menangkap tubuhnya sendiri yang tengah digendong arhan ala brydal style. Mata Bella teralih kembali, menelisik wajah arhan yang tampak khawatir. Namun pria itu tak menyadari bella bangun. Diam-diam Bella mengulas senyum tipis, hatinya berbunga-bunga bersaman dengan detak jantungnya yang berdetak tak karuan. Ia buru-buru memejamkan matanya, pura-pura pingsan saat arhan menurunkan pandangannya.

'dia gendong aku..... Dia beneran gendong aku... Dia romantis banget.... Ini yang aku impikan dari dulu.... Bisa merasakan digendong kamu, arhan.' batin Bella menjerit-jerit, baper.

Deg!

Ia tertegun sejenak saat merasakan belain lembut tangan kokoh itu menyentuh pipinya. Begitu hangat, menenangkan, nyata.

"Sayang! Sadarlah! Aku khawatir..." Ucap arhan lirih ia mengira wanita yang digendongnya itu Sabrina.

'dia manggil sayang ke aku? Dia mengkhawatirkankan aku?' batin Bella mengira dirinya yang dipanggil arhan, hal itu membuatnya baper sendiri, istilahnya excited sendirian.

'makasih arhan! Makasih sudah menolongku.... Kamu romantis banget.... Aku juga sayang kamu.... Aku cinta banget sama kamu.....' batin Bella larut, terbawa berperasaan tak menentu. 'andai saja dia tahu kalau orang yang digendongnya aku. Orang yang mencintai kamu secara diam-diam, Arhan. kamu memberi aku harapan ya? Kamu sayang sama aku, ya? Bener kan?' lanjut Bella membatin, berharap dalam diam.

Bella mengulas senyum dengan pandangan lurus, menatap tembok kamar mandi. "Kamu memberiku harapan arhan! Kamu ngasih aku harapan!" Ucapnya senyum-senyum sendiri dengan pipi merona.

Bagi Bella, sikap dan kata-kata arhan saat itu adalah sebuah harapan nyata, membangkitkan perasaaannya. Membuncah diam-diam, panggilan sayang itu sungguh membekas sampai sekarang. Wanita mana yang tidak baper dipanggil dan diperhatiin seperti itu, terlebih yang memanggilnya sosok pria yang dicintai-nya.

"kamu crush aku Arhan..... Sayangnya, kamu sudah jadi milik Sabrina..... Arhan, kamu tega sekali ngasih harapan lewat sikap dan perhatian kamu. Bikin aku merasa istimewa, seolah aku penting, seolah aku punya tempat. padahal aku bukan siapa-siapa. Lalu kamu pergi setelah aku baper dan terlanjur berharap sama kamu." Ucap Bella sendu dengan mata berkaca-kaca kembali.

Ia menggigit bibir bawahnya, kepalanya menengadah, menahan Isak tangis. "Aku bukan marah... Cuma sakit. Sakit karena baper dan berharap sama orang yang hatinya bukan buat aku, melainkan untuk adikku." Butiran bening mengalir deras membasahi pipinya tanpa mampu ia tahan.

"Aku tahu dia nggak pernah janji apa-apa. Tapi sikapnya... caranya nyebut ‘sayang’ waktu itu... caranya gendong aku seolah aku ini paling berharga... Itu cukup bikin aku percaya. Percaya kalau mungkin... aku bisa jadi seseorang buat dia."Ia tertawa getir dengan air mata yang terus mengalir.

"Sabrina kamu beruntung banget..... Bisa dicintai sama dia setulus itu....." Bibir Bella bergetar, matanya tampak basah menatap langit-langit kamar mandi. "Andai aku bisa ditatap dengan cara dia yang natap kamu... Dipeluk dengan cara dia melindungi kamu saat itu." Bella mengigit bibir bawahnya, menahan kesesakan didada yang hampir pecah saat teringat momen arhan memeluk Sabrina dengan erat, tubuhnya jadi tameng hidup dari peluru yang melesat cepat, hampir menewaskan adiknya.

Hati Bella berdenyut. Matanya memanas ketika melihat tubuh arhan yang berdiri, merengkuh tubuh adiknya dengan sudut bibir mengalirkan d4rah, menyunggingkan senyum.

