Aisha Febriani menikahi seorang pria yang belum ia kenal sebelumnya. Sejak kecil ia tinggal di kampung halaman neneknya. Namun setelah ia menginjak usia 19 tahun, ia dijemput oleh kedua orangtuanya dan pindah ke kota.
Di saat yang sama, Aisha dilamar oleh seorang pria tampan yang belum ia kenal. Mereka menikah berdasarkan wasiat ayah pria itu. Tapi, tidak ada yang tahu bahwa ternyata pria itu memiliki seorang kekasih, dan mereka saling mencintai. Namun pria itu juga bersikap baik pada Aisha sampai suatu hari, kejadian tidak terkira membuat Aisha harus menerima penderitaan yang bertubi-tubi.
Aisha, tidak akan pernah menyerah. Meskipun pada awalnya ia tidak mengenal suaminya, tapi ia yakin, ia sudah lebih dulu jatuh cinta pada suaminya sejak pandangan pertama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10.
Hari ini, Aisha berencana memeriksakan kehamilannya. Ia sangat ingin Rey menemaninya pergi. Beberapa hari belakangan ini Rey sangat sibuk dan waktunya di rumah hanya sebentar, pria itu lebih sering kerja lembur dan pulang lebih larut dari biasanya. Aisha lihat, hari ini Rey sedikit bersantai, mempersiapkan diri berangkat bekerja lebih santai daripada hari sebelumnya yang terburu-buru. Merupakan kesempatan bagus jika ia mengajak Rey pergi memeriksakan kandungan dan bicara empat mata dengan pria itu.
"Rey, tunggu!" Ucap Aisha saat Rey akan masuk ke dalam mobilnya.
"Ya?"
"Sore ini, bisa pulang lebih awal?" Tanya Aisha.
"Aku pulang sore. Ada apa?" Tanya Rey.
"Aku ingin pergi ke dokter kandungan. Kamu bisa antar aku kan?" Tanya Aisha. Rey terlihat bingung dan beberapa kali menoleh ke kanan kiri.
"Aku ada janji sama Rena. Maaf, sepertinya lain kali saja." Jawab Rey. Aisha tertunduk sebentar, ia ingat bahwa Rey memiliki tanggungjawab dobel saat ini. Mana mungkin ia berharap Rey akan menemaninya disaat Rena juga menunggu hari yang sama.
"Yah, tidak apa-apa. Aku bisa pergi sendiri." Jawab Aisha.
"Kalau tidak ada yang lain, aku berangkat dulu!" Kata Rey.
"Ya, hati-hati di jalan!" Ucap Aisha.
Rey masih bersikap dingin meskipun tidak mengucapkan kata-kata yang membuat Aisha sakit hati sekarang. Apakah Rey benaran tidak memiliki sedikit pun perasaan padanya? Kenapa Rey masih membiarkannya berada disana jika pria itu tidak memiliki perasaan sama sekali?
Aisha memutuskan untuk kembali ke kamar dan mengganti pakaiannya. Ia akan pergi ke dokter kandungan sendiri sekarang, karena ia pikir tidak ada gunanya ia pergi sore nanti jika Rey juga tidak bisa pergi dengannya.
Aisha menganggap seolah tidak ada orang di rumah. Hari ini ia tidak ingin terlibat masalah dengan dua orang yang siap kapan saja membuat onar demi hengkangnya dirinya dari sisi Rey.
Rasanya sudah lama sekali, Aisha tidak pernah bertemu dengan kedua orang tuanya. Ia tiba-tiba ingat terakhir kali mereka berbicara melalui telepon saat Aisha mendapatkan kehamilannya. Mereka sangat senang mendengarnya, bahkan sudah tidak sabar lagi untuk melihat calon cucu mereka nantinya. Tapi, Aisha memilih untuk merahasiakan kapan ia akan melahirkan karena kedua orangtuanya tidak tahu bahwa Rey menikah lagi. Aisha khawatir jika kedua orangtuanya datang berkunjung nanti, mereka akan mengetahui keberadaan Rena dan mungkin bisa menimbulkan masalah bagi Rey.
Aisha mengirim pesan singkat untuk mengatakan kepada kedua orangtuanya bahwa ia akan pergi berkunjung bersama bayi mereka satu bulan lahiran. Jadi, mereka tidak perlu mengetahui keberadaan Rena. Tentu saja, kedua orangtua Aisha tidak setuju dengan keputusan Aisha. Mereka juga ingin melihat bagaimana kehidupan Aisha disana. Tapi, dengan berbagai alasan, akhirnya Aisha bisa meyakinkan mereka dan bersedia menunggu sampai hari itu tiba.
.......
Aisha pulang setelah selesai memeriksakan kehamilannya, setelah beberapa hari mengalami hari yang kurang baik, untung saja tidak membuat masalah bagi kandungannya. Semua baik dan sehat menurut dokter. Hal itu membuat Aisha merasa lega dan lebih ekstra untuk menjaga kehamilannya.
Aisha membawa beberapa kantong plastik bahan makanan yang ia beli di perjalanan pulang tadi dan menyimpannya di dapur. Kebetulan kebutuhan dapur juga sudah habis. Semua perlengkapan dan kebutuhan di dapur, Aisha yang bertanggungjawab menyediakannya sedangkan Rena sudah seperti ratu sejagat sekarang. Sikapnya yang dulu baik dan seakan tahun kini sudah tidak ada lagi. Terkadang Aisha juga heran kenapa ada wanita seunik Rena di dunia ini.
