Dewi seorang gadis desa yang mengadu nasib ke kota, demi bisa membantu kedua orang tuanya membiayai sekolah adik- adiknya. Ia bekerja sebagai pembantu di kediaman keluarga Aditama.
Devan Aditama CEO tampan dengan sejuta pesonanya. Di usianya yang ke 32 tahun ia belum juga menikah. Hatinya telah beku untuk wanita karena pengkhianatan sang kekasih di masa lalunya. Akankah hatinya mencair akan pesona pembantu barunya.
Akankah terajut cerita cinta di antara keduanya. Ikuti alur ceritanya ya teman-teman.
Karya ini hasil karangan othor sendiri ya. Jika tidak suka cukup di skip aja ya. Tolong jangan kasih bintang 1,2 atau 3, itu bikin mood author buruk. Kalau moodnya buruk, cari ide juga jadi susah. Ok, terima kasih.
Selamat membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda Wia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Semenjak kejadian di dapur malam itu, Devan selalu menyempatkan diri pulang lebih awal di tengah kesibukannya. Tidak seperti kemarin- kemarin yang selalu pulang larut malam, hanya demi menghindari berdebat dengan sang mama. Namun sekarang devan punya kegiatan baru yang sangat menyenangkan, yaitu menggoda Dewi pembantunya.
Seperti hari ini, Devan yang sudah menyelesaikan semua jadwalnya segera membereskan berkas-berkas di atas meja. Ia segera meraih jas yang menggantung di kursi kebesarannya. Setelah keluar dari lift, langkahnya yang lebar segera menyusuri lorong menuju parkiran. Kevin sang Asisten dengan setia berjalan di belakang bosnya. Melihat tingkah aneh bosnya, di dalam hati Kevin di penuhi tanda tanya. Ada apa dengan bos dinginnya? sikapnya sungguh berubah tidak seperti biasa. Entahlah...
Sesampainya di dekat mobil, Kevin segera membukakan pintu belakang dan menutupnya kembali saat sang bos sudah masuk kedalam. lalu dia berlari kecil memutari mobil dan mendudukkan tubuhnya di kursi kemudi, kemudian ia melajukan mobilnya meninggalkan gedung perkantoran. Keadaan jalanan sore itu cukup macet, membuat mobil yang dikendarainya tidak dapat melaju kencang. Setelah cukup lama terjebak macet, akhirnya mereka sampai juga di kediaman keluarga Aditama.
Saat turun, Devan melihat ada mobil yang terparkir di halaman, Devan mengernyitkan dahinya. Mobil siapa itu? tanyanya dalam hati.
Ia segera masuk ke dalam rumah, tidak lagi memperdulikan mobil siapa yang terparkir di halaman rumahnya. Beberapa hari sering lembur pulang larut malam, membuatnya ingin segera melihat wajah pembantu kesayangannya.
Sesampainya di depan pintu, ia justru di sambut sang mama yang sedang duduk di ruang tamu. Mamanya itu sedang kedatangan tamu. Yang membuat perasaan Devan tidak enak adalah gadis yang duduk dekat dengan teman mamanya. Sudah dapat dipastikan itu adalah anak teman sang mama. Seperti sudah bisa membaca situasi yang akan terjadi, membuat Devan kesal sakali. Ia memasuki rumah dengan langkah gontai.
" Sayang kok lesu gitu, capek ya ", tanya sang mama sambil menggiring Devan duduk di sofa.
" sayang kenalin, ini Tante Anita temen arisan mama. dan itu Liliana anaknya Tante Anita. Devan hanya tersenyum tipis menanggapi omongan mamanya. Kemudian ia menyalami kedua tamu sang mama.
" Sayang, Liliana ini walau masih muda sudah punya butik sendiri loh. Bahkan lili juga mau buka cabang butiknya di daerah sekitar kantor kamu. Sudah cantik, sopan, pinter cari duwit juga. Gimana menurut kamu Van", tanya sang mama antusias.