Ia diam menyaksikan. Air mata langsung tumpah tanpa mampu ia tahan. Bella berteriak histeris kala melihat tubuh arhan yang ambruk, telentang ditanah dengan mata memejam, sementara d4r*h terus mengalir dari bibirnya yang masih menerbitkan senyuman. Ia hanya bisa diam menyaksikan pemandangan itu, dunianya seolah berhenti berputar. Semangat hidupnya seakan sirna begitu saja saat menatap arhan yang telentang tak berdaya ditanah, pertahanannya yang selama ini ia bangun, runtuh tanpa tersisa. Ia meraung-raung tanpa peduli dengan orang-orang sekitarnya.

"Sehebat itu dia mencintai kamu, Sabrina. Dia sampai rela mengorbankan dirinya sendiri, asal kamu hidup!" Ucap Bella dengan sorot mata menyala, rahangnya mengepal. Menyiratkan emosi dalam-dalam.

"Baru kali ini aku sulit menerima takdir, maafkan aku Ya Allah.."

Diruang tamu.

"Sabrina! Kakak kamu coba sih di tegur dikit aja! Bilangin suruh jaga ucapan!" Ucap lucky menahan kekesalannya.

"Tegur gimana?" Tanya Sabrina mengangkat sebelah alisnya.

"Tegur gitu. Bella kalo ngomong sama lucky jangan marah-marah terus. Setiap ada saya dia nyolot melulu!" Oceh lucky mengeluarkan unek-uneknya.

Lucky yakin jika Bella ini punya dendam pribadi dengannya. Sebab, setiap kali melihatnya, sorot mata gadis itu selalu saja tajam, benci dan dingin seolah tak pernah suka, ketara banget.

Sikap Bella yang lembut selalu saja berubah sinis, kesal, bahkan menyakiti perasaannya saat lucky hadir disampingnya.

Emang punya masalah internal nih cewek. Pikir lucky sangat yakin.

"dia gak suka kali sama Lo, bang. Mungkin, dari penglihatan dia saat natap Lo, bukan seperti cewek-cewek pada umumnya yang ngeliat laki-laki tampan, melainkan aki-aki mesum, yang cabul gak ketolongan kayak di film-film BKP!" Celetuk Revan ngakak membuat Eva dan livy ikutan ngakak.

Dengan rasa tak terima disamakan antara dirinya dan aki-aki difilm jepang, Lucky langsung melayangkan pelototan sinis. "Gila Lo! Parah banget perumpamaannya! Gak segitunya juga kali. Masa iya gue mirip aki-aki caboel!"

"Sumpah, Mirip banget bang. Mirip banget sama aki-aki yang modus mau ngurut, eh. Gak taunya, malah grepe-grepein cewek! Lo pernah nonton gak bang? Kocak, ada dramanya pula" Kelakar Revan tak henti-hentinya ketawa. Livy dan Eva terpingkal-pingkal, Sabrina hanya bisa diam, tak mengerti. Ia tidak pernah menonton film dewasa seumur hidup, awas terkontaminasi Sabrina.

Lucky mendengus pelan. "Gue gak pernah nonton gituan! Dosa lor!"

Revan menghentikan tawanya, memicingkan matanya, menyunggingkan senyum ngejek. "Yailah! giliran gitu baru nginget dosa lu bang! Giliran mabok kagak ada tuh inget-inget dosa!" Cibirnya. Lucky mengedikkan bahunya.

"Bohong banget sih. Sekelas lucky Raze gak pernah nonton begituan? Nih potong kuping gue!" Tantang Livy memegang satu telinganya.

"Celi! Jangan percaya! Dia aja sering ngirim link terbaru ke gue!" Celetuk Revan membuka.

"Gak usah dibahas disini juga! Ini privasi kita berdua. Nantinya mereka tau rahasia kita berdua, Oon!" Lucky menimpuknya dengan botol air mineral kosong tepat mengenai kepala Revan.

"Sakit bang!" Ringis Revan mengusap palanya.

"Kita sering main solo lor! Kagak usah diumbar!" Ceplos lucky.

"Jangan dibongkar juga pinter! Mereka kan jadi beneran tau, kalo kita ini lelaki gak beres!" Gemas Revan malu sendiri.

"Jadi kamu sering nonton gituan kak? Kenapa nggak langsung praktek aja! Kan ada istri, masa dianggurin!" Celetuk livy heran seheran-herannya dengan Revan.