"Kalau aku jadi kamu sih, aku sudah pasti pergi dari rumah ini. Tidak tahu diri banget sih jadi orang. Sudah tahu dicueki masih saja cari perhatian. Nyatanya Rey hanya cinta sama aku. Sampai kapanpun Rey tidak akan pernah menomor satukan kamu." Ujar Rena membuat Aisha menghentikan kegiatannya sejenak. Tapi, kemudian ia punya ide untuk menjawab ucapan Rena.
"Sayangnya aku tidak seperti kamu. Kita juga manusia yang berbeda. Aku manusia biasa, dan kamu makhluk yang menyerupai manusia. Jelas kita sangat berbeda." Kata Aisha membuat Rena naik pitam.
"Kamu. Berani sekali menghinaku. Atas dasar apa kamu berani? Kamu sadar diri! Siapa kamu disini?" Ujar Rena.
"Aku istri sah pertama Rey. Sedangkan kamu? Tidak perlu dijelaskan lagi kan?" Kata Aisha.
"Kamu-"
"Cukup! Aku tidak mau berdebat, jika kalian ingin mencari masalah, tolong cari lawan yang tepat!" Ucap Aisha kemudian pergi ke kamarnya. Ia malas meladeni mereka berdua, ujung-ujungnya ia akan disalahkan oleh Rey tidak peduli siapa yang salah dan siapa yang benar.
Baru saja Aisha akan masuk ke dalam kamarnya, Rey tiba dan menyapa Aisha terlebih dulu.
"Aisha, bagaimana pemeriksaannya?" Tanya pria itu menghentikan Aisha. Aisha menoleh dan tersenyum.
"Semuanya sehat dan tumbuh dengan baik." Jawab Aisha.
"Syukurlah kalau begitu. Kamu jaga baik-baik bayi kita, ingat jika kamu lelah, kamu istirahat saja! Tidak perlu mengerjakan apapun!" Kata Rey. Aisha mengangguk.
"Iya, Rey." Jawab Aisha.
"Bagus. Sekarang kamu istirahat saja, aku akan pergi bersama Rena. Saat pulang, aku akan bawakan makan malam untuk kamu." Kata Rey. Aisha berusaha sekuat mungkin untuk tersenyum meskipun hatinya tidak rela mendengar hal itu.
"Iya, Rey." Jawab Aisha. Rey mengacak rambut Aisha pelan sebelum meninggalkan Aisha menemui Rena.
..........
Rena dan Rey pergi untuk makan malam berdua. Rasanya sudah lama sekali mereka tidak makan malam romantis di luar. Sejak Rey menikah, mereka sama sekali tidak pernah pergi untuk sekedar makan malam.
Untuk itu, Rena dan Rey memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Untung saja Rey bersedia untuk tidak mengajak serta Aisha bersama mereka. Jika sampai itu terjadi, Rena tidak akan rela Aisha ikut bersenang-senang bersama mereka karena malam ini, adalah milik mereka berdua saja.
"Rey, kapan kamu akan tinggalkan Aisha?" Rey sedikit terhenyak. Sejak kapan Rena berfikir seperti itu? Apakah wanita itu sadar dengan apa yang ia tanyakan?
"Maksud kamu apa?" Tanya Rey dengan hati-hati.
"Kita tidak mungkin hidup seperti ini terus kan? Siapa yang mau ada di posisi aku saat ini?" Ujar Rena.
"Aku tahu. Tapi Aisha sedang hamil dan lagipula dia tidak salah. Dia menerima apa adanya." Kata Rey meskipun sempat ingin membuat keputusan untuk melepaskan Aisha sebelumnya.
"Itu bukan masalah. Cukup hanya kamu tidak mencintainya, kamu bisa meninggalkannya." Ujar Rena.
"Ya tapi, bayinya juga anakku." Kata Rey.
"Rey, kau punya bayi dariku. Apa yang kau pikirkan dengan memiliki bayi dari Aisha? Kamu mulai menyukai Aisha?" Tanya Rena. Rey terdiam sejenak. Ia memang tidak pernah mencintai Aisha, tapi ia menyukai sikap Aisha yang tetap tenang meskipun keadaan selalu merugikannya. Rey menghela nafas kasar sebelum mengatakan hal yang membuat Rena sedikit senang.
"Setelah bayi Aisha lahir, aku akan menceraikannya." Kata Rey.
"Masih beberapa bulan lagi, itu lama sekali Rey." Ujar Rena.
"Kamu juga harus bersabar. Aku hanya tidak ingin kehilangan keturunanku." Kata Rey.
"Baiklah. Tapi, kamu harus janji!" Ujar Rena.
"Ya, aku janji." Jawab Rey.
Entah, ia mampu atau tidak. Membiarkan Aisha bertahan maupun melepaskannya, kedua hal itu pasti tetap saja membuat Aisha sakit dan mungkin akan membencinya seumur hidup. Aisha sangat baik dan tidak pernah membuat ia benar-benar marah. Selama ini, ia hanya berpura-pura untuk menciptakan jarak antara dirinya dan Aisha agar Rena merasa puas. Tapi, ternyata istri keduanya itu sama sekali tidak pernah merasa puas.
....
Bersambung