" Ma, Devan hari ini capek banget ", kata Devan malas menjawab pertanyaan mamanya. Ia segera beranjak dari tempat duduk.
" Tante Anita, lili saya ke atas duluan. Silahkan kalian lanjutkan obrolannya ", Devan segera berlalu pergi sebelum sang mama melayangkan protesnya.
" Astaga anak itu ", geram sang mama.
" Maafkan Devan ya jeng, maklum proyek yang dia tangani cukup menyita waktu. mungkin ia kelelahan ", Terlihat mama Nabila yang tidak enak pada sahabatnya.
" Oalah gak apa-apa jeng. Masih ada lain waktu, bisa kita atur lagi nanti ", jawab Anita tersenyum ramah, sebenarnya ia cukup kecewa. Anita sangat berharap bisa berbesanan dengan Nabila yang dari keluarga kaya raya.
Saat Devan berjalan menuju tangga, ia berpapasan dengan Dewi. Dewi terlihat sedang membawa nampan berisi minuman. Sudah dapat dipastikan minuman itu untuk tamu sang mama.
" wi", sapa Devan pelan.
" Ya tuan ", jawab Dewi lalu mendekat pada tuannya.
" Tolong buatkan saya kopi, saya tunggu di kamar ", kata Devan sambil melangkah pergi ke kamar. Ada apa dengan tuannya itu, tidak semangat sekali, batin Dewi. Tidak mau kena marah tuannya, ia bergegas mengantar minuman itu ke ruang tamu dan kembali ke dapur membuat kopi pesanan Devan. Setelah kopi selesai di buat, ia segera mengantarnya ke kamar sang majikan.
Tok tok tok
Setelah beberapa kali mengetuk tidak ada jawaban dari dalam, Dewi memberanikan diri membuka pintu kamar itu.
" Tuan Devan, ini kopi anda. Saya taruh di atas nakas ", Ucap Dewi sedikit keras. Mungkin tua Devan sedang mandi, pikirnya. Kemudian ia meletakkan kopi itu di atas nakas. Saat hendak memutar tubuhnya, Dewi dikejutkan dengan tangan yang melingkar di perutnya. Dewi mencoba menoleh ke belakang, siapa gerangan yan sudah berani memeluk tubuhnya.
" Tu tuan ", Dewi sungguh terkejut mendapati tuannya lah yang sedang memeluk dirinya. Ia berusaha melepas pelukan itu, tpi Devan justru memperat pelukannya.
" Diamlah, aku hanya ingin memelukmu sebentar ", kata Devan sambil menenggelamkan wajahnya di ceruk leher pembantunya. hidungnya mengendus aroma sampo yang menguar dari rambut Dewi.
Dewi hanya diam mematung, tidak berani bergerak kemana-mana. Sejujurnya hatinya sangat senang diperlakukan Devan seperti ini. Akan tetapi ia juga takut jika hatinya terlalu jauh jatuh ke dalam pesona majikannya. Ia tidak mau suatu saat akan merasakan kecewa terlalu dalam.
" Tu tuan, sepertinya sudah cukup lama anda memeluk saya. Saya takut ada yang melihat ", kata Dewi gugup setengah mati. jantungnya berpacu dua kali lebih cepat, Antara senang dan takut ketahuan. Dewi segera melepas pelukan sang majikan.
Devan yang tidak rela segera merengkuh kembali tubuh pembantunya. Dewi menghela napas kasar, ia benar-benar takut ketauan.
" Tuan aku ",
" Cup ",
" Astaga ", mata Dewi melotot seketika, pipinya baru saja di kecup oleh sang majikan. Kini dadanya semakin bergemuruh tidak karuan. Ia segera melepas pelukan Devan, dan berlari ke luar dari kamar sang majikan.
🌸 Jangan lupa like dan komennya kakak 🌸