"Punya istri juga anteng Mulu kerjaannya! Suaminya uring-uringan di dalem kamar. Boro-boro diperhatiin, dianggurin Bae! Menengggg Bae. Minimal Dateng sambil nawarin kek. 'mas, kamu jangan gitu dong! Ada aku loh, aku siap nolongin kamu.' alah itu aja kagak pernah ditawarin, bantuin aja kagak pernah. Gue lagi tersiksa aja, malah dikurung didalem kamar, dianya kabur. sampe subuh gue tersiksa nahan efek p*rangs*ng. Diem uring-uringan, guling-guling dikasur kek orang gila!" Gerutu Revan dramatis. Masih ingat jelas dia yang dikurung dan tersiksa sampai menjelang subuh didalam kamar. Mana keadaan tenggorakan seret lagi. Momen itu Tidak akan Revan lupakan se umur hidup.

Sabrina, lucky dan livy memecahkan tawanya membayangkan Revan yang tersiksa, dengan kondisi mata merah, tubuh panas. Wajah Eva merah, memukul lengan suaminya, malu setengah mati.

"Nasib malang dari lorian Revantino Raze" komentar lucky masih ngakak.

"Parah banget kamu, dek. Suami sendiri disiksa! Hati-hati loh, itu bahaya banget tau. Mohon maaf nih ya, bukan kakak sok bijak atau apa. urusan ranjang itu efeknya fatal banget loh. Bisa mendatangkan perselingkuhan jika salah satu pihak nggak puas. Ini fakta loh." Beber livy serius. Eva menelan ludahnya susah payah.

"Gue setuju! Banyak noh laki-laki atau perempuan diluar sana yang nyimpen pasangan cadangan, demi nafsu. Cuman karena gak puas dalam berhubungan ranjang. Jadi jangan disepelein ya." Tutur lucky lembut, langsung melirik Revan. "Apalagi modelannya kek lorian. Tipe-tipe cowok genit. Bisa aja dia selingkuh diam-diam!" Tuduh lucky blak-blakan, membalikkan keadaan.

"Kamu punya selingkuhan diluar sana?" Tanya Eva berujung Revan klarifikasi cepat dengan wajah serius. Sepasang suami istri itu cekcok. Livy dan Sabrina gonta-gantian menatap Eva dan revan. Diam-diam lucky tersenyum tipis, mampus. Suruh siapa meroastingnya terus.

Emang enak, tuman loh lor. Batin lucky senang.

"Aku gak punya selingkuhan, va. Suer ini mah." Revan menggengam tangan Eva, berusaha meyakinkan istrinya yang tampak marah, meneteskan air mata.

"Nggak ada yang tahu lor. Cuman Lo dan cewek yang jadi selingkuhan Lo yang tau perkara ini!" Kompor lucky, terbahak dalam hati, sungguh puas melihat pertikaian itu.

"Gak usah bikin suasana tambah keruh deh bang!" Kesal Revan panik, lalu beralih menatap Eva yang meneteskan air mata.

"Ceraikan aku kak!" Kata Eva dengan dada bergemuruh.

"Allahuakbar! Nggak va! Gue gak bakalan cerein Lo.... Demi Allah gue gak pernah selingkuh! Paling cuma lirik doang!" Aku Revan jujur, ia nyaris mati terduduk mendengar kalimat istrinya itu.

"Bohong tuh, va. Kemarin malem, dia mampir kerumah gue. ngajak booking cewek! Tapi gue langsung nolak ajakan dia! Entah gimana sama dia! Dijabanin atau nggak. Mungkin dijabanin sih!" Ujar lucky mengarang.

Revan menatap nanar sambil geleng-geleng kepala. "Gila sih bang. fitnah Lo kejam bener! Nggak nyangka gue. Emang bener gue semalem keluar, tapi kagak kerumah lu kocak! Ke warung makan, dipertigaan." Revan memasang ekspresi kesal namun terlihat konyol. "Lu tega banget bang, gue lagi diujung parit nih, tinggal selangkah nyemplung, eh lu bukannya nolongin, malah nyebor bensin ke kepala gue! Ya Duar! meledak lah! Gosong tuh pala Ama badan-badannya! Tamat hidup gue! Mati dalam keadaan Ireng, kek arang!"

Mendengar perkataannya, bukannya merasa iba. Mereka semua justru malah ngakak terbahak-bahak. Bahkan Eva yang sedang nangis, ikut terkekeh kecil.

"tadi nangis, minta cere, minta cere. Sekarang malah cekikikan kek tikus kejepit." Goda Revan, menggulum senyum, mencubit pipi istrinya gemas. "Jangan minta cere! Nanti Lo nggak bisa dapet lagi loh cowok humoris kek gue. Didunia ini langka banget! Cuman satu, hanya ada babang Revan yang tampan! Selebihnya kek Raka!"

"Ngejelekin orang Mulu kerjaan Lo. Raka juga cakep, humoris!" Ceplos lucky yang mendapat tatapan kecurigaan.

"Lo demen sama Raka, kak?" Tanya livy curiga.

"Mana ada! Nggak lah! Gue mah sukanya cewek! Itu mah ibaratnya doang! Ibarat! Raka juga cakep, bener kan?" Tanya lucky meralat. Mereka hanya terdiam tak mengganguk.

"Udah, va. Gak usah didengerin! Intinya Lo cerein gue. Nanti nyesel sendiri deh. Apalagi gue ini orangnya humoris, bikin Lo ketawa terus, ya walaupun gue nyebelin sih!" Revan menghela nafas panjang.

"HM! Makanya gini terus dong! Jangan diem aja kalo dirumah! Akunya kan jadi sedih ngeliat kamu yang berubah!" Oceh Eva cemberut.

"Siap! Sayang! Aku usahain! Asal kamu bisa senyum dan ketawa" Kata Revan memeluknya sumringah. Eva membalas pelukannya, bahagia.

Lucky hanya bisa menyaksikan dengan perasaan iri, menginginkan juga tapi sama siapa? Bukannya tak laku. Lucky menjadi top popularitas incaran para wanita kebanyakan. Namun, Lucky pemilih, mencari yang terbaik, yang bisa membimbingnya kejalan yang lurus, selalu ada disampingnya, bisa mengubah dirinya menjadi lebih baik lagi. Kebalik Luk! Harusnya Lo yang ngebimbing cewek.

"Bang! Gue boleh nanya kagak sih?" Tanya revan setelah berduka singkat.

"Nanya apaan?" Tanya lucky menaikkan sebelah alisnya.

"Lo punya mantan kagak?"

"Lo dulu, punya mantan gak?" Tanya lucky balik.

"Orang nanya Kok malah nanya balik sih bang!" Protes Revan.

"Mau di jawab gak?"

"Va, sorry. Gue pernah punya mantan! Pas SMA sih! Yang baru jadian 3 hari langsung putus!" Cicit Revan melirik Eva.

"Kenapa bisa putus?" Tanya Eva penasaran.

"Jangan bilang Lo yang mutusin lor?" Tanya lucky kini dengan wajah penasaran.

"Iya gue yang mutusin! Sakit hati bang, ngeliat dia digonceng sama cowok lain! Pelukan, bercanda, bahkan kissing. Sedangkan gue, berdiri, terpaku dengan hati yang sakit bin sesak saat menyaksikan pemandangan diparkiran itu " Curhat Revan dramatis, nahan nafas.

"Sedihnyo nasib adek gue! Diselingkuhin cewek! Ckckck!" Lucky berdecak sembari geleng-geleng kepala.

"Padahal, kamu cakep gini loh kak, kok bisa gitu diselingkuhin, mata dia mines kali ya segini tampannya. Apalagi masa-masa SMA gak punya luka disini!" Tunjuk Eva tepat dibagian bekas menggaris disudut bibir Revan yang membentang hampir menyentuh dagu. Lalu menunjuk ke bagian luka alis yang menggores, robek.

Bagi Eva, Revan ini ganteng banget, meski mempunyai bekas luka. Dia lebih tertarik sama Revan yang memiliki tanda luka dibandingkan Revan yang mulus. Revan versi ini terlihat sangat cakep, keren.

"Permisi!" Suara Bella yang kembali terdengar. Semua menoleh kearahnya, mengikuti wanita itu yang kini duduk disebelah Sabrina, mata bella tak lagi sembab. Seperti sedia kala.

"Wet! Pengalihan isu nih! Kak lucky! Kamu punya mantan nggak? Jawab!" Livy tiba-tiba menyeletuk.

Lucky menatap Revan, tanpa mau menatap Bella. "Kalau dibilang punya sih! Ya emang punya! Ada 2.... 1 mantan diamerika.... Satu lagi mantan istri yang sudah meninggal!" Lucky meneruskan kalimat terakhir didalam hatinya.

"Satu lagi apa bang!" Tanya Revan menunggu.

"Nggak jadi. Gue cuman punya satu doang! Ada diamerika" Bohong lucky dengan raut wajah dibuat seserius mungkin.

"Gilak! Seriusan diamerika? Cakep gak?" Tanya livy antusias, suaranya dihebohkan sengaja ingin membuat Bella cemburu.

"Kalo dibilang cakep sih, cakep!" Lucky mengikuti permainan kembali.

"Berapa tahun tuh, bang. Maksudnya, ngejalin hubungan?" Kini Revan mulai ikut-ikutan.

"Berapa ya...." Lucky memijat pelipisnya, tampak berpikir. "2 tahun lebih sih, cinta-cinta masa kuliah!" Beber lucky semangat, dalam hati ia berharap Bella menunjukkan kecemburuannya.

Namun Bella terlihat biasa saja, tak cemburu. Bahkan mengganguk dan beroh ria saja. Lucky menghela nafas capek dan kecewa berat.

'nanya kek! Apa kek! Masa diem doang! Biasanya kalo cewek yang suka sama kita! Nanya meski rasa sukanya dikit banget!' Gerutu lucky, berkeinginan Bella bertanya atau apa gitu. Masa dia excited sendiri Mulu. Lelah tau nggak.

"Kenapa nggak balikan aja kak? Nggak kangen sama dia? Atau Cari dia gitu?" Tanya sabrina tak pasrah.

"Males! Ngapain udah lama banget! Ada kali 16 tahunan yang lalu waktu jalin hubungan..." Jawab lucky. Sekarang dia dan mantannya tidak pernah ketemu lagi dalam waktu 10 tahun lamanya.

"Buset! Gue masih 10 tahunan tuh! Tua banget lu kak! Umur 35 ya?" Tebak livy yang diangguki lucky.

"Seriously? Lu 35? Tapi cakep amat kak! Kelihatannya kek anak muda, style-sytle badboy gitu!" Ujar livy terkejut, dia tulus memuji lucky yang memang sangat tampan.

"Ceweknya Spek apa bang? Latina atau blonde?" Tanya Revan mengalihkan.

"Spek latina mantan gue" jawab lucky serius, menatap Bella yang tampak acuh tak acuh. Tangan lucky terkepal dibawah paha, menahan geram.

Ini cewek kok gak bisa cemburu ya? Pikir lucky kesal sendiri.

"Wah, latina! Cantik banget tuh!" Kata Sabrina sumringah.

"Tan skin? Black skin or white skin?" Tanya Revan menggaruk tengkuknya, paham tak paham yang penting nanya.

"White skin! Putih banget!" Ujar lucky serius, senyum-senyum mengingat mantannya. Semua itu dilakukan agar Bella cemburu.

'nih cewek kok biasa aja sih! Beneran Gak cemburu tah?' gerutu lucky dalam hati. bawaannya pengen nyerah aja kalau ngeliat Bella yang tampak biasa saja, tak menunjukkan ekspresi kecemburuan secuilpun.

"Kenapa kamu natap-natap saya seperti itu? Kamu ngarepin saya cemburu ya?" Sentak Bella.

Lucky terkesiap, hatinya berdegup kencang. Ia tak menyangka, Bella bisa membaca perasaannya sebegitu tajam.

Ini orang bisa nerawang kayaknya, ngilmu dimana?Pikir lucky.

"Maaf nih. Saya gak cemburu! Sama sekali!" Bella menekankan kalimatnya dengan nada tegas.

"Dih, siapa juga yang ngarep situ cemburu? Sorry! Sorry nih! Emang situ siapa? Penting banget harus dicemburui? CK, Gak penting! Sangat nggak penting" Elak lucky sok sinis.

"Oh, iya? Saya bisa baca sandiwara kamu loh, lucky. Sok banget kamu bilang saya 'gak penting', kamu kira kamu penting banget gitu dihidup saya?" Bella menatap sinis.

Kata-katanya langsung nusuk ke ulu hati lucky. Mata lucky memerah sesaat. Dadanya bergemuruh, sakit. Tapi ia tahan sekuat mungkin agar amarahnya tak meledak-ledak disini.

——tbc

*

*

Penyampaian dari karakter.

"Arhan, mencintai kamu itu seperti meraba-raba dalam gelap, berharap menemukan cahaya yang sebenarnya tak pernah ada untukku. Waktu kamu memanggil ‘sayang’, mencemaskanku dan menggendong aku dengan wajah khawatir dan tulus, aku percaya itu bukan cuma salah paham, tapi harapan nyata yang kamu berikan. Aku benar-benar berharap, berharap kamu memberi aku tempat di hatimu.

kamu tau nggak? Gara-gara kamu bersikap semanis itu, malah buat aku makin yakin, makin yakin kalau aku ini sangat penting, berarti buat kamu, mungkin satu-satunya yang kamu jaga diam-diam. Aku mulai memaknai semua sikap kamu... caramu melindungiku, caramu memanggil namaku, cara kamu menatapku saat itu semua terasa tulus, terlalu nyata untuk disebut kebetulan.

Sampai-sampai aku mengharapkan kamu, menunggu kamu datang suatu saat nanti, menjadikan aku satu-satunya pasangan kamu. Aku mulai menciptakan dunia sendiri di kepalaku, dunia di mana hanya ada kamu untukku, cuma ada kita berdua, aku bisa menyentuhmu, memelukmu, bermanja-manja didepanmu, menggengam tanganmu, melakukan banyak hal romantis yang aku ciptakan, dan disana kamu tersenyum ke arahku, menyayangiku dengan tulus, memutari tubuhku diudara sambil tertawa-tawa penuh kebahagian, seolah dunia milik kita berdua. dunia yang terasa nyata, penuh harapan… padahal semua itu cuma ilusi. Berharap, harapan yang sia-sia, yang cuma melukai. Kamu bikin aku merasa mungkin aku bisa jadi yang kamu pilih, padahal aku sadar aku ini cuma bayang-bayang yang tak pernah kamu lihat, bahkan secantik apapun aku, kamu tetap gak akan ngeliat aku, bahkan untuk sekedar melirik pun, enggak. Aku sedih, Aku terluka karena aku mencintai seseorang yang tak pernah benar-benar mencintaiku."

—Bella Salsabila Evalina

"Perjuangan ini berat, terutama saat melihat Bella yang selalu jauh di sana, dengan rahasia dan perasaannya sendiri. Kadang aku bertanya, apakah semua ini akan berakhir dengan jawaban, atau hanya jadi kisah yang terus terselubung dalam misteri tak terungkap. Tapi aku tahu, ada sesuatu yang tak bisa diabaikan, meski tak selalu jelas apa itu."

—Lucky Raze

"Hidup mah mending mikirin masalah sendiri, kawan. Ngapain buang-buang tenaga, buat mikirin cinta yang ujung-ujungnya cuma bikin kita terluka? harapan yang terasa nyata itu kadang cuma ilusi yang nggak pernah bener-bener ada, bentuk tipuan paling dahsyat yang bikin perasaan terluka dalam-dalam. Terkadang ada seseorang yang mencintai orang lain yang nggak cinta sama dia, selalu baper dengan hati bahagia saat dia menatapnya penuh kelembutan, mengharapkan cintanya bener-bener terbalaskan! Padahal tatapan itu hanya sekedar sikap ramah bukan rasa yang sama. Ya, namanya juga cinta. Bikin Orang yang tadinya pinter malah jadi pea, bikin orang yang beriman pun kadang hilang arah. Makanya gue udah gak heran lagi kalau dijaman sekarang banyak orang-orang yang gila, bahkan ngakhirin hidup perkara cinta tak terbalaskan. Gilak Lo cinta! Nyusahin hidup orang aja!"

—Raka

Cek visual Ig : cengzez_7

*

*

Bentuk cinta Bella untuk arhan, bukan sekedar cinta biasa. Perasaannya sudah terlalu dalam, bahkan sangat dalam. Kadang membuatnya susah berpikir jernih, sulit mengontrol diri, cemburuan dan berbagai ketidakrelaan lain.

ia mencintai arhan dengan seluruh dirinya, bahkan diam-diam sudah menganggap Arhan sebagai miliknya secara batin.

Bella mengalami emotional possessiveness dan delusional attachment terhadap Arhan, di mana ia secara tak sadar menempatkan Arhan sebagai pusat emosional hidupnya, merasa memilikinya, dan tidak mampu menerima kenyataan bahwa Arhan adalah milik orang lain.

Ia merasa Arhan adalah bagian dari dirinya, dan kehilangan Arhan berarti kehilangan hidupnya sendiri.

Apapun yang menyakiti arhan (tentang arhan) akan melukai dirinya sendiri seolah rasa itu menyatu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!